Moon Wolf

897 57 11
                                    

Thats Aria up there :)
++++++
Alex Purnama

Aku mulai melihat Aria dengan cara yang berbeda.

Kalau kalian membayangkan aku melihat Aria sambil sikap lilin, akan kupatahkan leher kalian.

Aku tertarik padanya. Aku memperhatikan hal-hal kecil yabg suka dia lakukan, seperti dia akan menggaruk bagian belakang kepalanya saat dia gugup atau merasa bersalah.
Dia akan memiringkan kepalanya saat dia kebingungan-- yang damn, imut banget. Oke, kata 'Aria' dan 'kebingungan' jarang dalam satu kalimat karena dia gadis yang cerdas, jadi pemandangan dia kebingungan merupakan fenomena yg jarang.
Dia selalu memiliki seringai ini yang menurut orang lain keren, tapi menurutku menyebalkan, karena saat dia menyeringai begitu, dia tahu dia akan memenangkan sesuatu, entah perdebatan atau kontes beneran.
Dia akan tetap mengenakan rompi rajut hitamnya walaupun matahari berencana untuk membakar kota.
Dia suka berlarian di bawah terik matahari, tapi kulitnya tetap pucat.
Dia suka menertawakan semua hal yang menurutnya lucu, termasuk masalah yang menimpanya. Aria memang cewek kuat.
Dan saat dia tertawa, aku melihat percikan kembang api mini di matanya yang semerah rubi, kembang api yang terus menerus ingin kulihat.
Jangan lupakan suara tawanya yang renyah dan aneh, yeah, tidak semua orang suka tawa yang terdengar aneh, tapi menurutku, tawa seperti itulah yang membuatku merasa hangat.

Astaga, aku bisa membuat buku mengenai Aria. Hal-hal di atas masih sebagian kecil yang kuketahui tentang Aria. Masih ada banyak yang tersimpan baik di memoriku.

Hell, akui sajalah Alex. Kamu tidak pernah merubah caramu melihat Aria, dari kalian pertama ketemu, kamu sudah memandangnya dengan cara begini. Kamu baru merasakan dampaknya. Apa kabar jantung yang sering berdekat lebih kencang dan perut yang sering melilit?

Keparat. Siapa itu yang ngomong di dalam kepalaku?

Apakah dia juga mulai melibatku dengan cara yang berbeda?

Nah, tidak mungkin. Apa yang kalian harapkan? Seseorang secantik dan sepintar Aria Pierré menyukai Alex Purnama, preman sekolahan yang memiliki masa depan suram dan kerjanya hanya mengacau?

Tapi, sayang sekali, kembang api di matanya yang seperti rubi itu mati belakangan ini. Sekarang aku lebih sering melihat ia menatap kosong udara dari pada tersenyum seperti biasanya. Sekarang dia terlihat ketakutan ketika berjalan sendirian di jalan yang sepi, padahal aku pernah melihat dia menghajar Dedi, cowok mesum yang pernah menyingkap rok salah satu cewek di kelas kami.

Aku tahu dia sedang mempunyai masalah yang cukup besar sehinggan membuatnya depressed begini, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku yakin itu adalah masalah keluarga, berhubung setahuku di sekolah dia tidak sedang menyatroni drama ganjen yang sering dilakukan cewek-cewek sekolah kami. Karena itu, aku tidak bisa seenak jidat kepo tentang urusan keluarganya, dia punya wilayah privasi. Lagipula, aku bukannya seorang teman yang bisa diandalkan di urusan beginian, yang ada aku malah akan mengacau.

Yeah, aku yakin banget nama tengahku adalah "Kacau".

Aku meliriknya yang duduk di sampingku. Sekarang sedang jam pelajaran Sejarah, pelajaran favorit Aria, tapi saat ini dia tidak terlihat tertarik dengan repetan Bu Marni. Hal yang sangat aneh untuk seseorang yang maniak sejarah. Dia terlihat sedang berpikir keras, tapi aku berani bertaruh, pikirannya sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan kemerdekaan Indonesia, hal yang tidak di ketahui oleh Bu Marni.

Beliau sudah beberapa kali menunjuk Aria untuk menjawab pertanyaan, dan Aria menjawabnya dengan sempurna, membuat guru itu berpikir masih memiliki murid yang baik. (Bagaimana caranya masih bisa menjawab padahal pikirannya sedang mengembara, aku tidak tahu.)
                      *********
Malam ini akan menjadi malam terburuk akan kulewati jika aku pasrah saja dengan keadaan.

The Hell QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang