BAB 1 - Tawaran untuk Pulang

43.1K 3.7K 303
                                    

Halo guys!!! Aku balik untuk update cerita. Ada yang nunggu cerita ini?

Maaf yaa sekarang aku emang jarang update di wattpad. Jadwal kerja padet bikin nulis jadi terhambat. Yaudah langsung aja deh yaa.

Follow ig @indahmuladiatin untuk info2 ceritaku

Happy reading guys!!

❄️❄️❄️

Jendela besar dengan tirai terbuka di kamar Kiara, menampakkan gelapnya malam. Dengan ditemani cahaya bulan, kamar ini terlihat remang. Si empunya sedang asik berendam di bathtub, setelah seharian sibuk mengurus beberapa hal sebelum lanjut mengambil S2.

Sudah empat tahun, sejak dia pindah kemari. Tinggal di negara orang, bertemu teman-teman baru, mencoba makanan-makanan yang namanya sangat asing. Berbaur dengan keberagaman. Hal yang luar biasa untuknya.

Kiara tersenyum sambil menutup mata. Alunan musik klasik membuatnya lebih tenang. Salah satu terapi yang dia pilih jika sedang banyak pikiran, dan sulit tidur. Beberapa hal yang yang terjadi belakangan ini memang membuat otaknya harus berpikir keras.

Ting. Suara notifikasi pesan ponselnya. Dengan sangat terpaksa Kiara kembali membuka mata untuk mengecek siapa yang tega mengganggu ketenangannya. Pelaku utama, sang sepupu yang pasti sekarang sedang asik di bar dan pasti minta untuk tidak tidur sebelum orang itu pulang. Karena yang dengan sangat rajin mau membuka pintu adalah dirinya seorang.

"Hi Beib!" sapa Julian.

Kiara memutar bolamatanya, jemari lentik itu menyentuh permukaan gelas kaca. "Hem."

"Jangan lupa-,"

"Jangan lupa buka pintu nanti? Yaa yaa, kayak biasa, tergantung bayaran apa yang gue dapet," balas Kiara cuek.

Julian tertawa di seberang sana. Sepupu sepantarannya ini memang sangat menyebalkan. Anak satu-satunya dari tante Zola ini hobi sekali keluar mala, dan karena tante selalu mengunci pintu jadilah dia yang harus suka rela membantu Julian.

"As you want Beib, besok pagi gue bantu persiapan dokumen lo," jawabnya.

"Bagus," jawab Kiara sambil tersenyum. "Sampai jam satu, lewat dari itu, lo harus rela tidur di luar. Denger-denger cuaca di luar bagus untuk buat orang hipotermi."

"Lo emang ratu tega, pantes jomblo. Tolong jangan bercanda pakai nada datar begitu," gerutu Julian. Agak keki kalau sepupunya ini sudah mengancam.

"Gue nggak bercanda," balas Kiara sebelum mematikan sambungan telepon itu dan kembali meletakan ponselnya di nakas. Punggungnya kembali bersandar pada dinginnya bathtub.

Mata Kiara kembali terpejam, menikmati waktu santai yang sempat tertunda. Masih ada waktu setengah jam lagi sebelum harus kembali berkutat dengan tulisan yang sudah dikejar deadline. Malam ini mungkin seperti beberapa malam sebelumnya. Tidak ada tidur. Karena dia harus segera menyelesaikan semuanya.

Tubuh rampingnya dibalut handuk kimono. Kiara mengeringkan rambutnya yang basah sambil membuka laptop. Melihat notifikasi salah satu media sosialnya. Tempat grup anti narkoba yang sudah dia ikuti beberapa tahun terakhir. Meski tidak terlalu aktif dan terjun langsung ke lapangan di setiap eventnya, dia bisa sedikit membantu dalam menyumbang ide ataupun pendapat.

Rangga:
Event terdekat kita di Kota Bandung sekitar empat bulan lagi

Vania:
Kalau bisa kita buat event yang agak beda, biar nggak monoton. Karna target kita remaja, jangan sampai mereka ngantuk duluan sebelum acaranya dimulai.

Paper Hearts (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang