.
.
.Setelah usaha keras hingga telapak tangan Changbin melepuh, akhirnya Changbin dan Serim berhasil mengangkat permukaan bom atom itu. Mereka lihat peledak konvensional terpasang di sana dengan sisa waktu 15 menit. Serim dengan hati hati mencabut peledak itu dari tempatnya dan membawanya berlari. Changbin juga ikut berlari mengikuti Serim.
Keduanya berlari menghindari banyaknya mayat siswa yang bergelimpangan di sepanjang koridor. Sekolah dan perbatasan desa sangatlah jauh dan mereka tak boleh membiarkan bom konvensional itu meledak di dalam desa. Walau ukurannya kecil, siapa yang tau jika ternyata daya ledaknya lumayan untuk membunuh sepuluh orang atau lebih?
Ketika keluar dari gerbang, Serim sempat berhenti karena melihat kepulan asap hitam dari arah gedung lama. Namun Changbin berteriak marah. Serim kemudian melanjutkan langkahnya. Beberapa warga tak berdosa harus terjatuh karena tertabrak oleh mereka berdua. Umpatan dilayangkan namun mereka tak punya waktu untuk baper saat ini.
Kaki Serim mulai kram karena tak berhenti berlari. Apalagi rasa sakit di pahanya yang belum benar benar sembuh menghambat larinya. Namun ketika menyadari waktu tersisa dari bom itu hanya tinggal hitungan detik membuat Serim memaksa kakinya untuk terus berlari, sampailah mereka di tugu perbatasan, namun kaki Serim juga sampai pada batasnya. Dia terjatuh dan bom itu lepas dari tangannya.
Dari belakang, Changbin menendang kuat kuat bom itu ke arah jurang curam yang ada di depan desa. Setelahnya dia menyeret Serim untuk menjauh dari sana. Bom itu meledak dengan daya ledak yang sekiranya cukup untuk merobohkan rumah tingkat dua. Warga desa yang melihat kejadian itu sangat terkejut dan mendatangi keduanya.
Serim dan Changbin benar benar tampak linglung. Sampai rasanya Changbin lupa bernafas tadi. Dia memegangi dadanya dan berteriak lega karena menyadari jika ia berhasil melindungi tanah kelahirannya. Serim tersenyum padanya sambil memasang muka bangga.
"Apa kataku? Kau bisa melakukannya.." Kata Serim.
Changbin hanya meresponnya dengan anggukan, lalu dia lihat sebuah cahaya seperti cahaya lampu mobil datang dari arah timur menuju ke arah Rejowerno. Dari udara juga tampak beberapa helikopter yang mencoba mendarat. Polisi kota telah tiba. Changbin segera memberi isyarat, meminta mobil mobil itu mengikutinya sementara Changbin berlari menuju ke arah sekolah sambil membantu Serim juga.
Wooyoung yang sebelumnya bersembunyi untuk menghindari para anggota sekte yang mencarinya itu ketahuan karena Wooyoung memekik kaget ketika mendengar suara teriakan San beberapa saat lalu. Kini dia sedang bermain kejar kejaran dengan 3 orang itu. Setelah berlari menaiki anak tangga menuju lantai dua, sebuah kaki dari seorang mayat membuatnya tersandung dan jatuh.Mereka mempercepat langkah mereka untuk menghampiri Wooyoung. Namun sesuatu di luar dugaan Wooyoung terjadi, orang terdepan yang berlari menaiki tangga menginjak benang yang sebelumnya tak Wooyoung sadari, dari atas, sebuah pisau yang direkatkan dengan kayu jatuh dan menusuk kepala orang itu.
Wooyoung jelas sangat terkejut, siapa yang memasang perangkap seperti itu di sana? Bagaimana jika Wooyoung yang terkena jebakan itu tadi? Terkejut melihat anggotanya terkena perangkap itu memberikan sedikit waktu untuk Wooyoung melanjutkan larinya.
Wooyoung tak punya tujuan kemana dia harus lari. Karena itu dia merasa sangat bodoh karena pergi ke lantai dua. Dia bersembunyi di salah satu ruang kelas mencoba untuk berfikir dengan kemampuan otak seadanya.
Buntu, Wooyoung tak bisa memikirkan apapun. Orang orang itu menemukan tempat persembunyiannya. Salah seorang mengulurkan tangannya, merebut botol kaca itu. Walau terpelanting sana sini dan dipukuli, Wooyoung terus berusaha menahan botol itu dalam genggamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Klub 513 | vol.2 | Ep.1 : Penunggang Bangkai Kematian
Fiksi PenggemarWooyoung : "RUKUN AGAWE SANTOSO!" Yohan : "Ngapain rukun? Tawuran aja tawur!" San : "Katanya Yeonjun kalo ga tawuran ga asik, ajaran sesat memang." Yeonjun : "Itu Santoso mulutnya kok bacot sekali? Mau ditapuk pakai sandal, ya?" Changbin : "Kalian s...