Cupid?

1K 63 17
                                    

***Author: seperti yang sudah dijanjikan #ea, itu foto buat tokoh yang di chap sebelomnya nabrak Aria. Cuman warna matanya bukan biru, tapi coklat***

Aria Pierre

Oke, semakin lama masalah ini semakin menakutkan juga.

Maksudku, sekarang aku sudah yakin simbol aneh tersebut adalah semacam trademark. Kalau di Detective Conan, Kaito Kid nya memberi surat peringatan pada massa, bahwa hal yang tak terduga akan terjadi, membuat kagum semua orang, sekaligus bikin kesal pihak polisi. Sama halnya seperti yang ku hadapi sekarang.

Namun, alih-alih pada massa, tanda ini seolah hanya ditunjukan padaku. Juga, alih-alih kejadian seru, kurasa apa yang akan kuhadapi adalah sesuatu yang mengerikan. Eh? Tunggu dulu. Hanya ditunjukan padaku? Benar juga, hanya aku yang melihat simbol itu, simbol medali yang pertama kali kulihat itu bisa dilihat siapa saja, namun dari semua orang, hanya aku yang menemukannya. Artinya, mungkin pelaku kejadian ini sudah mengetahui jalan pikirku mengenai tanda tersebut, dia tahu orang yang menemukan medali itu akan mencari tanda kedua. Yang berarti seluruh skenario yang telah kulewati berjalan dengan licin sesuai kemauannya. Brengsek! Orang itu cerdas benar!

Esoknya, setelah aku melihat tanda kedua yang di lukis di dinding biara, ada kejadian lagi. Ayah nyaris saja terkunci semalaman di gudang bawah tanah yang gelap, lembab, dan tikus serta kecoak yang menjadi teman seperjalanan tanpa makan dan minum jika seandainya Maria tidak pergi mengambil sekop untuk membakar daun kering di tempat pembakaran. Saat aku cek, benar saja, lagi-lagi tanda itu sudah dilukis di lantai gudang, sedikit tertutup oleh matras. Apakah ini kejadian yang sudah direncanakan? Aku merenung.
                            ******
"Aria, lo nggak papa?" Amel yang duduk di seberangku bertanya dengan raut wajah khawatir. Seminggu sudah lewat sejak insiden yang menimpa Ayah, tapi tetap saja aku merasa di terror. Esoknya lagi setelah insiden Ayah, Maria nyaris tertimpa dahan pohon yang berat jika Andy tidak gesit untuk mendorong Maria. Saat aku mengecek pohon itu, aku melihat simbol itu lagi-lagi di ukir di akar yang menyembul keluar. Jika sudah direncanakan sejak lama, kenapa tanda di pohon ini terlihat baru? Ukiran di pohon itu masih terlihat segar, membuatku lagi-lagi berasumsi mengenai dugaanku yang sebelumnya. Semua kejadian ini terjadi di depan mataku dan seolah-olah meneriakkan.

Aku akan menghabisi semua orang yang kamu sayangi! You are next!

Tapi, setelah insiden Maria, aku tak kunjung di timpa "kesialan" atau kecelakaan. Yang membuatku frustasi. Membuatku bingung dan makin hari makin parnoan saja. Orang-orang di sekitarku akan menganggapku aneh karena tiap waktu tertentu aku akan berbalik, merasa ada yang mengawasiku, atau melamun dengan tatapan kosong kemudian tiba-tiba tersentak dan menajamkan mataku. Hal-hal ini pasti membuat mereka yakin untuk menekan nomor rumah sakit jiwa dan mengatarku kesana, tapi peduli setan, mereka tidak tahu apa yang kulalui.

"Hei!" Amel lagi-lagi memanggilku, menyentakkanku "Lo kenapa, Aria? Gue dari tadi manggilin lo tapi lo ngelamun lagi, hhh" dia mengela nafas sambil meminum jus jeruknya "Gue bahkan yakin lo sama sekali nggak dengerin omongan gue, kan?" Oh, crap. Aku merasa bersalah tidak mendengarkannya, tidak seharusnya aku membuatnya khawatir begini, kalau orang lain, sih masa bodoh, tapi Amel kan sahabatku! "Iya, sori" ujarku dengan nada permintaan maaf sambil memegang tangan Amel "Pikiran gue emang nggak gampang dikurung di tempat" aku tersenyum lemah. Lesu. Tidak ada tenaga. Tenagaku terkuras karena, harus kuakui, aku rada depressed. Amel merengut, tapi kemudian raut wajahnya melembut "Gue tau temen gue ini ada masalah" ujarnya sambil menepuk bahuku dengan tangan kanannya dan tersenyum manis "Lo tau kan lo nggak usah nyimpen semuanya sendiri?" dia menatapku lurus-lurus, meminta sebuah penjelasan dari sikapku yang berubah belakangan ini.

Kalau dipikir-pikir, aku memang tidak diberitahu untuk tidak menceritakan pada siapa-siapa, tapi aku merasa ini masalahku. Masalah yang tak seharusnya di ketahui siapapun, yang harusnya ku bawa sampai ke liang kuburku. Tapi teman untuk berpikir bersama tidak akan merugikan, bukan? Siapa tahu Amel malah akan memikirkan sesuatu yang tak terpikirkan olehku... Tapi lebih baik aku tidak mengambil resiko. Insiden yang terjadi pada keluargaku lebih baik tidak kuceritakan. Lebih baik kutanyakan apa arti simbol itu saja.

The Hell QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang