Mozaik 42 : Ruang

427 107 36
                                    


‘Rahasia hati dalam kecupan yang tak terhindarkan.'

.
.
TARGET!
60 Vote
30 Comment
.
.

[NEO] TWILIGHT
Minggu-Senin
29-30/08/2021 {07:03PM-08:04PM}


“Aduh, kakiku! Siapa yang menginjak kakiku?!”

“Maaf, Renjun-ah, terlalu gelap jadi tidak bisa lihat.”

“Lee Jeno, baru saja minta maaf, kau injak lagi kakiku.” Renjun loncat-loncat di tempat.

“Maaf, Renjun-ah, kali ini aku yang menginjakmu,” sahut Heejin sambil meraba-raba tembok ketika menuruni tangga.

Saat itu saklar lampu ditemukan dan ruangan menjadi terang. Yoona berdecak melihat ke empat remaja berdiri merapat ke tembok, di tiap anak tangga dengan sedikit membungkukkan tubuh, tampak sangat berhati-hati.

Renjun yang berdiri paling depan, perlahan mengangkat tubuhnya. “Detektif Im, Anda memang ahlinya,” katanya sambil mengacungkan dua ibu jari sebagai apresiasi.

Yoona tersenyum bangga. Menurutnya menyalakan saklar lampu bukan hal sulit. Mereka berempat pun lanjut menuruni tangga dengan nyaman, berpencar mengagumi ruang bawah tanah serta isinya.

Bola mata Yoona bergulir ke setiap sudut ruangan. “Jangan… jangan sentuh apa pun,” kata Yoona memperingati, sebelum tangan Jaemin mampu meraih gagang lemari pendingin.

“Aku tidak tahu, kalau ayah memiliki laboratoriumnya sendiri.” Heejin bergumam tak percaya.

“Heejin, bukankah ini parfum aroma yang selalu kau pakai.” Jeno menunjuk botol-botol parfum yang tertata rapih.

Heejin menghampiri Jeno, melihat barisan botol parfum dengan seksama. “Jangan-jangan ayah sendiri yang membuat parfumnya.”

Sementara itu Yoona dan Jaemin melihat ke dalam lemari pendingin. Mereka dengan jelas membaca tulisan yang tertempel di tiap deretan botol kaca, berisi cairan merah pekat berupa darah. Tulisan itu memuat beberapa informasi golongan darah lengkap dengan tahunnya. Di paling atas ada sekumpulan botol ditempeli tulisan Darah Keabadian.

“Akhirnya aku menemukan Sampel Darah Keabadian.” Mata Yoona berbinar melihat betapa segarnya darah yang telah difermentasi, sampai harus menegak ludah.

Tiba-tiba saja Renjun sudah berada di sebelah Jaemin. “Boleh aku mencicipinya?”

Yoona dan Jaemin kompak membalas, “Tidak boleh!”

Heejin tidak bisa ikut senang mendengarnya. Muncul perasaan terkhianati oleh sang ayah. “Apa itu semua adalah darahku?” tanya Heejin dengan suara bergetar saat kakinya melemah.

Di sebelahnya, Lee Jeno sontak memegangi tubuh Heejin agar tidak terjatuh.

“Bagaimana bisa… untuk apa ayah mengumpulkan darahku, melakukan penelitian? Memberikannya kepada vampir? Ayah… ahh, pantas saja ayah selalu menyuruhku rutin mendonorkan darah setiap enam bulan sekali.”

Yoona hampir lupa kalau Heejin bisa saja terguncang. “Heejin-ah, tenanglah, apa pun tujuan ayahmu pasti demi kebaikanmu.”

Sudah puluhan kali, Heejin memikirkan kemungkinan yang terjadi padanya di masa lalu sehingga berakhir di dunia yang ditinggali para makhluk penghisap darah. Kehidupannya sebagai manusia seketika berubah drastis. Tanpa penjelasan, ayahnya pergi entah kemana dengan hanya meninggalkan surat.

Tolonglah, siapa saja beritahu Heejin, apa yang tengah terjadi? Tepat saat kemelut permasalahan berdebat dalam otaknya, sebuah tangan hangat tertempel di kening.

[NEO] TwilightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang