[NEO] TWILIGHT
Rabu, 19/01/2022
ⓝ
ⓔ
ⓞRenjun merasa ada sesuatu yang serius di antara Jeno dan Nakyung. Kepergian dua temannya itu terkesan buru-buru, seolah mereka harus segera menyelesaikan masalah. Tak lama kemudian terlintas di benak Renjun, kalau-kalau kedua orang tua mereka memutuskan untuk menikahkan mereka.
“Shuhua, aku akan melamarmu sesampainya di Cina.”
“Kenapa tiba-tiba bilang begitu?” tanya Shuhua dengan kening mengeryit.
“Kau lihat Jeno dan Nakyung tadi,”ᅳShuhua menganggukᅳ“mereka sangat serius, lalu seperti yang kita tahu kalau Jeno jarang sekali mengajak bicara lebih dulu, apalagi dengan ekspresi serius,” celoteh Renjun dari sudut pandangnya, yang jelas berbeda dari apa yang dipikirkan Shuhua.
“Jadi menurutmu keseriusan antara mereka itu dikarenakan akan menikah.” Shuhua menyimpulkan maksud dari perkataan Renjun dan segera menambahkan, “Tapi dari apa yang kulihat mereka seperti sedang bertengkar, seharian ini saja Nakyung terus menghindari Jeno.”
“No, no, no, Shuhua-ya… mereka tidak bertengkar.” Renjun tetap yakin akan dugaannya yang lalu berbalik demi mendengar pendapat lainnya. “Jaemin, Heejin, menurut kalian bagaimana?”
Begitu pula Shuhua yang ikut menoleh ke belakang. “Eh, kemana mereka pergi?” Renjun mengedikkan bahu pertanda tak tahu. “Molla,” katanya.
***
Suara air sungai mengalir terdengar riak di situasi canggung yang nyaris hening. Mata bergulir Heejin memindai ke sekitar seraya diam-diam mengamati gubuk pemburu di seberang sungai yang telah luluh lantak. Sementara jalan setapak yang dilaluinya tidak lagi tertutupi salju lebat seperti terakhir kali. Kemudian tiba-tiba saja, terdengar lolongan serigala dan tanpa disadari warna langit telah berubah menjadi merah jingga. Heejin terkesiap, tapi suaranya tenggelam oleh seruan Jaemin yang memanggil namanya.
“Jeon Heejin!” Masih teringat jelas oleh Jaemin dan Heejin proses penyegelan yang mereka lakukan di hari tergelincirnya matahari. “Mau terus mencari ponselmu di situ.”
Heejin memalingkan pandang dari langit senja yang semakin indah itu dan menemui tatapan Jaemin. “Ulurkan tanganmu,” kata Jaemin.
Tanpa keraguan, Heejin menjangkau ke seberang bebatuan dan membiarkan Jaemin menautkan jemari mereka. Menyeberangi sungai yang airnya hampir membeku di musim dingin.
“Mungkin kau menjatuhkan ponselmu di gubuk.”
Mendengar Jaemin menyebutkan ‘gubuk’, pikiran Heejin yang tengah berselancar ke saat itu terkejut sehingga terpeleset di bongkahan batu licin. Refleks Jaemin melingkarkan lengan di sekeliling pinggangnya. Jantung Heejin mendadak berdegup kencang.
“Hati-hati,” gerutu Jaemin, terselip nada mengeluh yang justru mulai disukai Heejin.
Saat matahari menyisakan setengah cahaya indahnya, sensasi dingin menggelayut di buku-buku jari Heejin. Sedikit mengembuskan napas lega ketika beberapa saat lalu meninggalkan gubuk tanpa menemukan apa pun, mungkin selain ingatan akan tanda merah pertama yang dibuat di lehernya. Heejin ingin tahu, apa laki-laki di sebelahnya juga merasa gugup seperti dirinya sekarang.
Satu-satunya tempat yang tersisa adalah bukit, tempat persembunyian Jaemin yang tidak bisa lagi dijadikan tempat menyepi di kala ingin sendiri. Lagi, Jaemin menggerutu soal akan mencari tempat rahasia lain.
“Kau bahkan tidak akan aku kasih tahu tempat rahasiaku lagi!”
“Maaf,” sesal Heejin. “Tapi benar bukan kau yang meninggalkan surat di lokerku?”
KAMU SEDANG MEMBACA
[NEO] Twilight
Vampir[END] Na Jaemin adalah anak Raja Vampir dari seluruh klan vampir. Ia percaya kalau mate-nya juga vampir dan berusaha menolak perjodohannya dengan manusia biasa. Segala macam cara ia lakukan untuk mengerjai wanita yang diperlakukan bak putri di kaste...