.
.
.Yeonjun sedikit risih dengan keramaian itu, dia menatap Yohan yang tersenyum seakan tontonan itu begitu asik untuk dilihat. Ini antara si Yohan lagi jahil banget ama Yeonjun atau San nya yang kelewat naif terus kebawa omongannya Yohan. Changbin yang duduk di sampingnya ikutan noleh terus ketawa—ngetawain Yeonjun yang tampak menghela nafas lelah.
"Murid barumu meresahkan banget. Motivasinya perangkat sekolah masukin dia ke kelas kita apaan, coba? Biar uji nyali?" Komentar Changbin."Ini mah, Yohan yang rada semprul. Mulutnya kayak kepingin banget ditapuk linggis. Padahal dari awal semester aku udah mohon mohon sampai sungkeman biar dia ikutin peraturannya." Ucap Yeonjun.
Changbin ketawa kenceng, "nyuruh Yohan taat aturan itu sama begonya kayak nyuruh buaya ngeluarin suara babi."
"Apalagi San ini keliatan banget kalo kepala batu, mana paham dijelasin keadaannya. Pahamnya mungkin iya, soal nerima nggak nya, aku gabisa bayangin." Yeonjun mengeluh.
"Nggak ada niatan misah mereka?" Tanya Changbin.
"Belom ada, aku nunggu ada yang mati dulu." Jawab Yeonjun mengeluarkan buku untuk mata pelajaran selanjutnya.
"Yang milih Yeonjun jadi ketua kelas pada lengser wengi semua otaknya." Batin Changbin.
Yeonjun langsung berucap jutaan syukur pas guru piket masuk ke dalam kelas. Otomatis ketegangan itu hilang karena Doyeon kembali duduk ke bangkunya, begitu pula San yang bajunya ditarik Yohan biar duduk. Guru itu menatap sekitar dengan tatapan tajam sebelum akhirnya pergi keluar kelas.
"Ada niatan ngasih tau San, nggak?" Tanya Changbin.Yeonjun menggeleng lalu melirik bangku belakang, "kalo modelan manusianya anak rimba kayak San, dia pasti seneng banget, tuh. Ga sabar ngerusuh. Kau sendiri gamau jelasin ke San?"
"Aku mending nekat nyuruh Yeosang keliling desa bawa bendera semaphore terus kepalaku dipukul tongkat pramuka daripada ceramah di depannya San kayak orang kesetanan." Jawab Changbin sembari menggelengkan kepalanya.
"Nyuruh Yohan aja berarti." Ucap Yeonjun.
"Yakin bener kau ini nyuruh si Yohan, yang ada San disesatkan jalannya, weh. Tau tau endingnya Yohan nyuruh San nyebur kolam buaya kan, ga asik." Tolak Changbin.
Yeonjun berdecak kesal, "sumpah, dari tadi kau cuma bacotin ideku tapi ga ngasih solusi."
"Kan, aku pimpinan sangga pendobrak. Jelas, mulutku ini banyak bacot. Udah mendarah daging, memasuki pembuluh darah dan dipompa jantung ke seluruh tubuh." Orang yang bangga ngomong diri sendiri banyak bacot kayaknya cuman Changbin, deh.
Yeonjun ketawa palsu, "kang cuci piringnya Bu RT gausah belagu, oke?"
"Masyaallah, babunya OSIS yang kerja buat nyari muka doang gausah takabur, oke?" Changbin ikut tertawa.
Dan... Baku hantam terjadi :')
Changbin narik rambutnya Yeonjun, sementara Yeonjun narik kupingnya Changbin. Terus anak anak kelas—yang isinya dominan cowok, langsung nyorakin mereka. San yang liat kedua teman sebangku itu gelut tentu kaget. Kagetnya karena si Yeonjun yang muka kalem nan humble gelut ama Changbin.
"Yeonjun itu gapernah mulai perang. Dia itu ramah dan baik hati, ngayomi warga kelasnya kek anak sulung," ucap Yohan menatap kedua anak yang masih ribut sambil teriak teriak. "Tapi kalo musuhnya Changbin, entah kenapa pasti adu argumen sampai saling tonjok.""Mereka akrab banget pasti." Ucap San.
"Iya. Akrab banget. Yeonjun, Changbin, dan tentu aja Wooyoung." Ucap Yohan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Klub 513 | vol.2 | Ep.1 : Penunggang Bangkai Kematian
Fiksi PenggemarWooyoung : "RUKUN AGAWE SANTOSO!" Yohan : "Ngapain rukun? Tawuran aja tawur!" San : "Katanya Yeonjun kalo ga tawuran ga asik, ajaran sesat memang." Yeonjun : "Itu Santoso mulutnya kok bacot sekali? Mau ditapuk pakai sandal, ya?" Changbin : "Kalian s...