.
.
.Changbin akan kembali memikirkannya.. Memikirkan jika San benar benar tau jika dia adalah keturunan itu. Changbin menggelengkan kepala tak habis pikir ketika mengingat San yang bilang jika kakeknya berbohong, jika ia mempercayakan Wooyoung padanya, karena sebenarnya, kakeknya bermaksud untuk melindungi San melalui Wooyoung.
San tak bergeming dari tempatnya, tampak sangat shock padahal Changbin yakin jika San telah punya firasat di awal. Dia lihat Wooyoung berjalan ke hadapan San dan berjongkok, menyodorkan kotak kayu itu pada pemilik aslinya. Namun San tampak tak berniat mengambilnya.
Wooyoung tersenyum, Changbin asing dengan senyum itu. Mungkin karena dia terbiasa melihat Wooyoung di pojok kelas sambil bermain kertas lipat dengan muka sendu. Mungkin Changbin hanya pernah melihat tawa jenaka setelah Wooyoung atau teman temannya melakukan hal bodoh. Dia tak pernah melihat Wooyoung tersenyum lembut yang seakan menenangkan lawan bicaranya seperti ini.
"San." Panggil Wooyoung.San tak menjawab, dia terus menundukkan kepala.
"Kamu takut?" Tanya Wooyoung.
San mengangguk. "Aku takut kamu mati gara gara aku."
Wooyoung menghela nafasnya, "nggak San, kalo aku mati, aku ga bakal mati gara gara kamu. Kamu jangan ge'er gitu, anjir. Kamu jangan suka baper, nanti hatimu gampang remuk kayak wafer."
"Astagfirullah Wooyoung akhlakmu.." Batin Yeonjun sambil menggelengkan kepala. Itu temennya lagi kena mental, shuudzon Wooyoung bakal kenapa napa, eh Wooyoung-nya malah julid. Untung San itu sabar, lembut dan penyayang banget orangnya, coba kalo Yeonjun yang diposisinya San sekarang, udah Yeonjun cabik cabik itu mukanya Wooyoung.
Yohan dari belakang mengusap kepala San lalu tertawa, "bilang aja kamu terbebani, San. Kalo kamu gamau jadi bangsawan biar aku aja yang gantiin."
"Manusia gila kekuasaan dipersilahkan diam dan lompat ke dalam jurang." Ucap Changbin.
San menoleh pada teman temannya yang memasang muka cerah. San punya ekspektasi lain, minimal mereka akan meninggalkan San sendirian di sana. Namun tidak, mereka tak menganggap jika apa yang barusan mereka temukan adalah hal yang bisa membuat persahabatan mereka yang tercipta sangat singkat itu pecah."Kita selesaikan sama sama, ya? Aku janji bakal ngelindungi kalian." Ucap Yohan.
"Kalian gapapa? Ga masalah kalau—"
"Justru fakta itu bikin tenang, San" Yeonjun menyela, "justru aku tenang karena tau kalau apa yang orang orang lindungi beneran tumbuh jadi anak kuat kayak kamu. Ibumu bilang jika kau harus bertahan, kan? Kalau begitu penuhi ucapan Ibumu. Orang bilang, kalau kamu ingin membuat Tuhan tersenyum padamu, maka buatlah senyum di muka cantik Ibumu."
"Yeonjun kece abis!" Wooyoung berteriak.
"Mungkin kau harus bicarakan itu dengan keluargamu saat ini, San." Kata Changbin, "aku harap kau tak marah pada mereka."
"Aku rasa kita punya hal yang jauh lebih penting untuk dilakukan." Ucap San.
Yohan kembali tertawa, "kau benar. Mari pulang, membersihkan diri dan main bunuh bunuhan sampai titik darah penghabisan."
"Kau tak punya rencana? Tumben." Kata Wooyoung.
"Tentu saja aku punya." Kata Yohan merangkul pundak Wooyoung sambil melirik Yeonjun yang mengusap air mata San dengan lengan bajunya, lalu Yohan melanjutkan, "membangunkan seekor iblis salah satunya."
"Kau tau tak akan ada yang berakhir baik jika itu Yeonjun." Balas Wooyoung.
"Aku tau itu, haha! Lagipula siapa yang tidak suka bermain api? Jikapun ada, itu bukan Ahmad Yeonjun Nugroho." Balas Yohan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Klub 513 | vol.2 | Ep.1 : Penunggang Bangkai Kematian
FanfictionWooyoung : "RUKUN AGAWE SANTOSO!" Yohan : "Ngapain rukun? Tawuran aja tawur!" San : "Katanya Yeonjun kalo ga tawuran ga asik, ajaran sesat memang." Yeonjun : "Itu Santoso mulutnya kok bacot sekali? Mau ditapuk pakai sandal, ya?" Changbin : "Kalian s...