.
.
.San bangun pagi dengan keadaan sedikit pusing. Dia nggak sakit kok, cuman mimpi aneh tadi malam. Mungkin karena San pernah denger Allen mainin lagu Liebestraume waktu itu, jadi kebawa mimpi. San melirik jam dinding dan menguap lebar.
Hari ini seperti biasa, dia harus semangat sekolah karena cita citanya itu setinggi gunung. Kalau San pikir pikir, belum ada satu bulan dia temenan ama Yeonjun, Wooyoung, Changbin dan Yohan, tapi drama hidupnya berasa makin bermacam macam aja. Kehidupannya pas di kota beneran ga begitu seru, pulang sekolah palingan ke game center, main sampai sore, terus pulangnya mampir ke McDonald's—itupun San sendirian karena temen temennya yang lain fokus ama studi mereka.
Mungkin alasan San juga lumayan pinter karena persaingan di kota besar lebih ketat. Kalo ga pinter bisa tertinggal, kalo udah tertinggal kehidupan sosialnya bisa ikutan tertinggal. Entahlah, mungkin emang San nya aja yang kurang bisa menyesuaikan diri dengan trend jaman sekarang—Jelas, latar belakangnya kan, ga jauh jauh dari Rejowerno. Mau gimanapun, San tetep bau orang desa.
"Pagi, Byeol :D" Sapa San sambil mengelus kepala kucingnya lembut.Mata ungu Byeol menatapnya tajam, seakan berkata 'jangan menyentuhku'. Kadang tuh, San yang kesannya kayak diperbudak ama Byeol. San ngasih banyak cinta tapi Byeol-nya ga peduli. Kalo bisa, San pingin terlahir kembali jadi Byeol, biar dia bisa tau gimana rasanya disayang sebanyak itu.
"Pagi, dek. Sarapanmu ada di atas meja. Cepetan makan dan berangkat sekolah." Ucap Haneul yang sedang mengenakan sepatunya."Kakak akan pergi keluar?" Tanya San.
"Tak lama, hanya bertemu dengan teman lama." Jawab Haneul.
"Hmmm.. hati hati."
Setelah sarapan dan berpamitan dengan kakek nenek nya, San segera pergi ke sekolah bersama sepeda kesayangannya. Di jalan dia sesekali menyapa orang orang, walau beberapa mengabaikannya berkat tragedi beberapa hari lalu. Tapi San tetep berusaha bersifat ramah.Sebenarnya dia khawatir pada Wooyooung, pasti warga desa semakin menyalahkannya. Padahal jelas, Wooyoung tak ikut campur dan tidak tau apapun soal ini semua.
"Aku harap kau semakin dekat dengan bahagiamu, Wooyoung." Batin San.
.
.Menjadi seorang ketua kelas bukan salah satu rencana di kehidupan SMA Yeonjun yang biasa biasa aja. Apalagi menjadi ketua dari kelas yang hampir keseluruhan anggotanya mempercayai kutukan Wahyu di Penghujung Tahun. Pada semester awal, Yeonjun merasa sangat terbebani, namun Changbin selalu membantunya, itu salah satu hal positif yang bisa Yeonjun dapat selama berteman dengan tukang cuci piringnya Bu RT tersebut.
Hari ini, Yeonjun bangun sedikit terlambat. Dia tiba di SMA 13 Laksmada pukul 06.45, sedikit lebih telat dari hari hari biasanya. Tapi gapapa, yang penting gerbang masih belum ditutup ama pak satpam. Dengan damai, Yeonjun berjalan ke arah ruang Klub—Kemarin Yeonjun dapet bocoran dari Serim kalo jam pelajaran pertama sampai jam kelima bakal kosong, para guru pada ada acara dinas soalnya.
"Assalamualaikum—" Yeonjun terpaku ketika baru saja memasuki pintu ruang Klub. Yohan yang lagi marah marah, Changbin yang tampak sama marahnya dan San yang menepuk nepuk kepala belakang Wooyoung yang sedang tertunduk.Yeonjun dengan khawatir mendatangi keempatnya, "ada apa?"
San menunjukkan jemari Wooyoung yang penuh dengan plester luka, "ada banyak paku dan jarum di dalam laci bangkunya!"
"Hah?!" Teriak Yeonjun kaget. Kemudian dia menyadari jika seragam sekolah Wooyoung basah kuyup.
"Ng-nggak apa apa, Jun. Aku ga ngerasa terganggu, kok.." Ucap Wooyoung sambil tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Klub 513 | vol.2 | Ep.1 : Penunggang Bangkai Kematian
FanfictionWooyoung : "RUKUN AGAWE SANTOSO!" Yohan : "Ngapain rukun? Tawuran aja tawur!" San : "Katanya Yeonjun kalo ga tawuran ga asik, ajaran sesat memang." Yeonjun : "Itu Santoso mulutnya kok bacot sekali? Mau ditapuk pakai sandal, ya?" Changbin : "Kalian s...