BAB 31 - Dilema

20.5K 2.9K 671
                                    

Hola.. apakabar kalian semua? Udah nunggu paper hearts ya?

Langsung aja yaa. Follow ig @indahmuladiatin untuk info2 ceritaku

Jangan lupa vote dan komentar sebanyak-banyaknya untuk dukung cerita ini 🥰🥰🥰

Happy reading guys!

❄️❄️❄️

Sidang tesis yang paling ditunggu oleh Kiara akhirnya tiba. Semua berjalan dengan lancar sesuai harapannya. Dan seperti yang sudah direncanakan, Kiara mulai merapihkan barang-barangnya karena akan kembali ke Jakarta.

Hari ini, Dimas, Mona dan Angga membantunya berkemas. Tidak banyak yang akan dia bawa. Hanya pakaian dan buku-bukunya. Itu pun buku-buku yang memang sangat penting.

Dimas mengangkat satu box besar buku-buku dan membawanya ke mobil. "Terus nanti rumah kosong gitu aja?"

"Hem, paling nanti Mbak Rut sesekali ke sini untuk bersih-bersih," jawab Kiara sambil menyeret kopernya. Ada rasa sedih saat membawa kembali koper itu. Rumah ini meski suram punya kenangan yang melekat di kepala. Khususnya kenangan tentang oma, yang meski sebentar menjadi akrab, namun memiliki kesan yang mendalam.

"Udah beres semua Ra? apalagi yang mau dibawa?" tanya Angga.

Kiara menatap keseluruhan ruang tamu, kepalanya menggeleng. "Nggak ada lagi, gampang nanti kalau ada yang ketinggalan. Gue masih bakal sering bolak-balik ke sini."

"Ohh oke deh." Angga merangkul bahu Mona. "Gue sama Mona udah boleh pergi? biasa lah ada bisnis."

Dimas mencibir pelan. "Sana! biar cewek lo nggak gangguin gue sama Kia terus."

"Gue tabok lo," komentar Mona.

Demi keamanan bersama, Angga langsung mengajak Mona pergi. Daripada ribut lagi, karena kasihan juga Dimas, selama ini selalu dirusuhi Mona. Sebenarnya Angga sedikit curiga, jangan-jangan Mona melarang ini itu bukan hanya karena pesan dari orangtua Kiara, tapi juga karena masih kesal pada Dimas. Ingat, Mona itu ada saja akalnya, bisa jadi kan ini balas dendam terselubung. Yaa kalau memang itu benar, tidak aneh sih.

Di mobil, selama perjalanan menuju Jakarta, Dimas lebih banyak menggerutu kesal. Karena sedang malas menanggapi, Kiara justru memilih diam bahkan tertidur selama perjalanan. Saat sudah sampai di depan rumahnya, baru Dimas membangunkan.

"Kamu langsung balik ke Bandung?" tanya Kiara setelah semua barang-barangnya masuk ke dalam rumah.

"Hem, masih ada pertandingan nanti." Dimas melihat jam tangannya. Waktunya sudah mepet. "Yaudah, balik dulu ya."

"Oke, hati-hati. Nanti kabarin kalau udah sampe."

Dimas tersenyum dan menganggukkan kepala. Sebelum masuk ke dalam mobil, dirinya kembali menoleh pada Kiara. Telunjuknya bergerak, mengisyaratkan agar Kiara mendekat.

"Apa?" tanya Kiara, menghampiri Dimas.

"Jaga kesehatan, jangan terlalu capek. Jangan telat makan-," ucapan Dimas terhenti. "Jangan bosen ngasih kabar."

Kiara tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Gih sana! nggak usah ngebut."

"Hem," jawab Dimas. "Oh iya, jangan macem-macem ya Kia. Awas kalau aku denger kamu jalan sama Defan."

"Ck iyaa." Kiara mendorong Dimas agar segera masuk ke dalam mobil. "Daa!"

Melihat mobil Dimas sudah menjauh membuat Kiara tersenyum tipis. Sebentar lagi pun Dimas akan lulus kuliah, jadi biarkan cowok itu fokus dengan tugas akhirnya, dan dirinya sendiri akan fokus pada pekejaannya. Lagipula, ada banyak hal yang harus dia lakukan.

Paper Hearts (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang