Azab

4.6K 794 88
                                    

Enjoy Reading

***

"Kenapa kamu tidak pergi? Kyo ... bawa Yuri kembali ke gua, dia juga estrus." Baiyu adalah Orc paling sengsara karena mencium aroma estrus dari Yuri karena itu aroma favoritnya. Dia tidak akan bisa bertahan jika Yuri terus berada di tempat ini.

"Tidak, masih ada yang ingin aku sampaikan pada Patriak."

"Kalau begitu cepatlah." Wajah Baiyu mulai memerah.

Yuri tahu efek dari betina estrus jadi dia juga tidak ingin menunda-nunda. "Patriak apa kamu percaya sekarang bahwa aku seorang dukun?"

"Aku percaya." Sun Lin tidak meragukan kemampuan Yuri lagi. Bahkan dukun yang berada di sana seketika menjadi heboh karena baru tahu ada ramuan seperti itu. Mereka sangat tidak sabar ingin mengetahui apa saja yang dimasukkan Yuri dalam minuman itu.

"Sebelumnya aku memang berbohong. Tapi, tentang apa yang terjadi kemarin. Aku tidak berbohong. Aku tidak pernah mencoba mencelakai Meisya dan tidak pernah mendorongnya ke sungai. Meisya jatuh sendiri atau dengan sengaja dia melompat ke sungai agar aku terlihat buruk!"

"Yuri ... aku tahu kamu masih marah soal Baiyu. Tapi ... jangan menuduhku sejahat itu." Meisya seketika menangis merasa difitnah.

"Patriak kamu mengenalku sedari kecil. Apa kamu pernah melihatku berbohong. Aku sama sekali tidak ada niat menuduh atau menjebak Yuri. Aku benar-benar korban di sini." Meisya memegang tangan Sun Lin meminta kepercayaan.

Sun Lin sekarang tahu, di sisi lain ada Meisya yang sudah dia rawat sedari kecil dan di sisi lain ada dukun yang bisa meramu obat yang belum pernah dia dengar sama sekali yang berarti memiliki kemampuan hebat. Jika dia memihak salah satu hasilnya tetap akan membuat dia tidak nyaman.

"Kalau begitu aku harap kamu tidak keberatan meminum ramuan ini?" Yuri mengeluarkan ramuan lagi.

"Apa itu? Kamu ingin meracuniku?" Meisya mengkerut ke samping Sun Lin.

"Ini adalah ramuan kebohongan. Siapa pun yang meminumnya tidak akan bisa berbohong. Karena jika dia berbohong akan ada hal buruk yang terjadi."

"Apa? Mana ada ramuan seperti itu? Pasti kamu ingin mencelakai diriku karena dendam kemarin dihukum Patriak!" Meisya semakin khawatir dengan ucapan Yuri. Dia takut ramuan itu benar-benar berfungsi.

"Di sini ada Patriak dan tuan muda Bai sebagai saksi. Apa menurutmu aku berani mencelakimu. Jika aku melakukan itu bukankah sama dengan aku mencari mati?" Dagu Yuri sedikit naik dengan wajah tegas menantang.

"Meisya minumlah. Tidak apa-apa, aku yakin Yuri tidak menaruh racun di dalamnya."

"Tapi ...." Meisya panik sekarang. Dia tidak mau kebohongannya terungkap.

"Kenapa ragu? Apa kamu takut Patriak tahu bahwa kemarin kamu berbohong?" tantang Yuri.

"Siapa yang berbohong! Aku tidak pernah berbohong!" Meisya membantah seketika.

"Lalu tunggu apa lagi, minum ramuannya dan semua orang akan percaya."

"Ka ... kalau begitu. Kami juga harus minum. Siapa yang tahu di dalam minuman ini ada apa?" Meisya tidak mau kalah.

"Tidak masalah." Yuri kembali menuang cairan ke dalam dua gelas dan mengangkat salah satunya di depan Patriak sebelum meminumnya sampai habis. Setelah itu dia memberikan salah satunya untuk Meisya.

"Aku sudah minum. Sekarang giliranmu." Yuri tersenyum namun dengan mata yang menatap tajam. Menantang Meisya untuk menerima atau menolaknya.

Meisya tidak mau tetapi tatapan Patriak dan Baiyu serta orang-orang di suku membuatnya tidak bisa menghindari. Jadi dengan tangan gemetar dia mengambil minuman itu dan ....

You Are The Beast 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang