.
.
.Yohan kini duduk di tangga gedung lama bersama San. Dia mengetik nomor polisi di handphone milik ayah Changbin. Karena bukan rahasia lagi kalau hanya para petinggi yang berhak dan boleh menelpon layanan publik. Alasan Yohan dipilih untuk menghubungi polisi juga karena dia yang paling ahli negoisasi. Setelah memastikan jika itu nomor yang benar, Yohan menekan tombol untuk menelpon nomor itu.
"Kami dari kepolisian. Ada yang bisa kami bantu?"
"Rejowerno akan di bom besok." Ucap Yohan to the point.
"Siapa yang menghubungi?"
"MANUSIA, LAH! KALO SAYA SETAN, SAYA NGGAK NELPON POLISI, ANJIR! LANGSUNG DATENGIN DUKUN YANG ADA—"
"Yohan.. sabar.." Bisik San.
Yohan menarik nafas panjang, "nama saya Yohan, umur 16 tahun. Saya ingin melaporkan jika besok Rejowerno akan di bom."
"Kami tak melayani kalian yang membuka jasa prank untuk konten. Laporan kriminal di Rejowerno tak pernah menyentuh satu persen. Bagaimana mungkin desa itu akan di bom?"
Yohan terkekeh, "kemari dan lihatlah pak polisi, kalian akan melihat yang sebenarnya. Demi kehormatan kalian sebagai seorang pelindung negara, kemari dan bantulah kami. Apakah kalian ingin sejarah menulis jika para polisi gagal menghentikan sebuah tragedi mengerikan hanya karena mengabaikan panggilan dari remaja berumur 16 tahun?"
"Jika saya berbohong, maka tangkap dan bunuh-lah saya. Saya tidak takut. Karena yang paling saya takutkan sekarang adalah ketidakmampuan saya melindungi tanah kelahiran saya. Apa yang harus saya katakan jika Tuhan saya menanyakannya di akhirat esok? Jadilah pelayan publik yang berani dan datang kemari sekarang karena kalian akan tiba disini besok malam."
"Bisakah kau katakan pada kami, nak? Apa yang terjadi di sana? Karena kepala desa selalu melaporkan jika daerahnya sangat kondusif. Agar kami bisa mempersiapkan apa yang harus dipersiapkan."
"Jika saya mengatakan semuanya, kalian akan mengurungkan niat untuk kemari, Pak. Kalian akan mengerti jika datang kemari dan melihatnya sendiri."
"Kau akan dalam masalah besar jika berbohong."
"Kalian akan dalam kerugian besar jika tak datang. Bom itu akan menelan Rejowerno dalam cahaya, sudah pasti itu nuklir."
"Kami akan berangkat malam ini melewati darat dan udara. Aku harap kami tak akan terlambat."
"Saya akan memberi kalian banyak waktu, Pak. Oh! Satu lagi, bisa dipastikan jika dibutuhkan banyak sekali tenaga medis besok."
"Baiklah.. kami akan bekerja sama dengan PMI."
"Banyakin kantong mayat juga, Pak."
"Apa maksud—"
"Kami tunggu kedatangan kalian. Terima kasih banyak." Sela Yohan menutup sambungan telponnya.
Setelah menutup sambungan telpon itu, Changbin meletakkan sebuah ember berisi cairan keruh di hadapan mereka. Dari arah timur, Wooyoung dan Yeonjun yang telah memastikan jika seluruh warga sekolah telah pulang menghampiri mereka. Changbin menarik nafas panjang."Ini nanti kalian basahin telapak tangan kalian sama cairan ini, terus sentuh semua jendela yang ada di gedung. Nanti kita tinggal dulu, sekitar jam tujuh, aku sama Yohan bakal menyelinap ke ruang kontrol listrik di Rejowerno dan mematikan alirannya, ketika semua gelap gulita dalam lima menit, kalian harus mencari tempat yang tidak memiliki bekas tangan kalian, maka disanalah jual beli itu dilakukan." Jelas Changbin.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Klub 513 | vol.2 | Ep.1 : Penunggang Bangkai Kematian
FanficWooyoung : "RUKUN AGAWE SANTOSO!" Yohan : "Ngapain rukun? Tawuran aja tawur!" San : "Katanya Yeonjun kalo ga tawuran ga asik, ajaran sesat memang." Yeonjun : "Itu Santoso mulutnya kok bacot sekali? Mau ditapuk pakai sandal, ya?" Changbin : "Kalian s...