Kencan ganda?

836 50 0
                                    

Author: Yep, Author memutuskan untuk ngedelet cerita lepas karena alur nya kecampur sana THQ, dan rasanya lbh bijak kalo dipisah. Gimana, nanti Author mau bikin cerita br kalo THQ udh tamat, mau ttg itu aja?
++++++
Alex Purnama.

Aku tak percaya aku bisa sesial ini dalam waktu tiga jam.

Pertama, ujung alisku robek, yang sekarang terus menerus mengucurkan darah. Kedua, sepupuku yang resek, yang sudah tiga bulan kehilangan kontak denganku tahu-tahu saja nongol di depanku.

"Lo tinggal dimana sekarang? Gue kira lo masih kuliah di Australia?" tanyaku padanya yang sekarang dengan riangnya loncat duduk di kursi belakang motorku. Yep, meskipun ujung alisku robek, dan aku luka-luka, aku berniat pulang dengan motorku.

Untung saja aku selalu menyediakan jaket kulitku, untuk menutupi lukaku dari keluarga di biara. Kalau mereka sampai melihat lukaku, mereka akan bertanya dari mana aku mendapatkannya, dan aku akan kesusahan mengarang jawaban, karena tentu saja aku tidak akan berkata begini "Yap, tiap minggu aku berantem sampe nyaris mati demi menghidupi diri sendiri!" kan? Tapi, berhubung kali ini ada luka di wajahku yang sulit kututupi, aku terpaksa memikirkan kebohongan yang cerdas.

"Pernah denger yang namanya summer break?" dia mencari posisinya nyaman taktakala aku memakai helmku. "Gue baru aja ke sini dua hari lalu, jadi gue tinggal di hotel. Tapi karena gue bosen dan tau rutinitas lo kesini, jadi gue dateng ke sini dengan ojek yang ngibirit setelah gue kasih bayaran, dan ngagetin lo." Dan aku memang kaget. Sialan.

Dia mencengkram jaket kulitku saat aku sudah menjalankan motorku dengan kecepatan penuh. Yep, Vy adalah salah satu dari segelintir orang yang tahu tentang pekerjaanku sebagai street fighter, dulu, dia bahkan pernah menontonku bertarung.

Aku mengeraskan rahangku. Sial, luka di ujung alisku berdenyut-denyut karena tertekan helm, di tambah luka-luka lain di tubuhku yang diterpa angin. Rasanya sakit banget. Apa sebaiknya aku ke rumah sakit dulu? Ah, mana bisa. Bakal makan waktu berjam-jam dan keluarga di biara akan mulai khawatir.

"Jadi, sekarang lo tinggal dimana?" Vy bertanya dari belakang saat motorku masih melaju. Astaga, semoga saja dia tidak berencana untuk mengunjungi tempat tinggalku "Apartemen yang dulu" jawabku singkat "Tapi kita nggak mengarah ke apartemen lo yang dulu" Sahutnya polos. "Yah.. Sementara gue tinggal di tempat temen"
"Kenapa?"
"Ayah dateng"
"Oh"
Tanpa perlu banyak penjelasan, Vy langsung mengerti. Yah, Vy sama sepertiku, tidak begitu menyukai Ayahku. Omong-omong soal keluarga, Vy merupakan sepupu jauhku yang merupakan anak kuliahan di Australia dengan beasiswa. Yah, begitu-begitu, Vy merupakan anak yang lumayan cerdas. Omong-omong FYI, namanya bukan Vy, itu hanya nama panggilannya saja.

"Jadi sekarang kita ke tempat temen lo ini?"
"Iya" aku mengangguk.
"Gue ikut ya" Aku menegang. Habis, ketimbang pertanyaan, itu lebih mirip pernyataan.
"Tumben? Biasanya lo nggak tertarik sm pergaulan gue?"

Dari nadanya, aku bisa tahu dia kini tersenyum--atau lebih tepatnya, menyeringai "Halah, kalo lo menegang gini, gue tau ada yang salah dengan temen lo" katanya ceria cambil memukul punggungku, aku meringis. Sial, dia sangat mengenalku! "Atau jangan-jangan dia ini cewek?" Dor. Bullseye. Tepat sasaran. Tapi, aku tidak boleh terlihat panik di depannya.

Aku mengangkat bahuku. Dia tertawa hebat sampai kukira dia akan jatuh terjungkal kebelakang karena dia menarik dirinya kebelakang akibat saking kerasnya tertawa (Kuharap sih begitu) "Whoa, whoa! Ellie, gue nggak nyangka lo sebejat itu!" katanya di sela-sela tawa dahsyatnya.

Aku ingin menghajarnya, tapi motorkan masih melaju, aku mana boleh mempertaruhkan nyawa kami berdua demi memberi anak di belakangku pelajaran? Oke, dia bukan anak deh, berhubung dia sudah kuliah. Dan dia masih ingat nama julukan menyebalkan yang dia berikan padaku! Just-- damnit, nama "Ellie" terlalu imut dan aku bahkan tidak tahu dia mendapat ide nama itu darimana!

The Hell QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang