Eria

647 40 17
                                    

Author:*nongol* *keliatan reader* *dikejar reader* *disalib sama reader* AAAAAAA IYA AMPUUUNN AUTHOR TAU PERASAAN KALIAN PAS CERITA GA DI UPDATE2. I KNOW DAT FEEL. DAN AUTHOR MINTA MAAP SEMAAP MAAPNYA.

Note: Foto yang jadi media di chap ini itu Aria yang official. Memang pernah diliatin Aria sebelumnya gimana, tapi Author mutusin buat ganti karena Author rasa yang ini lebih pas. Dan karena sejak awal mau pake tokoh cewek dari anime "Sankarea", tapi fotonya ga ketemu yang pas. Akhirnya ketemu, jadi yah... begitulah.

++++++++

Aria Pierré

Aku yakin aku sedang bermimpi. Aku mencubit pipiku sendiri, yang ternyata tidak berefek apa-apa. Yep, aku sedang bermimpi.

Aku sedang berdiri ditengah-tengah.. entahlah. Aku tidak tahu nama apa yang pas untuk menjelaskan nama tempat ini. Oasis? Rawa? Danau? Aku sedang berdiri di tempat yang gelap, sesuatu seolah-olah menutupi kakiku sampai lututku seperti air, tapi aku tidak kebasahan. Sekelilingku gelap, saat aku menutup maupun membuka mataku, rasanya sama saja. Untung saja aku memiliki apiku..

Aku menjentikkan jariku. Eh? Aku mencobanya sekali lagi. Sekali lagi. Sekali lagi. Aku menghela nafasku. Rupanya aku tak memiliki kuasa atas apiku di sini. Kalau begitu untung saja aku tidak takut akan gelap, jadi keadaan ini bukan masalah bagiku...

Di belakangku aku mendengar suara seseorang atau sesuatu yang nyelonong lewat, membuatku merinding. Tak lama kemudian aku memekik sambil berjengit. Sumpah, tadi ada yang meniup leherku! Kemudian terdengar suara tawa gelap yang terdengar menyeramkan banget di sekelilingku. Awalnya tawa itu terdengar pelan, tapi perlahan-lahan suara itu menjadi tawa membahana yang terdengar kejam mengelilingiku, seolah-ah menertawakanku.

Wajar bukan, kalau aku ketakutan banget sekarang?

Aku berputar-putar di tempatku seperti orang idiot sambil menutup telingaku, untuk mengurangi kadar suara mengerikan itu dari pendengaranku. Perlahan-lahan aku menjongkok sambil masih memegangi kepalaku, kemudian memejamkan mataku erat-erat. Aku tahu sebentar lagi air mataku bisa tumpah, tapi aku mati-matian menahannya. Sumpah, keadaan ini sama persis ketika aku di panti asuhan dulu, karena kemampuanku yang belakangan kuketahui sebagai pyrogenesis, aku dikucilkan, ditindas, dan tindakan terakhir yang menjauhkanku dari dunia; dikurung.

Sekarang suara tawa itu tak lagi mengelilingiku, tapi seolah-olah bertumpu pada satu titik, kemudian terdengar suara langkah mendekat. "Hahaha.." Suara itu menghela nafas "Teknik itu tidak pernah membosankan." Aku bisa mendengar nada senyum dari suara itu "Apa kabar, manusia?"

Kau tahu apa yang mengerikan? Suara itu sama persis dengan suaraku.

Aku membuka mataku yang berair dan mendongak. Di tempat yang gelap gulita ini, satu-satunya hal yang bisa kulihat adalah sosok itu. Sosok didepanku memiliki wajah yang sama denganku, tapi selain hal itu dan tinggi badan kami, semuanya berbeda.

Alih-alih memiliki rambut hitam pekat sepertiku, warna rambutnya perak. Rambutnya tidak memiliki gaya, dia tidak memiliki poni, tapi panjang rambut yang lurus itu terlalu panjang sampai mengekor tak terlihat di kegelapan. Kini, kulitku sudah memiliki semu dan terlihat lebih "hidup." tapi kulit sosok yang mirip denganku ini berwarna sama persis seperti kertas. Dan matanya... yang sama dari mata kami hanyalah warna irisnya. Disekitar mata pasti ada bagian putih yang mengelilingi iris, tapi hal itu tidak berlaku baginya, alih-alih warna putih, warna hitamlah yang mengelilingi iris merah darah itu. Sebagai sentuhan terakhir, dikepalanya bercongkollah sepasang tanduk kambing. Dia mengenakan dress hitam yang memiliki aksen duri di beberapa tempat.

"Jangan ngeliatin orang kaya anak hilang gitu," orang di depanku menatapku seolah-olah aku orang paling idiot yang pernah ditemuinya. "Ditambah posisimu kayak orang buang hajat, nambah efek anak hilang, cepat berdiri!" bentaknya, aku pun buru-buru menurutinya dengan cupu.

The Hell QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang