BAB 33 - End of The Story

39.6K 3.6K 1.5K
                                    

Hola semua, selamat pagi 😂 balik lagi ke jadwal update yang ngawur banget. Nggak apa-apa lah yaa.

Langsung aja follow ig @indahmuladiatin untuk info-info ceritaku

Jangan lupa vote dan komentar sebanyak-banyaknya yaaa.

Happy reading guys!

❄️❄️❄️

Pagi ini gerimis menghiasi kota Melbourne, sejak semalam terus seperti itu, tidak ada tanda bahwa awan berkabut akan memudar. Untung ini akhir pekan, tidak banyak yang harus dilakukan, pekerjaannya pun sebagian sudah selesai. Hari ini mungkin akan digunakan untuk bermalas-malasan dibalik selimut.

Dari balik jendela apartemen, Kiara menatap jauh keluar. Pemandangan kota Melbourne dengan apapun cuacanya selalu menarik. Ada banyak ceria yang ingin dia buat di kota ini. Ada peta kehidupan yang sudah dirancang untuk beberapa tahun ke depan di sini. Peta kehidupan yang dua tahun lalu dibuat saat kembali ke kota ini.

Tidak terasa, waktu berlalu begitu cepat karena banyak hal yang dilakukan olehnya. Pergi ke kampus, mengajar anak-anak di sekolah dekat kampus, dan menghabiskan waktu diperpustakaan menjadi kegiatan rutin setiap hari. Cukup berhasil mengalihkan perhatiannya dari Dimas.

Dua tahun lalu, ketika dirinya memutuskan untuk pergi, semua sudah diselesaikan dengan baik-baik. Ketika kalimat itu terlontar sebelum benar-benar pergi, dirinya sadar, esok dirinya tidak bisa lagi bermanja-manja dengan Dimas. Menghubungi Dimas terus akan sama saja tidak membiarkan Dimas memilih jalannya sendiri. Dan hubungannya dengan Dimas berakhir, dan itu bukan dilakukan oleh satu pihak. Dimas pun tidak menghubunginya.

Dari yang Kiara dengar, Dimas memilih untuk bekerja disalah satu perusahaan otomotif di Bandung. Cowok itu menolak untuk meneruskan usaha kakeknya, karena merasa tidak pantas menerima itu. Padahal kalau dipikir, bekerja di tempat keluarga sendiri tentu lebih terjamin. Namun, dia tahu, Dimas tidak suka itu. Dimas selalu ingin mendapatkan apapun dengan usahanya sendiri. Bagi Dimas, semua harus berproses, dengan begitu, hal yang didapat akan menjadi lebih terlihat berharga daripada yang didapatkan dengan instan.

Kiara menghela nafas panjang dan tersenyum sembari menggelengkan kepala. Bodoh. Kenapa gerimis kecil ini menggiring kembali ingatannya pada Dimas. Diraih secangkir teh yang sudah tidak hangat lagi itu.

Satu tahun lalu saat pernikahan Mona dengan Angga, dia sempat bertemu dengan Dimas. Hanya sebentar, karena katanya Dimas harus berangkat ke Jepang, tugas perusahaan. Bahkan awalnya semua mengira Dimas tidak bisa datang, ternyata cowok itu menyempatkan datang sebeum ke bandara.

Dan hari itu, dirinya melihat Dimas datang dengan seorang perempuan. Cantik, dan senyumnya ramah. Cara bicaranya pun menyenangkan, saat itu dia sempat menyapa sebentar karena Sasya dan yang lainnya mengajak untuk menyapa perempuan itu. Tentang siapa perempuan itu, sampai sekarang dia tidak tahu. Mungkin pacar baru Dimas, kalau memang iya, kali ini Dimas tidak salah memilih.

Meski merasa tidak nyaman, tapi dirinya tidak marah. Sama sekali tidak marah. Kalau Dimas menemukan orang yang tepat, dia akan bersyukur sekali untuk itu. Toh cinta bukan hanya soal bisa bersama selamanya, lebih luas dari itu, cinta itu tentang menahan ego, tentang mendewasakan diri, tentang memahami, tentang saling mengerti.

Ponsel Kiara bergetar, notifikasi pesan grup. Saat ini anak-anak itu sedang asik membicarakan kehamilan Luna. Pada trimester pertama, Luna rutin bertanya pada Sasya yang sudah melahirkan satu bulan lalu. Kalau Mona jangan ditanya, saat ini sedang hamil tiga bulan, dan sifatnya jadi super menyebalkan. Senang sekali mengerjai Angga, alasannya ini keinginan anak dalam kandungannya, kalau bisa ditebak, ini pasti murni kejailan dari sang ibu.

Paper Hearts (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang