BAB 2 - Back to Home

28.7K 3K 274
                                    

Halohaaa, mana suara team sibuk bakar sate 🤣🤣🤣

Paper hearts balik lagi nih. Ada yg nunggu? Mohon maaf yaa aku nggak bales komentar-komentar kalian. Tapi aku baca ko, senengnya kalian semua antusias sama cerita ini.

Langsung aja deh, follow ig @indahmuladiatin untuk info cerita-ceritaku.

Jangan lupa vote dan coment. Happy reading guys!

❄️❄️❄️

Layar kotak dihadapannya menampilkan Sasya yang saat ini sedang nongkrong di kantin kampusnya. Di sana tampak ramai orang berlalu lalang. Suara berisiknya agak mengganggu.

"Ayo Ra! Pokoknya kalau lo jadi ke Bandung, lo harus pindah ke kampus gue sama Mona!" kata Sasya lagi. Entah, mungkin sudah ketiga kalinya kalimat itu keluar. Saking semangatnya mendengar Kiara disuruh pindah ke Bandung untuk menemani oma.

"Sya, belum pasti gue pindah ke sana. Gue masih mikir-mikir tau!" keluh Kiara.

Cengiran konyol menghiasi wajah Sasya. "Ayo dong pindah, sekalian bantu gue skripsi. Gue nggak mau jadi mahasiswa abadi Ra."

"Yaa makanya lo serius ngerjainnya! Lo sih main terus!" omel Kiara. Masalahnya, sohib yang satu ini memang luar biasa malas kalau disuruh mulai mengerjakan skripsi.

Mona juga begitu, si tomboy itu justru asik ikut MAPALA. Beberapa kali diingatkan untuk lebih fokus ke tugas akhir, justru anak itu pura-pura budek. Lebih parah lagi, langsung ambil seribu langkah.

Heran, sudah punya pacar tetap saja begitu.

Bicara soal Mona, si cewek berambut cepak itu pacaran dengan Angga. Salah satu anak hits di sekolah SMA Kiara dulu. Pokoknya tipe cowok incaran para cewek-cewek cantik sekolah. Siapa yang sangka, Angga justru memilih jagoan sekolah macam Mona untuk dijadikan pacar.

Dua orang itu lucu sekali kalau sudah bertemu. Biasanya saat Kiara pulang ke Indonesia dan kumpul dengan gengnya, Angga akan datang untuk mengantar Mona. Dari segi mana pun, sebenarnya dua orang itu tidak bisa disebut pacaran.

Umur Angga yang dua tahun di bawah Mona, membuat cewek itu makin berada di atas angin. Paling berkuasa dan paling bar-bar. Tapi mungkin, cuma cowok itu yang tahu apapun tentang Mona. Karena meski lebih sering bertengkar, Kiara tahu Angga sayang pada Mona dan sebaliknya.

Angga, cowok itu sahabat Dimas. Orang yang paling dekat dengan Dimas. Sebenarnya kalau mau, dia bisa bertanya pada Angga tentang dimana cowok itu sekarang. Kenapa tiba-tiba pindah. Pasti Angga akan dengan senang hati menjawab.

Sayang, Kiara tidak mau bertanya sama sekali. Lebih ke arah takut dan belum siap. Lebih memilih diam. Dan semua sahabatnya juga mengerti, semua tidak ada yang membahas Dimas. Mungkin dibelakangnya, mereka juga membahasa Dimas. Tidak mungkin tidak, karena Angga sering bergabung dengan para sahabatnya.

"Ra? lo bengong yaa? nggak denger ocehan panjang lebar gue?" protes Sasya.

Mata Kiara mengerjap pelan, kembali ke realita. "Nggak, pokoknya gue belom mutusin buat pindah. Gue masih mau di sini Sya."

"Sampe kapan?" tanya Sasya. Wajahnya berubah serius. Seolah pertanyaan itu bermakna banyak. Sampai kapan harus lari. Sampai kapan harus menghindar. Sampai kapan dia akan siap kembali dan menghadapi kenyataan.

"Kasih gue waktu buat mikirin semua," balas Kiara pelan. Setidaknya izinkan dia menyiapkan diri. Karena dia tahu, permintaan mama yang satu ini sulit untuk ditolak.

Sasya tersenyum dan bergeser sedikit, seperti menunjukan suasana di kantin kampus yang asri itu. "Liat deh, di sini nyaman banget. Nggak kalah pokoknya. Jurusan psikolognya juga bagus. Lo nggak akan nyesel pindah ke sini. Gue jamin Ra!"

Paper Hearts (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang