Helaan nafas terdengar di dalam lift yang berisi Hani sendiri. Rasanya Hani mau lift berjalan lambat agar ia tetap di posisi itu.
Teng!
Tapi itu semua hanya harapan, Hani sudah sampai di lobby gedung dorm.
Dengan keadaan yang masih sepi dan langit belum sepenuhnya terang, Hani lanjut berjalan ke arah parkiran. Ia menyeret kopernya sambil mencari mobil yang berjanji menjemput.
Setelah memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan sebagai asisten dorm, Hani sempat menghubungi pihak agensi dan ia diharuskan untuk menghadap Kim, orang yang waktu itu merekrutnya.
Katanya, Hani harus mengurus surat pengunduran diri, dan sekarang ia sudah siap dengan semua barang yang sudah dibawa untuk sepenuhnya meninggalkan dorm.
"Hanisa?" ucap seseorang yang menunggu di samping mobil hitam.
Hani spontan menoleh kemudian segera mendekati orang yang seperti sudah menunggunya itu.
"Saya Hwan yang ditugaskan mengantar." Pria tadi memperkenalkan dirinya dan sedikit membungkuk.
"Ah iya, saya Hanisa Zee," balas Hani yang ikut membungkuk.
"Kamu bawa barang? Itu barang kamu?" tanya pria itu sambil menunjuk koper yang dibawa Hani.
"Iya," jawab Hani mengangguk pelan.
Hwan terdiam sejenak melihat Hani yang sedikit lesu. "Biar saya masukin bagasi, ini aja?"
"Iya, terimakasih."
Hani berdiri sambil memperhatikan barangnya yang sedang dimasukkan Hwan ke bagasi.
"Ayo, silahkan masuk," ucap Hwan beres dengan barang Hani dan mulai masuk ke dalam mobil diikuti Hani yang terduduk di belakang.
"Kita ke kantor dulu ya," kata Hwan sambil melihat Hani dari kaca depan.
"Iya," jawab Hani menangguk.
Mobil itu perlahan bergerak, Hani dapat melihat melalui tampilan kaca yang menunjukkan ia telah meninggalkan gedung dorm.
Selesai.
Hani menghela napas panjang untuk semua hal yang pada akhirnya membuat ia keluar dari dorm.
Ia sudah tak tau harus mengambil jalan apa lagi selain jalan ini.
Gadis itu memang tak ingin ada perpisahan, begitu juga para penghuni dorm yang terus berusaha menahannya. Tapi, Hani sendiri sudah tak tahan dengan semua masalah ini.
Semua terjadi karena masalah yang ditimbulkan oleh Jiah. Tapi, jika hanya menyalahkan Jiah rasanya itu juga tak adil, karena di sini Hani sadar telah salah.
Hani ceroboh hingga Jiah sadar bahwa ia adalah asisten dorm NCT. Hani juga salah terlalu percaya Jiah dan tak ada sedikit curiga.
Dengan semua masalah ini, Hani sudah berusaha bertahan di dorm dan tak kabur dari masalah seperti kebiasaannya. Tapi semakin hari semua semakin tak jelas. Ia juga khawatir dengan kecemasannya yang akhir-akhir ini mulai muncul lagi.
Jujur, masalah ini sangat menakutkan bagi Hani walau ia mendapat dukungan dari para penghuni dorm.
Pada akhirnya, Hani memutuskan untuk keluar dan setidaknya bisa lepas sejenak dari bayang-bayang dorm NCT yang membuatnya terus diteror.
Di tengah lamunannya, Hani segera meraih ponsel yang sejak tadi bergetar karena notifikasi. Ia bisa menebak berasal dari mana notifikasi itu semua. Selain teror, tentu saja notifikasi dari penghuni dorm.
KAMU SEDANG MEMBACA
Too Close To NCT [OT23]
Fanfiction[SELESAI] (Cerita ini dibuat sebelum Lucas, Shotaro, dan Sungchan keluar dari NCT) "Selamat datang di dorm NCT." "Hmm." [Follow sebelum baca dan jangan lupa tinggalkan jejak yang baik. Mari saling menghargai~]