.
.
.Yohan menatap rumah kepala desa dari atas pohon ceri yang ada di seberang jalan. Sambil memetik beberapa buah ceri dan memakannya, Yohan mengawasi sekitar rumah itu. Sekarang hampir menyentuh pukul dua pagi dan lampu ruang tengah rumah itu masih menyala.
"Aku tunggu hampir setengah jam kok mbak Kunthi ga muncul muncul, ya? Padahal mau aku gombalin." Ucap Yohan menyerah menunggu tanpa kepastian dan melompat turun dari pohon ceri itu.Dari arah berlawanan, dia melihat beberapa orang mengenakan jubah hitam panjang tengah menuju ke rumah kepala desa, dia segera mengenakan jubah serupa yang sempat dia curi sebelum kebakaran dan menyelinap di antara orang orang itu. Dia juga berjalan pincang agar tampak seperti yang lainnya.
Rencana menyusup ke dalam rumah berjalan dengan baik. Dia mengikuti arus saja hingga tiba di hadapan kepala desa yang pernah menjanjikan sembako murah pada saat pemilihan beberapa tahun lalu. Dia berdiri di sebuah mimbar dengan foto kepala Baphomet yang dipasang di atasnya. Dengan serempak orang orang itu berjongkok dan mengucap salam padanya. Mau tak mau, Yohan juga ikut melakukannya.
"Kalian sudah menyiapkan semuanya besok?" Tanyanya."Sudah tetua.." Ucap salah seorang.
"Baguslah, aku harap mereka yang aku utus mengambil buku itu segera kembali." Ucapnya, "untuk merayakan keberhasilan kalian, aku telah menyiapkan hidangan di ruang makan. Pergilah ke sana dan makanlah sebanyak kalian mau."
Dalam perjalanan ke ruang makan, Yohan menyelinap ke lantai dua. Setelah memastikan tak ada yang menyadari kepergiannya, dia segera masuk ke dalam salah satu ruangan. Kemudian, Yohan menyesalinya, karena ruangan tempat dia masuk berisi alat alat eksekusi mati yang masih berlumuran darah.
Di ujung ruangan, ada setumpuk penggalan kepala babi dan sapi yang telah membusuk, sementara tubuh dua hewan mamalia itu telah menjadi potongan potongan berbagai ukuran. Tampaknya mereka digunakan sebagai ekperimen.
Yohan segera pergi ke ruangan lain yang ternyata terhubung satu sama lain dengan pintu. Di ruangan berikutnya, dia menemukan banyak rak berisi cairan cairan dalam botol. Yohan mendekat dan menyadari jika cairan itu adalah racun. Dari sianida hingga racun tikus, semua ada di sana. Tak ingin menghabiskan waktu lama di dalam rumah terkutuk itu, Yohan segera mencari cari letak kalung itu.
Yohan hampir menyerah apalagi ketika kakinya nyaris terjepit sebuah jebakan beruang yang di pasang di depan setiap pintu. Terakhir, dia memasuki sebuah ruangan yang Yohan yakini adalah kamar kepala desa. Namun dia tetap tak menemukan kalung itu.
"Kalungnya disimpan di sekolah berarti." Ucap Yohan dalam hati sedikit kecewa. Namun dia menemukan hal lain yang cukup menarik. Tumpukan kertas ada di atas meja. Dia mendekat dan membacanya. Ketika menyadari ada foto yang di selipkan di belakang setiap kertas, Yohan terkejut.
Pada tumpukan paling atas, ada tulisan "melarikan diri" kemudian ketika Yohan mengamati foto yang terselip itu, dia sadar, jika gadis yang dia duga hantu di ruang OSIS lama kala itu bukanlah arwah penasaran namun seorang manusia yang tengah bersembunyi.
Yohan rasakan bulu kuduknya berdiri, dia menoleh ke arah pintu ketika mendengar suara langkah kaki mendekat. Yohan berlari ke arah jendela yang terbuka dan melompat dari lantai dua tepat sebelum orang itu menemukannya. Yohan bergelantungan di dahan pohon blimbing untuk memperlambat jatuhnya, dan dia mendarat dengan selamat di dalam kebun blimbing penuh mayat kala itu.
Yohan keluar dari sana dan ketika telah berlari cukup jauh, dia berhenti mengatur nafas. Dia tiba tiba mual, tanpa bisa ditahan, Yohan memuntahkan isi perutnya sambil terbatuk batuk. Mengingat gadis kala itu dengan keadaannya yang seperti hantu membuat Yohan sangat tidak nyaman, dia mempertanyakan pada diri sendiri bagaimana keadaan orang orang lain yang juga bernasib seperti dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Klub 513 | vol.2 | Ep.1 : Penunggang Bangkai Kematian
FanficWooyoung : "RUKUN AGAWE SANTOSO!" Yohan : "Ngapain rukun? Tawuran aja tawur!" San : "Katanya Yeonjun kalo ga tawuran ga asik, ajaran sesat memang." Yeonjun : "Itu Santoso mulutnya kok bacot sekali? Mau ditapuk pakai sandal, ya?" Changbin : "Kalian s...