.
.
.Menjadi anak nakal, mereka tak mengikuti instruksi guru untuk pulang ke rumah masing masing dan malah berkumpul di ruang Klub hasil nepotisme Yohan bersama Serim. Mereka semua masih teringat dengan apa yang barusan terjadi di kelas mereka.
Yohan telah menguasai dirinya dengan baik, Yeonjun, Changbin dan San juga mulai memikirkan hal lain daripada memikirkan hal mengerikan itu, namun Wooyoung, dia masih terlihat ketakutan. Dia memeluk lututnya sendiri seperti melindungi diri. Yohan mendekati Wooyoung dan memberikan permen pada kawannya itu.
Yohan selalu membawa permen, dia harus menahan diri untuk tak merokok. Lalu Yeonjun menyarankannya untuk selalu membawa permen alih alih rokok dan korek api. Itu membantu, walau kadang, Yohan masih sering khilaf.
Tangan Yohan menepuk kepala Wooyoung pelan, "nggak apa apa, Wooyooung.""Apa ini karena aku?" Tanya Wooyoung.
Yohan menggeleng, "bukan, kau hanya berada di posisi kurang beruntung. Mari lupakan kejadian tadi dan memikirkan apa yang ingin guru itu katakan pada kita."
"Vitruvian Man," kata San, "dalam bukunya, tulisan di bagian atas adalah tentang Vitruvius: Vetruvio, arsitek, menempatkan dalam karyanya pada arsitektur bahwa pengukuran manusia di alam di distribusikan dengan cara ini, yaitu, telapak tangan adalah empat jari." Lanjutnya sambil menepuk pipinya keras, coba menyadarkan dirinya sendiri.
"Lalu tentang tancapan pisau kemaluannya?" Tanya Changbin.
"Dia caper." Jawab Changbin.
"Caper matamu, anjir -_-" Balas Yeonjun.
"Apa mungkin dia minta tolong?" Tanya Wooyoung.
Yohan menggeleng, "kita tak tau apakah dia berusaha meminta tolong pada kita, atau hanya sebatas menyampaikan peringatan dari atasannya."
"Kalian ingat apa yang dia katakan tadi? Jika sejarah Rejowerno harus dipelajari sebelum kita mempercayainya. Kurasa, dia meminta kita untuk mencari tau hal itu. Dia menyindir kepercayaan orang orang tentang Uyong." Ucap Changbin.
"Kalau begitu, kenapa dia harus mati?" Tanya Wooyoung.
"Aku sangat memperhatikannya tadi, dia tampak gelisah, aku rasa dia tertangkap basah ketika sedang mencari tau dan akan dieksekusi mati. Dia tak takut mati, yang dia takutkan justru penelitiannya yang akan terhenti setelah dia mati. Kebetulan sekali dia mendengar cerita San tentang Perang Salib kemarin, jadinya dia langsung menunjuk kita untuk menyelidikinya, walau tak langsung." Jelas Yohan.
"Dia bisa memberitahu kita baik baik." Ucap San.
"Itu tak efektif, San. Dia mungkin hanya memberi kita beberapa hipotesis yang harus dibuktikan. Menjelaskannya dari awal akan sangat membuang waktu sementara 'mereka' berencana membunuhnya. Memperagakan dan mengambil peran memiliki keunggulan yang hampir sama seperti Olah TKP." Balas Yeonjun.
"Gimana sekarang?" Tanya Changbin.
"Kita ikutin petunjuknya, tentang Vitruvian Man dan sejarah Rejowerno. Untuk hari ini, kita cari tau dulu yang ada di kebun blimbingnya Pak Kepala Desa. Siapa tau ternyata beliau terlibat." Jelas Yohan.
"Kayaknya udah pasti terlibat.." Ucap Changbin.
"Soal orang orangan kemarin malam, maksudnya empat pilar itu apa?" Tanya Yeonjun pada San.
"Entahlah.. bahaya kalo asal nebak. Itu antara merujuk tempat, orang, atau mungkin lainnya." Ucap Yohan.
"Sesuatu yang berjumlah empat dan bila itu dihilangkan, maka akan memengaruhi satu sama lain," Changbin menatap keluar jendela, "unsur di bumi bukan, sih? Kan, ada udara, air, api sama tanah. Kalo satu ilang jadinya bubrah."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Klub 513 | vol.2 | Ep.1 : Penunggang Bangkai Kematian
FanficWooyoung : "RUKUN AGAWE SANTOSO!" Yohan : "Ngapain rukun? Tawuran aja tawur!" San : "Katanya Yeonjun kalo ga tawuran ga asik, ajaran sesat memang." Yeonjun : "Itu Santoso mulutnya kok bacot sekali? Mau ditapuk pakai sandal, ya?" Changbin : "Kalian s...