.
.
.Ketika bel istirahat kedua berbunyi, Yohan langsung meminta Wooyoung, Yeonjun, San dan Changbin untuk mengikutinya ke gedung kelas lama. Yohan melempar lemparkan kunci di tangannya sambil bersenandung kecil. Sampai di gedung cukup besar nan terbengkalai itu, mereka menghentikan langkah, ragu untuk melanjutkan.
"Kenapa gedungnya ga ditempatin lagi?" Tanya San.
"Tragedi itu terjadi di gedung ini." Jawab Yeonjun.
Yohan membuka kunci dan pintu kayu yang telah lumayan peyot itu dengan hati hati. Setelah pintunya terbuka, terasa banget hawa mistisnya. Menunjukkan jika memang gaada kehidupan normal lagi di gedung itu. Karena gelap dan lampunya tak lagi berfungsi dengan baik, mereka harus menerangi jalan menggunakan senter hp mereka.Yeonjun memimpin jalan dan berhenti di depan ruang kelas, dia membuka pintunya, setelah terbuka, Yeonjun mengarahkan senter hpnya ke arah langit langit dan mereka lihat jika masih ada tali yang terikat di sana, membentuk lingkaran di ujungnya.
"Kepalanya ada di sini, dan tubuhnya aku temuin di dalam kamar mandi." Ucap Yeonjun sambil berjalan ke arah kamar mandi yang jaraknya cukup jauh dari kelas itu berada. Jarak yang membuat orang berfikir dua kali untuk pergi ke sana, mending nahan daripada jalan jauh banget.
"Berapa hari jarak antara kepalanya ditemuin ama tubuhnya ditemuin?" Tanya San.
"Habis kepalanya ditemuin, sekolah langsung diliburkan selama 2 hari. Harusnya tubuh itu ditemuin ama petugas keamanan yang melakukan investigasi.. tapi buktinya Yeonjun yang temuin tubuhnya di kamar mandi." Jelas Yohan.
Yeonjun mengangguk, "tubuhnya udah mulai berbau ga enak. Kemungkinan besar mayatnya udah disana bersamaan dengan ditemukannya kepala itu. Kamar mandi ini jarang banget dipakai karena ada kamar mandi yang jaraknya jauh lebih dekat."
"Berarti pelakunya orang dalem?" Tanya San.
"Kemungkinan iya, soalnya ga mungkin orang tau kalo kamar mandi ini jarang dipakai. Well, kecuali kalo pelakunya dukun, atau.. setan itu sendiri." Jawab Changbin.
"Apa karena alasan 'jarang dipakai' itu juga, petugas keamanan nggak nyelidiki sampai sini?" Tanya Wooyoung.
Yohan tertawa, "kalau emang itu alasannya, lucu banget."
"Polisi pasti menyelidiki sampai sini, kan?" Tanya San.
Yeonjun menggeleng sambil tersenyum, "Butuh banyak waktu untuk memanggil polisi ke Rejowerno. Beberapa warga desa harus pergi ke kota untuk memanggil dan membawa polisi kemari.. jangkauan infrastruktur kurang memadai, termasuk sinyal. Selain mahal, kepala desa takut adanya pengaruh buruk dari luar memengaruhi tradisi asli Rejowerno."
"Kalo ada penjahat gimana, dong?!" San tersentak kaget.
"Mereka bakal ditangkap lalu ditenggelamkan ke dalam sumur atau digantung di balai desa seperti yang orang orang lakukan pada orang tua Uyong." Jawab Yeonjun.
"Selain itu, mengingat legenda dan tradisi lokal yang cukup ekstrim, jarang polisi mau repot repot datang kemari." Tambah Yohan.
"Mereka cuma sekumpulan orang bodoh yang percaya ama takhayul." Ucap Changbin, "Ayahku sebagai perangkat desa Rejowerno selalu coba mengingatkan kepala desa jika itu bukan karena kutukannya—memintanya berfikir luas. Tapi karena kepala desanya udah tua, dia ngerasa paling bener." Lanjutnya.
San lalu menyadari sesuatu, "orang tuamu menganggap keberadaan Wooyoung berarti?"
"Iya. Kenapa emang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Klub 513 | vol.2 | Ep.1 : Penunggang Bangkai Kematian
FanfictionWooyoung : "RUKUN AGAWE SANTOSO!" Yohan : "Ngapain rukun? Tawuran aja tawur!" San : "Katanya Yeonjun kalo ga tawuran ga asik, ajaran sesat memang." Yeonjun : "Itu Santoso mulutnya kok bacot sekali? Mau ditapuk pakai sandal, ya?" Changbin : "Kalian s...