Author: uh. Author ngerasa bersalah sekarang. Gini, Author ga jadi double update karena setengah cerita ini lupa di save, jadi harus NGULANG. Kesel ga tuh? *malah curhat* Author sebelumnya nyaris ngebanting hp saking keselnya. Anyway, enjoy!
++++++
Alex Purnama.Sudah seminggu berlalu sejak insiden teror kepala kambing sialan yang jatuh dari langit secara ajaib dan menghantam kepalaku.
Dan rasanya sejak saat itu, Aria terlihat makin ketakutan tiap harinya.
Aku rada sedih juga sih, melihat keadaannya begini. Namun sekali lagi kuulangi, nama tengahku adalah "Kacau" dan lagi-lagi, aku tak tahu harus bagaimana. Dia terlihat makin parnoan saja, makin pendiam dari waktu ke waktu--hanya berbicara kalau perlu, dia sering mencoba berlagak kuat, tapi orang bodoh juga bisa melihat kilatan ketakutan di matanya.
Aku yakin Amel-- yang tidak begitu akrab denganku. Yah, taulah, aku ini anak rusak sementara dia anak teladan-- juga menyadari perubahan sikap Aria yang tidak bagus, dan aku tahu dia sudah berusaha, namun lagi-lagi, si Aria tolol itu malah berlagak kuat (lagi). Kenapa sih dia tidak membiarkan orang lain untuk membantunya? Masalah orang kebanyakan itu, sudah ada orang yang mau dan berusaha untuk membantu mereka, tapi mereka yang menolak mereka yang ingin menolong.
Aku curiga, Aria sudah tahu lebih banyak dariku. Mengenai teror ini maksudnya. Saat itu, Aria tidak terlihat kaget, tapi hanya ketakutan.
Dengar-dengar dari Jo, belakangan sebelum aku tinggal bersama mereka, biara mengalami kecelakaan beruntun yang aneh. Katanya, Jo pernah jatuh dari atap biara saat memperbaiki atap dan menumpukan lututnya pada pipa, padahal pipa itu sebelumnya cukup kuat untuk menampungnya. Dan kecelakaan yang menimpa keluarga lainnya yang takkan kuceritakan kembali saking malasnya.
Hal yang menangkap perhatianku adalah waktunya. Seluruh kecelakaan itu terjadi saat sore hari-- sekitar jam empat kalau tak salah dari cerita Jo, dan setiap hari Kamis. Yeah, tiap kecelakaan terjadi tepat satu minggu setelah kecelakaan sebelumnya. Dilihat dari ekspresi Aria, aku tahu dia tahu ada yang tidak beres dengan kecelakaan-- atau lebih tepatnya peringatan ditilik dari kepala kambing yang mengerikan itu, dan tahu beberapa info yang tak kuketahui.
Omong-omong, setelah kami mengetahui isi kresek yang menghantam kepalaku, tidak ada dari kami yang berteriak, kami berdua hanya memekik jijik karena bau busuk kematian yang begitu menyengat dan melompat mundur.
"Apaan nih?!" aku masih ingat malam itu aku membekap hidungku dan setengah berteriak setengah berbisik. "Kepala kambing lah, lo kira apaan?!" Aria balas membentak dengan suara lucu karena hidungnya dibekap juga "No shit, Sherlock" balasku sarkastik. Aria memutar bola matanya. "Gimana caranya pala kambing keparat ini bisa jatoh dari langit gitu aja? Dan apa-apaan ini?! Orang jaman sekarang ko kerjaannya nyiksa hewan aja, dan yg ngirim kepala ini ngira tempat ini apaan?!" Aku berkomentar marah, tapi masih tahu diri untuk tidak teriak teriak di perumahan yang sepi ini. Bisa-bisa tahu tahu saja aku sudah disambit sendal jepit dari tetangga.
Habis, kemana hati orang yang menyiksa kambing ini? kambing ini pernah salah apa dengannya? Maling jemuran, gitu? Buat apa kepala kambing ini dipenggal, dicabik-cabik, kemudian dibuang begitu saja ke kami? Mereka kira mereka itu siapa?
Sumpah, aku mulai malu jadi manusia."...Eve ga boleh tau" gumam Aria malam itu, tapi terdengar olehku "Dia nggak boleh tau soal kepala kambing jahanam ini. Gue baru ketemu sama dia hari ini dan gue nggak mau dia beranggapan ketemu sama gue itu bawa sial sampe harus ngeliat pemandangan menjijikan begini." Ujarnya tegas. Walaupun aku setuju dengannya, bukan berarti aku setuju dengan bagian Eve beranggapan pertemuannya dgn Aria sama dengan bawa sial.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hell Queen
RandomSang Ratu Neraka. Sejak kecil, tepatnya saat aku berumur lima tahun, aku sudah menyandang julukan menyebalkan tersebut. Ini semua karena bakat- atau kutukan?- ku. Entah bagaimana caranya, aku memiliki bakat ilmu pyrogenesis; dimana seseorang bisa me...