.
.
.Setelah pertemuan mereka dengan sosok Allen kemarin malam, mereka memikirkan hal yang sama. Kemungkinan Allen bisa membantu mereka. Dia punya ingatan yang luar biasa, ga kaget sih, mengingat jika Allen adalah peringkat 1 umum untuk semester kemarin.
"Allen itu susah diajak kerja sama nggak, sih?" Tanya San pada Changbin setelah menelan kunyahan bakso di mulutnya.
"Susah." Jawab Changbin singkat, padat dan jelas. "Allen itu suka kepo. Dia bakal tanya kenapa kita nanyain sesuatu ke dia. Bahkan pas ujian, Serim pernah cerita ke aku, Allen itu kalo nyontek bakal tanya kenapa Serim milih jawaban itu. Kalo rempong itu manusia, maka Allen itu perwujudannya-_-"
"Njir, aku anti banget ama manusia yang kepo." Ucap Yohan.
"Ngomong ngomong, Yohan. Si Serim apa kabar?" Tanya San.
Yohan tersenyum, "dia nggak papa. Punya rakyat kelas modelan Allen pasti mentalnya sekuat baja."
"Serim kenapa?" Tanya Wooyoung.
"Ng—Nggak.. nggak papa kok, kemarin pas latihan kakinya keseleo terus kepalanya ciuman ama lapangan basket, kali aja mentalnya goyah gara gara itu." Jelas Yohan sedikit panik.
"Dia nggak ngomong apa apa ke aku." Ucap Wooyoung.
"Dia gamau kamu khawatir pastinya. Dia pasti udah ngira reaksimu, apalagi Serim satu satunya temen yang kamu punya di hari lalu." Jelas San sambil meletakkan bakso di mangkuk Wooyoung yang sudah kosong.
"Makan yang banyak, hehe." Lanjutnya.
"Nambah aja, Yong. Kan, yang bayarin Changbin." Tawa Yeonjun.
"Iya, gausah sungkan. Changbin berduit banyak." Tambah Yohan.
"Ya Rabb.. pingin rasanya kugiling mereka biar jadi bakso, tapi sayang, temen sendiri..."—Changbin yang lelah.
"Kalo mau nambah ngomong aja, nggak apa apa. Ngasih makan kamu ga bakal ngasih aku dosa." Ucap Changbin.Wooyoung menggeleng, "udah kenyang kok, hehe."
"San kamu waktunya piket di perpustakaan bareng Yeosang ama Yuqi, kan?" Tanya Yeonjun.
San terkejut, "lupa! Makasih udah diingetin, Yeon! Aku duluan!"
Setelah kepergian San dari sana, Yeonjun menggelengkan kepalanya. San itu pelupa banget, gatau aja kalo Yeosang udah kesel pasti digoreng dia. Yeonjun melihat kertas berisi simbol yang dia lihat beberapa hari lalu, dia merogoh saku, mengambil handphonenya dan coba mencari tau tentang itu."Mau kemana?" Tanya Wooyoung ketika Changbin berdiri dari duduknya.
"Ke ruang musik bentar, hpku ketinggalan disana kayaknya." Jawab Changbin.
"Hilih, kalo hilang tinggal ganti baru, jangan kayak orang susah gitu." Ucap Yohan.
"Mending jadi kayak orang susah daripada jadi orang yang nyusahin kayak kamu, Han." Balas Changbin sambil berjalan keluar dari kantin.
"Kalo ga nyusahin orang ga afdol idupnya." Tawa Yohan.
"Punya ketua Klub kok sinting." Batin Changbin.
Wooyoung mentertawakan kedua kawannya itu, lalu menatap Yeonjun yang masih fokus pada layar hpnya. Sadar akan tatapan Wooyoung, Yeonjun menyodorkan hpnya ke tengah meja agar Yohan dan Wooyooung bisa melihatnya."Nungguin San jelasin tentang Okultisme ke kita sama kayak nungguin siput Antartika jalan sampai Indonesia, dan gua terlalu rupawan buat nungguin San. Jadi tuh, apa yang Changbin omongin kemarin, tentang 4 unsur di bumi kayaknya bener—"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Klub 513 | vol.2 | Ep.1 : Penunggang Bangkai Kematian
FanficWooyoung : "RUKUN AGAWE SANTOSO!" Yohan : "Ngapain rukun? Tawuran aja tawur!" San : "Katanya Yeonjun kalo ga tawuran ga asik, ajaran sesat memang." Yeonjun : "Itu Santoso mulutnya kok bacot sekali? Mau ditapuk pakai sandal, ya?" Changbin : "Kalian s...