Tujuh Tahun

1.3K 97 2
                                        

Aria, 12 years old.

Sudah tujuh tahun. Tujuh tahun kulewati di kamar terkutuk ini.

Setiap hari selalu sama,

Selalu aku dengan baju compang-camping akibat apiku.

Selalu aku dengan rambut hitamku yang tidak pernah dipotong, yang sekarang panjangnya sudah menyentuh lantai.

Selalu aku yang dikelilingi hantu.

Selalu aku yang merindukan matahari.

Tapi, hari ini aku hendak melakukan perubahan.

                            *******
Aria, 5,5 years old

Aku masih menangis ketika ada tangan yang dingin merengkuh kedua bahuku dengan pelan. Aku mendongakkan kepalaku, dan melihat Dira di depanku. Dia masih cantik, tidak ada yang berubah darinya sejak terakhir kali, namun kedua mata coklatnya sedang menitikkan air mata, sama seperti mata merahku.

Aku memeluknya, lalu kami menangis bersama-sama. Ada tangisan rindu, ada juga tangisan sedih karena aku akan dikurung disini selama sisa hidupku, aku tidak mengerti kenapa Dira menangis, tapi aku punya firasat dia menangis atas keadaanku. Dia memang sahabat terbaik, aku bersyukur dia muncul di hidupku, tidak peduli dia adalah hantu.

Setelah aku menenangkan diriku, aku baru memperhatikan sekelilingku. Luas kamarku tidak begitu besar. Dilihat dari pintu keluar, kasurku yang berukuran single bed terletak di pojok kiri kamar, diatasnya ada jam dinding yang menunjukan sekarang jam lima sore-- sudah berapa lama aku tidak sadarkan diri??-- tepat disamping tempat tidurku terdapat meja belajar dari kayu yang modelnya sudah disatukan dengan rak buku, di seberang kasurku ada TV, yang artinya terletak di samping pintu keluar "Sweet!" Wajahku menjadi cerah lalu melompat ke kasurku, mengambil remote control yang tergeletak disana dan menyalakan TV. Isi TV itu mengecewakanku, dalam hitungan detik raut wajahku tidak enak dilihat, membuat Dira tertawa geli. Isinya hanya saluran berita, membosankan sekali.

Lagi-lagi aku memperhatikan sekelilingku, di samping kasurku, tepatnya di sebrang sampingnya (author: tau kan gimana) ada lemari kayu yang cukup besar. Aku penasaran, berjalan ke arahnya dan membukanya; isinya adalah dua set seprai untuk kasurku yang diganti sebulan sekali, artinya aku mempunyai seprai untuk dua bulan persediaan. Ada pakaian yang mencukupi selama seminggu, tapi mereka bukan pakaian yang cantik dan imut, tapi tipe pakaian yang bisa dikenakan laki-laki dan perempuan, kaus putih sederhana dan celana hitam selutut. Pakaian dalam juga ada. Disamping kanan lemari ada pintu kayu, aku membukanya, ternyata itu adalah kamar mandi, sama seperti kamar mandi pada umumnya. Hal yang membuatku sempat kaget adalah, ada kepala anak perempuan yang bermata hitam sepenuhnya di wastafel. Tapi aku tidak mengubrisnya, kurasa itu hanya hantu yang suka mengganggu kita, lebih baik jangan diladeni.

Aku menutup pintu kamar mandi lalu berjalan dengan gontai ke arah kasurku. Aku menghempaskan diriku disana, lalu memejamkan mataku. Aku akan beristirahat sebentar.

Aku terbangun oleh suara ketukan dari pintu besi, dan kaget saat melihat makan malamku dimasukan melalui lubang yang cukup besar untuk memasukan loyang beserta isinya dibagian bawah pintu. Aku menghampiri loyang tsb, dan mengangkutnya ke meja belajarku, berniat makan disana. Chicken cream soup dan roti baguette* (*roti perancis yang panjang) aku menikmati makan malam itu dengan bahagia, akhirnya setelah hari yang panjang ini ada sesuatu yang baik terjadi padaku. Aku memang aneh, mudah bahagia dengan sesuatu yang kecil, tapi aku memandang itu sebagai sebuah berkat.

The Hell QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang