7. Otak dan Perasaan

43 12 20
                                    

⚠️⚠️ Visualisasi hanya berlaku di cerita ini. Jangan pernah dibawa ke dunia nyata !!!

Jangan lupa vote 🤗🤗🤗

Dan tinggalkan komentar juga yaa🤗🤗🤗

Biar aku makin semangat ngetiknya 😅😅😅

Dan mungkin, aku bakalan up kalo banyak yang komen 😌😌😌

Happy Reading 💚💚💚

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Jeno sangat terkejut ketika dia mendapat telfon dari Nana kalau di Suriah sedang ada pengeboman. Panik ?? Jelas. Dia langsung memutuskan untuk pulang begitu dia keluar dari kampus. Jeno pulang sendirian karena Nana masih ada mata kuliah. Jeno langsung menuju ke rumah keluarga Arsenio. Sesampainya disana, ternyata Rendi sedang menelfon seseorang begitu juga dengan Yudha dan Ryan. Jeno menghampiri Ryan yang sedaritadi menelfon seseorang tapi tidak diangkat.

"Telfon siapa ?? Udah dapet kabar dari Kia ??" Tanya Jeno panik. Ryan menggeleng yang artinya dia sama sekali belum mendapat kabar dari Kia.

"Gue udah nyoba telfon Yara, tapi nggak bisa-bisa. Nomornya nggak bisa dihubungi lagi." Ucap Ryan. Tak lama, Rendi datang menghampiri mereka berdua. Membiarkan Yudha yang masih menelfon pihak kampus.

"Gue tadi telfon Devan, Yara hari ini dapet bebas tugas. Jadi dia pergi jalan-jalan. Tapi Devan juga nggak tau dia jalan sama siapa. Pengebomannya ada di pusat kota, dan mereka posisinya di tempat pengungsian. Yang gue takutin, Yara jalan-jalan di kotanya." Jelas Rendi dengan wajah gelisah.

"Kalian nggak ngerasain apa-apa kan ?? Sesak atau dada kalian sakit ??" Tanya Jeno memastikan.

"Kalo gue nggak ngerasain, Rendi nggak bakalan sepanik ini. Tadi gue sama Rendi sempet ngerasa dada kita sesak. Makanya langsung nyoba hubungi yang disana." Ucap Ryan. Rendi dan Ryan jadi semakin tidak tenang. Apalagi Yudha, kondisinya sekarang sudah sangat kacau memikirkan bagaimana kondisi Kia disana.

"Harusnya papa nggak ngasih izin Yara buat kesana. Disana kan masih ada konflik. Tapi papa malah ngizinin dia buat pergi." Ucap Yudha menyesal ketika selesai menelfon pihak kampus. Ternyata pihak kampus sudah mencaritahu bagaimana keadaan disana. Dan ketika pihak kampus menelfon mahasiswa mereka secara pribadi, hanya ponsel milik Kia yang masih belum bisa dihubungi.

"Udah pa, ini bukan salah papa. Kalau papa nyalahin diri papa kayak gini, itu artinya aku sama Rendi juga salah. Karena aku sama Rendi juga ngasih izin dia buat pergi." Ucap Ryan sambil berjongkok dihadapan papanya.

"Kita cuma bisa berdoa buat keselamatan Yara disana. Nggak ada yang bisa kita lakuin kecuali doain dia dari sini." Ucap Rendi yang dibenarkan oleh semuanya.




















🐶🐶🐶



















Barusaja Kia dan Lucas sampai di dekat mobil, mereka langsung mendengar suara ledakan yang sangat keras. Membuat Kia reflek berjongkok dan bersembunyi dibalik mobil yang tadi mereka tumpangi sambil menutup kedua telinganya. Kia sangat takut. Lokasi ledakan itu terjadi sangat dekat dengan tempat mereka saat ini. Bahkan dia bisa merasakan beberapa pecahan kaca berjatuhan layaknya hujan.

Kia hanya bisa merapalkan berbagai macam doa. Berbeda dengan Kia, Lucas malah akan menghampiri sumber ledakan itu. Dia masih berusaha menghubungi markas untuk mengetahui ada apa sebenarnya. Setelah dirasa dia mengetahui penyebabnya, dia mencari keberadaan Kia. Gadis itu tidak ada didalam mobil. Lucas langsung beralih ke sisi lain mobil dan sudah mendapati Kia yang berjongkok dan ketakutan.

Nothing Impossible 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang