BAB 16 - Jarak itu Terlalu Jauh

22.5K 2.9K 1.7K
                                    

Hola guys! Apa kabar? Mohon maaf baru up. Dan untuk next update, aku juga nggk tau bakal lama atau nggak. Karna jadwal padet2nya.

Langsung aja. Follow ig @indahmuladiatin dan jangan lupa vote & kasih komentar kalian sebanyak-banyaknya untuk dukung cerita ini.

Happy reading guys ❤️❤️❤️

❄️❄️❄️

Kiara memijat bahunya yang pegal karena semalam tidur di sofa. Di dekatnya, ada Mona yang sedang asik mengerjakan tugas, ditemani Angga. Serta Sasya yang asik video call dengan Zidan. Mereka sedang berkumpul di cafe tempat ini.

"Ah! liburan pun gue harus ngerjain skripsi!" keluh Mona.

Angga mencibir pelan dan menoyor kepala Mona. Baru mengerjakan beberapa halaman, tapi ngocehnya panjang lebar. "Lo tuh harus selesain skripsi lo. Mau lo jadi mahasiswa abadi?"

"Ya bodo amat, biar dosen pada muak sama gue," jawab Mona enteng.

Kiara mendengus geli dan menggelengkan kepalanya. "Na, bener kata Angga. Inget, lo kan mau cepet-cepet selesai."

"Huh!" keluh Mona. Tangannya menyisir rambut pendeknya. "Kalau otak gue seencer lo sih gampang aja."

"Kalau otak lo seencer Kiara, lo bakal jumawa," cibir Angga. "Udah sana lo kerjain!"

"Ah bacot, lo nggak bantu gue banget si!" omel Mona. Jadilah dua orang ini ribut, dan kalau sudah begini, lebih baik jauhkan benda kaca terdekat, takut pecah.

Kiara merapatkan diri ke Sasya, menghindar dari Mona dan Angga.

"Hey Ra," sapa Zidan.

"Hey," jawab Kiara dengan senyum tipis. "Lo nggak niat nyusul ke sini Dan?"

"Maunya, tapi gue lagi sibuk banget." Zidan tersenyum pasrah.

"Huh kapan kamu nggak sibuk?" keluh Sasya. "Tau nggak sih? aku tuh di sini sering jari obat nyamuk. Kemaren Kiara sama si Dimas, si Mona sama Angga. Aku? merana."

Zidan tertawa di seberang sana, Sasya ini selalu berlebihan. "Kiara sama Dimas bukannya udah putus? apa udah balikan lagi Ra?"

"Nggak usah dengerin Sasya, dia error saking gabutnya," balas Kiara. Dia menyandarkan punggungnya ke sofa dan memilih berhenti mengganggu pasangan itu. Di hadapannya sudah ada secangkir cuppucino, pesanannya yang sama sekali belum disentuh.

Kalau sekali-sekali minum mungkin tidak apa-apa. Dia kan sudah lama sekali tidak minum apapun yang mengandung kopi. Dilihat dari bentuk, sepertinya enak. Senyumnya mengembang tipis, tidak apa-apa. Hanya dua tegukan, tidak akan ada masalah.

Diraih cangkir itu, dan hati-hati Kiara meneguknya. Sudah tidak panas, dan rasa agak pahit itu membuatnya meringis. Diteguk dengan terpaksa yang sudah masuk ke dalam mulutnya. "Uhh, pahit."

"Eh, lo kenapa minum?" tanya Mona.

Kiara menunjukkan cengirannya. "Pengen nyoba aja."

"Duh, lo kan nggak bisa minum kopi. Katanya lo pesen doang! udah sana pesen yang lain!" omel Sasya. "Jangan aneh-aneh ya, kita kan lagi liburan."

"Gue cuma coba sedikit," balas Kiara.

"Sedikit-sedikit lama-lama jadi bukit," jawab Sasya.

Kiara memutar bolamatanya. "Jadi kembung, ini minuman Sya."

"Kalau kembung perut lo bisa kayak bukit," sanggah Sasya lagi.

"Wah-wah kalian lagi apa sih? rame banget?" sapa Aya. Dengan senyum lebar, dia melambaikan tangannya. "Ya ampun, nikmatin siang di cafe? kalian nggak minat jalan-jalan keluar?"

Paper Hearts (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang