BAB 30 - Sweet Moment with Him

28K 3.2K 591
                                    

Hola guys! Selamat pagi 😂😂😂

Aku balik lagi, setelah libur nulis karna lebaran. Mohon maaf lahir dan batin semuanya!

Langsung aja yaa, follow ig @indahmuladiatin

Jangan lupa untuk vote & komentar sebanyak-banyaknya untuk dukung cerita ini.

Happy reading! 🥰

❄️❄️❄️

Kiara menguap dan meregangkan tangannya lebar-lebar. Di ruangan yang gelap ini, suasana terasa sunyi. Hanya ada suara detik jam yang terus tergerak. Tangannya terulur untuk menyalakan lampu tidur di nakas dekat ranjang.

Sudah jam dua dini hari. Dengan susah payah Kiara bangun dari ranjangnya dan berjalan keluar kamar. Di ruang tamu, Dimas sudah tidak ada. Tentu saja, tadi kan Dimas sudah bilang akan pulang saat dirinya sudah tidur.

Lagipula tidak baik kalau Dimas menginap, nanti akan ada omongan dari tetangga. Dengan mata setengah terpejam, dirinya kembali menyeret langkah menuju dapur. Semua piring sudah dicuci, serta ada dua kotak martabak di pantry.

Kiara tersenyum, dan membuka kotak itu. "Emm tau aja gue laper." Dilahap martabak telur itu dengan semangat.

Meski sering menyebalkan, Dimas selalu punya cara sendiri untuk bersikap manis. Dan caranya selalu saja tidak tertebak. Diluar sikap Dimas kemarin, sejak dulu, cowok itu selalu membuatnya merasa jadi perempuan yang istimewa.

Kiara mengambil ponselnya dan menghubungi Dimas meski ini sudah pukul dua, semoga saja cowok itu belum tidur. Kalau boleh jujur, dia sudah rindu Dimas, padahal seharian ini si menyebalkan itu ada di rumah. Memikirkan itu membuatnya tersenyum geli.

"Hem?" sapa Dimas di seberang, agak serak khas bangun tidur.

Senyum Kiara semakin mengembang. "Udah tidur ya?"

Dimas terkekeh pelan. "Kenapa?"

"Makasih martabaknya, makasih juga udah nyuci piring." Kiara kembali melahap martabak itu. "Ternyata lo bisa nyuci piring."

"Ngeledek? Gue bisa nyuci, masak, nyapu, ngepel, nyetrika. Mau apa lagi?" tanya Dimas.

"Oh yaa?" tanya Kira pura-pura terkejut. "Yaampun, hebat. Mau kerja di sini nggak Dim? Gantiin si Mbak."

"Boleh," jawab Dimas. "Bayarannya mahal ya."

Kiara mendengus pelan dan menyandarkan kepalanya di pantry. Hening, karena Kiara hanya perlu teman agar tidak merasa sepi. Suara nafas Dimas yang teratur membuatnya tenang. Cowok ini pasti lelah. "Dim?" Tidak ada jawaban, tapi dia tetap melanjutkan ucapannya. "Makasih yaa udah nemenin gue sampe gue tidur, sebenernya gue takut, gue juga nggak ngerti kenapa gue jadi penakut, padahal dulu gue suka sendirian."

Kali ini, Kiara mendengar Dimas menghela nafas panjang. "Loh, lo denger?"

"Hem."

"Yaudah, sana lanjut tidur. Maaf loh ganggu, tumben lo nggak ngomel," kekeh Kiara.

"Kia," panggil Dimas.

"Apa?"

Bukannya menjawab, Dimas justru mematikan teleponnya. Membuat Kiara cemberut kesal, dan meletakkan ponselnya. Cukup lama, sampai ponsel Kiara bergetar, video call dari Dimas. Senyumnya langsung kembali, buru-buru dia menerima panggilan itu.

"Apa?" tanya Kiara dengan nada yang dibuat seketus mungkin.

Dimas tersenyum geli melihat wajah kesal yang dibuat-buat itu. "Udah dimakan martabaknya?"

Paper Hearts (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang