.
.
.Changbin dan San tiba di depan kelas X MIPA 2, kelas yang dipimpin oleh Serim. Beda halnya ama San yang rada sungkan masuk, si Changbin main masuk aja dan menghampiri bangkunya Allen yang ada di pojok depan.
"Ada apa?" Tanya Serim pada San yang berdiri di ambang pintu.
"Mau minjem Allen bentar." Jawab San.
"Ohhh, kalo bisa ga usah dibalikin, ya? Itu bisa meringankan beban kelas ini." Ucap Serim.
"Heh -_-"
San menatap isi kelas itu, isinya serbuk berlian semua, ga heran sih, ketuanya aja ganteng, masa iya rakyatnya nggak. Kalo X MIPA 3, sih... Ketuanya ganteng emang, ganteng banget malah, tapi mulutnya ituloohhhh, sungguh Subhanallah. Kalo Yeonjun mangap itu udah pasti antara mau misuh atau mau bongkar aibnya orang.
Heran yang milih Yeonjun jadi ketua kelas siapa. Harusnya yang lebih berkualitas gitu. Walaupun San masih bisa bilang mendingan dipimpin ama Yeonjun daripada Yohan. Kebayang nggak, tuh? Kalo ketua kelasnya Yohan, pasti kelas X MIPA 3 udah jadi Suaka Margasatwa beneran.
San menatap Allen yang sedang menatapnya, tatapan yang sama seperti kali pertama mereka bertemu. Bukan tatapan yang bisa bikin San risih atau merasa ngga nyaman, lebih ke tatapan seperti San itu objek yang harus di observasi.
Allen mengangguki Changbin dan berdiri dari tempat duduknya. Si Changbin sendiri malah kaget, harusnya dia bersyukur si Allen langsung mau diajak kerja sama, tapi kok mengejutkan sekali makhluk menggemaskan namun kurang akhlak itu langsung mau.
"Allen itu gimana ya.." Ucap Serim menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Allen itu percaya sama kutukannya, tapi secara bersamaan, dia ngerasa kalo itu bukan kutukan. Saat semester pertama kami di kelas delapan SMP, dia mengadu padaku jika dia kabur dari rumah. Oh, waktu itu, Allen hanya tinggal dengan kakeknya, aku menjelaskan padanya jika kakeknya akan sedih dan kesulitan mengurus kebutuhannya sendiri apalagi dia sudah sangat tua.""Kenapa dia kabur?" Tanya San.
Serim menggeleng tau tau, "dia sangat tertutup padaku, begitupula pada Changbin. Namun aku ingat dia pernah bertanya padaku, kapan terakhir kali Rejowerno menangis?—Itu pertanyaan yang sangat aneh."
"Kau merasa dia punya alasan menanyakan hal itu?" Tanya San.
"Iya, tapi dia tak pernah memberitahuku. Juga tentang apa yang terjadi dengan Allen dan kakeknya hingga membuatnya kabur dari rumah." Jawab Serim.
"Kakeknya masih hidup?"
Serim menggeleng, "udah meninggal."
"Kenapa kau memberitahuku hal ini?" Tanya San.
"Entahlah," Serim ketawa, "aku hanya merasa kau harus mengetahuinya. Kau telah mendapat rasa percaya dariku sejak sore hari itu, aku rasa tak masalah jika kau mengetahuinya."
San jadi teringat tentang keadaan terakhir Serim kala itu, bahkan sampai sekarang dia masih berjalan tertatih. San kemudian menatap Allen yang berjalan ke arah mereka bersama Changbin.
"Aku pinjem dulu, ya?" Ucap Changbin pada Serim.Serim mengangguk, "pulanginnya tetep wujud manusia normal, ya? Aku gamau nerima kalo ntar kalian balikinnya Allen udah jadi anak rimba."
Changbin ketawa, "ngapain gamau nerima, orang kelasmu ama kelasnya Yeonjun ga beda jauh. Kalo MIPA 3 kumpulan anak rimba yang rupawan, kalo MIPA 2 kumpulan berlian tapi anaknya setan, kan?"
"Mulutmu, Bin—"
"Satu." Sela Changbin.
"—pingin aku jejelin Boncabe." Lanjut Serim.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Klub 513 | vol.2 | Ep.1 : Penunggang Bangkai Kematian
FanfictionWooyoung : "RUKUN AGAWE SANTOSO!" Yohan : "Ngapain rukun? Tawuran aja tawur!" San : "Katanya Yeonjun kalo ga tawuran ga asik, ajaran sesat memang." Yeonjun : "Itu Santoso mulutnya kok bacot sekali? Mau ditapuk pakai sandal, ya?" Changbin : "Kalian s...