BAB 3 - Kampus Baru

27.2K 3.1K 802
                                    

Hola semua, bonus untuk kalian. Aku up lagi cerita ini 😂😂😂

Follow ig @indahmuladiatin untuk tau info cerita2ku

Jangan lupa vote dan komentarnya. Happy reading guys!! ❤️

❄️❄️❄️

Kiara menarik koper kecilnya memasuki rumah milik oma. Rumah yang berada di daerah ini memang terlihat tua-tua. Beberapa ada yang sudah direnovasi agar lebih modern. Kesannya jadi jauh sekali.

Kalau ada syuting film horor, mungkin Kiara akan sangat setuju rumah oma dijadikan menjadi lokasinya. Beberapa kali papa menyarankan untuk merenovasi rumah ini, tapi ditolak mentah-mentah. Katanya bangunan ini banyak kenangannya.

Kenangan apa, yang ada tamu jadi segan kemari karena takut.

Sebenarnya, suasana dalam rumah ini tidak buruk. Nyaman, dengan suasanya tenang, parabotnya memang masih model lama. Kayu jati yang unik itu kalau diingat, sejak Kiara kecil sudah ada di sana. Masuk lagi ke dalam, ada tiga kamar, dua bersampingan, satu ada di dekat tangga. Salah satu dari kamar yang berdampingan itu adalah kamar oma.

Di samping biasanya selalu ditempati mama dan papa kalau menginap di Bandung. Kamar Kiara biasanya ada di lantai dua. Tapi kali ini dia tidak akan menempati kamar atas. Dia menempati kamar dekat tangga. Kamar yang cukup besar. Ada jendela yang menampilkan taman samping rumah. Lumayan cocok untuknya.

"Sayang, kamu makan dulu sana. Biar Mama yang masukin baju-baju kamu ke lemari," kata mama sambil membuka lemari kayu besar itu.

Kiara duduk di ranjang single yang ada di kamar ini, sambil pandangannya menelurusi seluruh isi ruangan. "Boleh Ara dekorasi kan Ma kamarnya?"

"Boleh, bebas pokoknya. Ini akan jadi kamar kamu sayang, Oma udah bilang, kamu bebas pakai kamar ini," jawab mama. Tangannya membuka jendela kaca. "Tuh Ra, udaranya seger banget loh di sini. Pasti enak baca di sini,"

"Iya-iya, sini Ma biar Ara aja yang beresin bajunya. Malem ini Mama sama Papa nginep di sini kan?" tanya Kiara penuh harap. Interaksinya dengan oma masih canggung karena sudah beberapa tahun dia tidak kemari.

"Iya, tenang aja."

❄️❄️❄️

Seperti dugaan Kiara sebelumnya. Dia memang tidak bisa klop dengan oma. Pagi ini saja dia sudah dibuat kesal karena oma teriak-teriak. Ngomel panjang lebar, mencari sandal kesayangannya. Menyalahkan Kiara pula. Padahal bentuknya saja, Kiara tidak tahu.

"Duh Bu jangan begitu dong, nanti kalau Kiara nggak betah gimana?" bujuk mama.

Oma mendengus kesal dan bersedekap. "Bawa saja cucu laki-lakiku."

"Nah kan, harusnya emang Bang Lion yang kejebak di rumah ini," dumel Kiara.

Mama melotot, mengisyaratkan Kiara untuk diam dan mengalah. Namanya orang sudah tua, sifatnya memang akan kembali seperti anak-anak. Tidak mau mengalah, merasa selalu benar, dan sensitive.

"Nah lihat, dia nggak suka Omanya sendiri," kata oma.

"Dia bercanda Bu, udah sekarang kita makan yaa kan aku udah masak banyak buat Ibu," kata mama.

Kiara hanya memutar bolamatanya dan langsung pergi. Menyambar kunci mobil dan ponselnya. Dia sudah janjian dengan Sasya di kampus. Daripada melihat drama di rumah, lebih baik dia merefresh otaknya.

Sebelum menyalakan mobilnya, Kiara mengirim pesan pada Sasya untuk mengshare lokasi. Karena dia memang tidak tahu jalanan-jalanan di kota Bandung ini. Dulu memang sering diajak jalan-jalan, tapi sudah lupa.

Paper Hearts (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang