Jelek

5.3K 923 177
                                    

Enjoy Reading.

***

Fro masih memandang batu tidak jelas itu. Dia melihat ke langit dan tidak melihat siapapun bahkan pria yang tadi mendatangi dirinya.

Fro menyimpan batu itu karena tidak tahu harus melakukan apa. Sebenarnya ingin membuangnya tapi melihat kekuatan pria itu Fro khawatir bahwa benda sepele itu jika dibuang akan membuat pria itu marah dan mencelakai ibunya.

Fro berpikir sejenak, karena ibu dibawa oleh pria tak dikenal yang memiliki kekuatan tinggi dan Fro tidak mungkin mengalahkannya maka sebaiknya Fro mencari bantuan saja.

Siapa lagi kalau bukan Mozan, karena ayahnya yang paling berkewajiban melindungi sang ibu. Sedangkan dia hanya anak kecil yang jika ada ibu hidupnya akan lebih baik, jika tidak ada ibu, juga baik-baik saja.

Fro kembali ke jalan di mana awalnya dia dengan Yuri berjalan menjauh dari tempat Moxio meninggal. Jalan yang ditempuh bersama Yuri selama berminggu-minggu sebenarnya jika Fro berubah menjadi ular akan ditempuh dengan waktu yang lebih singkat.

Seekor ular kecil terus merayap bahkan di keheningan malam. Tidak peduli dengan tumpukan salju yang terus jatuh dan semakin menebal. Dia tidak bisa berhenti sebelum sampai di tempat tujuan, khawatir jika salju akan mengubur jejak yang dia tinggalkan.

Satu hari dua hari entah berapa hari Fro berjalan sendirian dengan sesekali berhenti untuk mencari makanan yang semakin lama semakin tidak terlihat karena bersembunyi di dalam sarang.

Fro lelah dan kesal karena merasa memiliki ayah yang tidak kompeten. Bagaimana mungkin jejak yang dia tinggalkan tidak kunjung ditemukan olehnya. Jangan-jangan ayahnya sudah mati?

Pikiran itu baru melintas saat hidungnya mencium aroma yang akrab. Aroma Orc yang selalu bermain dan tidur bersama dengannya.

Neo. Si bungsu manja yang selalu menempel padanya saat berburu karena tahu dia kuat dan Neo terlalu malas bergerak.

"Ttssttt ...." Fro mendesis memanggil saudaranya dan berjalan menuju aroma yang dia temukan.

Neo yang sedang berburu sendiri karena sang ayah tidak memberinya makanan lagi, sedang perutnya belum kenyang akhirnya memisahkan diri dan kembali mencari makan di tengah malam saat ayah dan semua saudaranya istirahat sebelum besok kembali mencari Yuri.

Dari arah berlawanan seekor ular yang lebih besar darinya tiba-tiba melompat dan seperti akan menerjangnya. Neo otomatis menjauh dan mendesis waspada, sehingga Fro yang hendak memeluk Neo karena senang akhirnya bertemu saudaranya langsung terjerembab  dengan mulut penuh salju.

Itu tidak asik sama sekali. Dia sudah bahagia karena akhirnya bertemu dengan keluarga tetapi Neo malah tidak mengenalinya.

Fro meludah dan menoleh ke arah Neo dengan wajah protes. "Neo ... ini aku Fro!!!" Adiknya benar-benar tidak bisa diandalkan. Masa, aroma saudara sendiri tidak bisa mendeteksi. Jika bukan karena sang ibu yang selalu mengatakan bahwa tidak boleh bertengkar anyar saudara, Fro sudah akan melempar Neo dari atas pohon paling tinggi biar tahu rasa.

"Eh ... Fro!!??" Neo mengamati sebentar dan ternyata memang itu saudaranya Fro.

"Di mana yang lain? Ayah, Jio, Amo?" tanya Fro mendekat ke arah Neo.

"Mereka istirahat. Tunggu!!! Bukankah kamu bersama ibu? Di mana ibu?" Kata ayah, ibunya bersama Moxio, Milis dan Fro. Mayat Moxio sudah ditemukan, tapi Milis dan Fro tidak terlihat jejaknya yang berarti mereka berdua bersama Yuri. Neo sangat suka dengan ibu. Yuri penuh kasih sayang dan pelukannya selalu lembut dan menyenangkan.

"Ibu tidak bersamaku. Ayo bawa aku ke tempat ayah. Karena hanya ayah yang bisa menyelamatkan ibu." Fro menunggu Neo berjalan tapi dia malah memasang wajah melas.

You Are The Beast 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang