BAB 28 - Luar Angkasa

25.9K 3.5K 1.8K
                                    

Holaa selamat malam semuanya. Masih ada yang on? Hari ini aku fokus nulis chapter ini. Lumayan panjang daripada chapter2 sebelumnya. Semoga nggak membosankan 😂

Follow ig @indahmuladiatin untuk info2 ceritaku. Dan kalian bisa ikuti chanel resmi inplayers di telegram, linknya ada di bio instagram @inplayers

Langsung aja yaa, jangan lupa vote dan komentar sebanyak-banyaknya.

Happy reading guys! Hope you like this chapter 🥰

❄️❄️❄️

Selama tiga hari Dimas harus fokus pada ujiannya. Dia tidak bisa menghubungi Kiara, karena cewek itu memintanya untuk tidak memikirkan hal lain selain ujian. Membosankan, setiap hari rasanya dia ingin sekali melanggar ucapannya pada Kiara. Tidak apa kan datang ke rumahsakit dan melihat dari jauh, toh cewek itu tidak akan tahu. Sayangnya, dia ingin belajar untuk memegang perkataannya.

Siang ini akhirnya ujian selesai, Dimas tersenyum puas. Akhirnya bisa bertemu dengan Kiara lagi. Sebelum ke rumahsakit, Dimas mampir ke toko bunga. Membeli buket bunga lily yang cantik. Bukan sok romantis, lagipula Kiara itu tidak suka bunga, dia lebih suka sekotak martabak telor spesial. Dia hanya ingin melihat wajah kesal cewek itu saat dirinya membawa bunga.

"Pagi Suster," sapa Dimas pada seorang perawat yang sering dia temui selama Kiara dirawat.

Perawat itu tersenyum hangat dan menganggukkan kepalanya. Namun wajah itu tampak bingung. "Cari siapa?"

"Loh, yaa nyari Kia. Dia lagi tidur ya?" tanya Dimas.

"Nona Kiara?" tanya perawat. "Dia kan udah pulang dua hari lalu, Mas."

Dimas mengerutkan keningnya, satu detik, dua detik. Hingga satu kesadaran menghantamnya secara telak. Kiara pergi, dan itulah alasan kenapa saat itu, Kiara memintanya untuk tidak datang. Dia  segera berbalik untuk mencari cewek itu.

Di dalam jeepnya, Dimas mengendarai kendaraan itu dengan kecepatan tinggi. Jemarinya menyengkram keras kemudi. Wajahnya mengeruh, memikirkan kemungkinan-kemungkinan terburuk. Tiba di rumah yang saat ini ditempati Kiara selama di Bandung, Dimas langsung turun dari jeepnya.

"Kiara!" panggil Dimas keras-keras di depan pagar. Meski rumah itu sepi, dan dia tahu tidak ada orang di dalam rumah itu. "Kia, buka pintunya!"

Seorang tetangga yang kebetulan lewat langsung menghampiri. "Maaf Mas, nggak ada orangnya. Rumahnya sudah kosong dari kemarin."

Meski sudah tahu kemungkinan itu, tetap saja, mendengar langsung membuat kaki Dimas terasa lemas. Langkahnya terhuyung, tubuhnya menghantam pagar di belakangnya. Dia terduduk di sana, mengabaikan wajah si tetangga yang kaget.

Merasa tidak mungkin mengajak Dimas bicara, tetangga itu memilih pergi dan tidak kepo. Takut-takut nanti jadi sasaran amukan. Padahal tidak tahu apa-apa.

Dimas menautkan jemarinya, kepalanya tertunduk, sambil memikirkan kemana Kiara pergi. Dengan catatan, pergi dalam keadaan belum pulih. Mungkinkah cewek itu bisa langsung pergi ke Melbourne.

Tangannya segera mengeluarkan ponsel dari saku celana. Dihubungi Mona, namun nomor itu sibuk. Dia beralih pada Sasya, sayangnya tidak diangkat. Dimas menggeram kesal dan mengepalkan tangannya. Dihantamkan tangan itu pada jalan, "sialan!"

Kenapa Kiara tega sekali pergi, tanpa pamit, lagi. Seperti waktu itu, dan kali ini rasanya benar-benar lebih menyakitkan. Dimas mengacak rambutnya, dia segera bangun dan kembali ke mobil. Pergi menuju kampus untuk mencari Mona dan Sasya. Kalau ada yang perlu ditanya, dua orang itulah yang paling pertama harus dia temui.

Paper Hearts (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang