Epilogue : "Pergi Untuk Kembali"

8.1K 1.2K 736
                                    

.
.
.

    Penerimaan raport di situasi seperti ini memang tak begitu menyenangkan. Bahkan di kelas X MIPA 3 hanya memiliki 15 orang tersisa dari 25 siswa. Masih mending itu kelasnya Yeonjun hilang 10 siswa, ada kelas yang penghuninya tinggal 5 siswa saja. Hari ini semua siswa masuk untuk mengembalikan raport sebelum menikmati liburan semester mereka selama tiga minggu.

    Wali kelas yang biasanya memasang muka tegang kini tersenyum lembut. Ketika absen akhirnya nama Fajar Wooyoung Mahesa terucap dan dengan girang Wooyoung mengangkat tangan sambil berteriak hadir. Setelah mengembalikan raport masing masing, wali kelas mereka menulis sesuatu di papan tulis.

  "Dheta Yohan Wahyudin, coba kamu baca ini untuk saya." Ucap wanita dewasa itu.

    Sang pemilik nama yang melihat tulisan di papan berdecak kesal.

  "Mohon maaf, Bu.. saya gatau gimana cara bacanya. Bahasa dari ekosistem mana pula itu?" Balas Yohan.

     Seisi kelas tertawa karena apa yang guru itu tulis adalah ini : Vergangenheitsbewältigung. Jelas tak ada yang tau bagaimana cara membacanya. Guru itu tertawa, tawa yang belum pernah sekalipun para siswa-nya lihat selama guru itu menjadi wali kelas mereka.

  "Ini adalah istilah dari Jerman. Kamus bahasa Jerman mengartikan Vergangenheitsbewältigung sebagai 'perbincangan terbuka mengenai masa-masa problematik dalam sejarah modern suatu negara—terutama Sosialisme Nasional di Jerman'—problematik berarti peristiwa traumatik yang memunculkan persoalan sensitif berupa penyesalan bersama. Di Jerman, istilah ini mengacu pada rasa malu dan sesal atas keterlibatan bangsa Jerman dalam kejahatan perang Wehrmacht, Holocaust, dan peristiwa-peristiwa terkait pada awal dan pertengahan abad ke-20, termasuk Perang Dunia II."

  "Namun, saya ingin kalian mengetahui arti sebenarnya dari istilah ini. Filsuf George Santayana mengartikan ini sebagai mereka yang melupakan masa lalu pasti akan mengulangi masa lalu. Jadi apa yang ingin saya pesankan untuk kalian sebagai wali kelas untuk terakhir kalinya adalah, jangan pernah melupakan masa lalu. Alih alih melupakannya, berdamailah dengannya. Jika bukan dengan masa lalu orang lain, saya mohon berdamailah dengan masa lalu kalian sendiri."

 
     Mendengar penuturan guru yang jarang sekali bicara itu membuat lima belas siswa siswi di kelas itu tersenyum. Itu adalah pesan yang paling mereka butuhkan saat ini.

 
  "Baiklah! Saya akan memberi tugas terakhir untuk kalian. Saya akan membagikan buku ini. Tugas kalian sangat sederhana, silahkan menulis apa saja hal di masa lalu yang membuat kalian ingin melupakannya. Jikalau sudah, saya ingin kalian mencoret coretnya ketika kalian sudah memaafkan dan mengikhlaskan masa lalu itu. Ketika masuk tahun ajaran baru nanti, kita akan mengumpulkan buku ini di dalam kotak dan menghanyutkannya ke laut."

  "Ada sebuah tradisi dimana kita menghanyutkan sesuatu ke laut agar sebuah kisah tetap hidup seperti air di samudra yang tak akan mengering. Berdamailah dan jangan melupakan detail apapun dari masa lalu karena siapa kau hari ini adalah dirimu yang berjuang di masa lalu. Bisa dipahami?"

  "Bisa, Bu!"

.
.

    Selepas pulang sekolah, mereka berlima pergi ke rumah Changbin—markas baru mereka selagi menunggu janji dari Serim yang akan memberikan mereka ruang klub baru jika dia terpilih menjadi ketua OSIS. Tujuan mereka hanya satu, mencari tau tulisan apa yang ada di 8 kalung hasil kerja paksa mereka berlima.

    Semua meletakkan kalung itu di hadapan Yohan dan ketua Klub 513 itu segera menyusun kalungnya. Butuh waktu lama untuk menyusun kalung itu dengan benar sesuai urutannya. Selain tangan yang bekerja, mulut mereka juga ikut bekerja.

[✔] Klub 513 | vol.2 | Ep.1 : Penunggang Bangkai KematianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang