Author: Hai :3 kalian inget kan aku bilang bakal ceritain masa lalu panti asuhan savior yang kelam? Yah, ini dia!
+++++++
DiraPanti asuhan yang pernah ditinggali Aria merupakan bekas pengungsian dari peperangan yang didirikan oleh Belanda.
Sayangnya, Belanda tidak memberikan tempat pengungsian itu secara sukarela, yang dianggap "penjahat" oleh Belanda akan disiksa di ruang bawah tanah. Aku hanya bisa berdoa tidak mendengar jeritan dan lolongan tiap malam.
Saat itu, aku belum meninggal, masih hidup. Aku termasuk orang-orang yang mengungsi, tapi bedanya, aku memiliki darah Belanda dalam diriku, aku mendapat perlakuan spesial daripada orang lain. Lebih tepatnya, aku adalah putri dari pendiri tempat pengungsian ini. Kukira aku lebih beruntung daripada orang-orang malang di sekitarku, tapi ketika aku mengetahui pekerjaan kotor ayahku menyiksa orang, aku sadar, kami tidak lebih tinggi daripada tikus got.
Hari itu aku sedang duduk di ayunan, sendirian. Tidak ada yang mau berteman denganku, anak-anak lain yang seumuran denganku adalah orang pribumi yang diperlakukan kasar oleh bawahan ayahku, wajar saja mereka tidak mau berteman denganku.
Kecuali satu orang.
"Dira, Dira!" Anak dengan baju seadanya yang sudah dekil berlari kearahku yang mengenakan baju mewah "Lagi ngapain?" Tanyanya ceria. Namanya Tora, dia termasuk orang pribumi, tapi tidak memusuhiku, dia mau berteman denganku "Nggak ngapa-ngapain" aku tersenyum "Cuma bosen" dia lalu menarik tanganku "Kalo gitu kita main sesuatu yuk!" Dia memasang cengiran lebar di wajahnya.
Tora adalah putra dari salah satu ibu-ibu pribumi yang memasak untuk kami. Tubuhnya kurus, tapi syukurnya dia tidak lemah, kulitnya berwarna sawo matang, berbeda denganku yang seputih susu, rambutnya pendek berantakan berwarna hitam legam, tiap hari ditubuhnya pastu selalu akan ada bekas luka, entah karena jatuh atau dipukuli. Bajunya hanya kaus putih tanpa lengan dan celana selutut dengan saku berwarna coklat, keduanya sudah dekil. Terlepas dengan seluruh keadaannya, cengiran lebar itu selalu dibawa kemana-mana, dia bisa berteman dengan siapa saja, dia punya filosofi untuk tidak membiarkan siapapun sedih. Melihat Aria yang tidak mau membiarkan Alex sendirian membuatku teringat akan Tora.
Kami berdua bermain petak umpet sampai malam, di ronde terakhir, aku yang menjadi setan sementara dia bersembunyi. Aku mencari keseluruh panti asuhan tapi tak kunjung menemukannya juga. Ketakutan dan panik mulai merasuki diriku.
Tapi karena aku tidak mau merepotkan orang lain untuk mencari Tora, jadi aku berjuang sendiri mencarinya. Begitu ketemu nanti, akan kuhajar dia, membiarkanku mencarinya sampai larut malam! Tentu saja aku tidak serius dengan menghajarnya, tapi minimal akan kugeplak kepalanya. Saat aku melewati pintu kayu yang kuketahui menuju ruang penyiksaan, aku mendengar lolongan menyedihkan yang menyayat malam.
Aku membeku, ketakutan. Sesuatu yang mengerikan terpikirkan olehku. Tidak. Batinku. Tidak mungkin itu terjadi. Aku berdoa dalam hati semoga saja aku salah, semoga saja pikiran itu meleset sama sekali.
Dengan kaki gemetaran, aku melangkah perlahan kearah pintu itu, lalu membukanya perlahan-lahan. Biasanya pintu itu dikunci, tapi aku bisa membukanya tanpa susah payah. Teriakan itu terdengar makin keras karena, lolongan itu sudah cukup tertahan oleh pintu kayu, sekarang tidak tertahan sama sekali. Teriakan malam ini terdengar berbeda, aku takut Tora adalah orang yang berteriak itu. Aku melebarkan pintu, berusaha tidak membuat suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hell Queen
RandomSang Ratu Neraka. Sejak kecil, tepatnya saat aku berumur lima tahun, aku sudah menyandang julukan menyebalkan tersebut. Ini semua karena bakat- atau kutukan?- ku. Entah bagaimana caranya, aku memiliki bakat ilmu pyrogenesis; dimana seseorang bisa me...