BAB 32 - Melepas

22.2K 3K 662
                                    

Holaaa guys. Yaa tumben saya update jam segini 😂 biasanya tengah malem atau malah menjelang pagi.

Langsung aja yaa follow ig @indahmuladiatin untuk tau info ceritaku

Jangan lupa vote dan komentar sebanyak-banyaknya untuk dukung cerita ini.

Happy reading guys 🤗

❄️❄️❄️

Pesta resepsi Sasya selesai, dan semua berjalan dengan lancar. Kecuali lamaran Dimas pada Kiara, tentunya. Niat itu harus tertunda, dipendam dalam-dalam sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Meski begitu, Dimas tetap memasang tampang baik-baik saja, dan melontarkan candaan pada sohibnya yang malam ini berhasil melamar Mona.

Mereka tidak sadar, ada sekat antar Kiara dengan Dimas. Hanya Kiara yang merasakan hal itu dengan jelas, meski Dimas dengan baik menutupi semuanya di depan orang lain. Sampai keduanya memisahkan diri, hawa dingin itu mulai terasa. Sepanjang perjalanan mengantar Kiara pulang, Dimas sama sekali tidak bicara.

"Mau mampir?" tanya Kiara setelah tiba di depan rumahnya.

Dimas menatap ke depan dengan pandangan kosong, helaan nafasnya memberat. Kemejanya sudah digulung hingga siku sedari tadi, dan tuxedonya dia gunakan untuk melindungi Kiara dari hawa dingin malam. "Aku langsung balik ke Bandung."

"Malem ini juga? nggak capek? kamu nginep di rumah Angga aja," ucap Kiara.

"Dia mungkin sekarang lagi sibuk sama Mona," komentar Dimas. Setelah seatbelt dibuka, posisi duduknya menghadap pada Kiara. Ditatap lekat wajah perempuan yang selalu berhasil menjadi pusat dunianya, dan berhasil pula mematahkan hatinya, bukan hanya sekali dua kali. Tubuhnya mendekat pada Kiara, tanpa melepas pandangannya dari mata itu, tangannya bererak melepaskan seatbelt cewek itu.

"Masuk, udah malem."

"Dim," panggil Kiara. "Aku bener-bener minta maaf."

Dimas hanya tersenyum tipis. "Hem."

"Kamu tau maksud aku kan?" tanya Kiara. Tangannya terangkat, namun Dimas menghindar.

"Masuk," hanya itu yang Dimas katakan.

Mengerti kalau saat ini Dimas tidak ingin membicarakan apapun, Kiara menganggu pasrah dan melepaskan tuxedo milik Dimas. "Makasih yaa, hati-hati dijalan."

Dimas hanya menganggukkan kepala, dan itu membuat Kiara makin merasa bersalah, juga gemas. Sebelum keluar dari mobil, Kiara mencium pipi Dimas. Tentu hal yang bisa dibilang sangat jarang dilakukannya. Melihat keterkejutan di wajah itu, senyumnya mengembang.

"Kabarin kalau udah sampai," pesan Kiara sebelum menutup pintu mobil Dimas.

Kiara terus menatap mobil Dimas hingga mobil itu berbelok di tikungan. Dirinya benar-benar khawatir. Perjalanan antar Jakarta Bandung dengan mobil memerlukan waktu yang lama. Saat ini Dimas sedang lelah dan banyak pikiran. Mau bagaimana lagi, Dimas tidak akan bisa dicegah.

Semalaman Kiara menunggu kabar dari Dimas, sayangnya hingga pagi pun cowok itu tidak mengirim pesan apapun. Kiara membasuh wajahnya agar terlihat lebih segar meski tidak tidur. Tunggu sampai siang saja, mungkin setelah sampai di Bandung, Dimas langsung tidur.

Menjelang sore, Dimas belum juga mengabari. Kiara menatap ponselnya dengan ragu, ingin menelepon tapi takut menganggu, tidak telepon pun dia akan khawatir terus. "Ck bodo ah, telfon aja."

Tidak diangkat. Astaga, Dimas benar-benar tidak mau mengangkat teleponnya. Kiara menggigit ibujarinya, kesal. Dialihkan panggilan itu pada tante Alya, sayangnya tidak diangkat juga. Apa semua sedang sibuk, tapi ini bukan jam sibuk kan. Kiara mengusap rambutnya, oke tunggu sampai nanti malam.

Paper Hearts (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang