Mozaik 16 : Perhatian

647 133 209
                                    


‘Perasaan yang muncul tampa disadari.’

 

[NEO] TWILIGHTRabu, 21/04/2021ⓝⓔⓞ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[NEO] TWILIGHT
Rabu, 21/04/2021


Dalam gerak lambat, Heejin menyemprotkan parfum yang katanya bisa menyamarkan aroma darah. Ayahnya juga selalu mengingatkan agar Heejin memakai parfum, harum parfumnya sama dengan yang sedang ia pakai. Dari situlah ia yakin, sang ayah mengetahui keberadaan vampir.

“Para vampir mengincarku dan ayah tau,” kata Heejin, diletakkannya kembali botol parfum seraya menghela napas.

Heejin merasa seluruh badannya sakit. Padahal hanya kedua pergelangan tangannya yang memar, bekas cengkeraman kuat dua vampir lelaki kemarin siang. Jangan lupakan leher tercekik hampir tidak bisa bernapas ketika Jaemin menarik kerah seragamnya.

“Dia lebih kasar dari Lee Taeyong,” rutuk Heejin melihat pantulan lehernya di cermin.

Seingat Heejin sewaktu di kantin Jaemin sama sekali tidak peduli meski dirinya diseret oleh kelompok anak Vampaneze. Jaraknya pun tidak sampai tiga meter sebelum berjalan menjauh.

“Syukurlah leherku tidak lecet, tapi kenapa dia bisa berada di atap juga.” Meski bersyukur akan kehadiran Jaemin, Heejin tetap merasa aneh kenapa si pangeran repot-repot menyusul ke atap. Bukankah dengan adanya Jeno sudah cukup membantu. “Berapa meter yang harus ditempuh agar berada di atap… akh, sudahlah, pokoknya aku tidak boleh terlibat masalah lagi dengan anak-anak Vampaneze.”

Hari pertamanya di sekolah vampir sangat melelahkan. Heejin juga perlu memutuskan untuk bergabung dalam sebuah klub. Selama ini, dia tidak pernah terlibat organisasi apa pun di sekolah.

“Apa aku ikut klub yang dipilih Nakyung saja? Tunggu… rasanya dia belum bilang akan ikut klub apa.”

Heejin memegang tiap ujung kain tipis berwarna hitam. Gara-gara Jaemin mengerjainya mengenai bertatap mata langsung dengan vampir sangatlah berbahaya baginya yang seorang manusia, ia pun menjadi perhatian banyak murid.

“Dasar Pangeran Vampir menyebalkan!”

Saat itu pintu kamar terbuka lebar, Jaemin masuk dengan langkah agak dihentak-hentakkan.

“Kenapa tidak mengetuk pintu,” keluh Heejin.

“Sudah kuketuk ratusan kali tapi sepertinya kau tidak dengar karena terlalu sibuk mengutukku,” kata Jaemin yang seenaknya merampas sehelai kain dari tangan Heejin.

“Sekarang apalagi masalahmu?” tanya Heejin, ia tidak harus dibantu untuk bersiap-siap pergi ke sekolahkan. “Parfum aromanya sudah kupakai.”

Jaemin menautkan alis. “Parfum aroma,” katanya.

“Iya, parfum yang bisa menyamarkan aroma darah manusiaku. Sekarang aku tinggal menutupi mataku. Cepat berikan kainnya,” tuntut Heejin.

“Tidak usah dipakai lagi.”

[NEO] TwilightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang