BAB 12 - Fajar yang Indah

23.6K 3.1K 1.1K
                                    

Hola.. wahaha lama nggak up. Ya ampun. Beneran nggak ada libur guys! Mantul banget.

Mohon maaf ya karna keterlambatan updatenya. Follow ig @indahmuladiatin siapa tau nanti bisa live lagi. Beberapa minggu kemarin aku live dan banyak pembaca cerita ini yg nonton. Kebetulan temen sekolah aku gabung buat live bareng, dan jadilah yg nonton banyak yg nanya soal Dimas dkk 🤣🤣🤣

Langsung aja ya. Happy reading guys! Jangan lupa vote dan komentar ya untuk dukung cerita ini. Thank you ❤️

❄️❄️❄️

Projek film pendek dimulai. Kiara makin sibuk di tempat komunitas anti narkoba, dengan Revan dan yang lainnya. Pembacaan naskah sudah berjalan tiga hari. Hari-hari itu lah Kiara harus menyaksikan bagaimana lengketnya Vero dengan Dimas.

Bicara soal Dimas, tidak ada lagi pembicaraan sejak saat terakhir di rumah oma malam itu. Dimas bersikap cuek seperti biasa dan santai bicara dengan rekan-rekannya. Jangan lupa, cowok itu tidak absen untuk mengantar Vero. Ditambah menunggu pula.

Jadilah setiap pasangan itu datang beberapa orang jadi heboh. Termasuk Riri, Fatma, dan Nurma. Mereka asik membicarakan sejoli itu. Mau bagaimana lagi, Kiara hanya bisa merespon oh, iya, atau tidak tahu kalau pertanyaannya makin panjang.

Hari ini hari pertama proses syuting film pendek. Mereka disuguhi pemandangan yang lain dari seorang Vero. Meski Kiara kesal dengan cewek itu, tapi dia tidak bisa menampik kalau kemampuan akting Vero memang keren. Bahkan natural sekali. Oke, satu kelebihan tidak bisa diabaikan meski ada di antara keburukan bukan.

Kiara menyiapkan beberapa keperluan. Dia sibuk bolak-balik dengan Riri. Membawa kotak-kotak besar perlengkapan, kadang yang lain membantu, sayangnya saat ini semua sedang sibuk. Matanya sempat melirik Dimas yang sedang duduk merokok dengan santai. Terlihat cuek menelepon.

Ingin memikirkan siapa yang menelepon cowok itu, tapi Kiara merasa sudah terlalu sibuk untuk sekedar berpikir. Toh itu tidak penting. Buru-buru dia melanjutkan langkahnya. "Ini di taroh mana?"

"Situ," kata Revan yang saat ini sedang fokus membaca entah apa. "Oh, lo istirahat dulu aja."

"Hem? nggak, masih banyak yang harus diambil," kata Kiara.

Revan menoleh, wajahnya kelihatan datar. "Nanti biar gue yang ambil."

"Tapi lo kan-" Kiara menghentikan ucapannya karena Revan menyipitkan mata. Cowok itu tidak mau dibantah. "Oke, yaudah gue istirahat sebentar."

Kiara duduk di tepi trotoar. Memijat kakinya, sambil ikut menyaksikan proses shuting film pendek ini. Saat ini sedang pengambilan adegan dimana tokoh utama sedang asik bermain dengan teman-temannya. Senyumnya mengembang, mengingat kalau dulu, Adrian pun begitu.

Adrian adalah tipe teman yang asik. Bisa bergabung dengan siapapun. Waktu itu, cowok itu menghebohkan satu angkatan karena berjalan sepanjang koridor menggunakan sarung dengan santainya. Saat ditanya kemana celana seragamnya, cowok itu justru nyengir tanpa dosa dan menjawab seadanya. Celana saya kan bolong, kalau ada yang ngintip gimana. Astaga, jawaban yang jelas membuat kepala guru berasap.

Teman-teman Adrian itu banyak, karena itu saat Adrian meninggal, banyak yang sedih. Menyayangkan karena diantara banyaknya teman yang cowok itu miliki, kenapa justru memilih teman yang menyeret ke lubang yang gelap. Kiara mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Menahan untuk tidak menangis untuk Adrian.

Benda dingin menempel di pipinya, membuat Kiara mendongak. Di hadapannya Revan sedang menempelkan botol minuman dingin. "Minum dulu, lo nggak mau dehidrasi kan?"

"Hemm, thank you," kata Kiara dengan senyum tipis. Beberapa tegukan minum membuatnya lebih segar. Rasanya jadi ingin mandi karena tubuhnya sudah berkeringat.

Paper Hearts (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang