BAB-3

7.3K 748 14
                                    


Hallo, jangan lupa vote dan comment. Kritik dan saran juga author butuhkan agar bisa mengembangkan alur dan penulisan yang lebih baik.

Terimakasih dan selamat membaca. (◜ ◡◝)

"Odellia de Graffton!."

"Yah bonyoknya keluar, bakal panjang nih ceritanya."

Tatap malas Odellia ke arah lelaki paruh baya yang sedang menatap balik dirinya dengan marah.

"Salam untuk Yang Mulia Duke Delgen." Ucap Odellia yang masih berdiri dibalik jendela kamarnya.

"Apa yang kau katakan pada kakak kakakmu? apa kau tak tahu sopan santun?."

Suara duke delgen kini menggelegar diseluruh halaman mansion milik Odellia, tepatnya milik mendiang ibunya.

Tanpa menjawab sepatah katapun, Odellia menghilang dari balik jendela berlari dan menghampiri Duke Delgen sekaligus ayahnya dengan tergesa-gesa.

Sesampainya dihadapan Duke Delgen, Odellia melangkah mundur beberapa jengkah. Dirinya harus waspada akan keadaan sekitar, bagaimana jika Duke Delgen mengangkat pedangnya dan menebas lehernya didetik berikutnya karena jengkel dengan sikap liar Odellia.

"Ehem...pertama-tama maafkan saya karena tidak sopan pada kakak pertama dan kakak kedua, saya hanya ingin mencoba lebih akrab dengan mereka, selama ini mereka berkata sarkas pada saya, akhirnya saya pikir mungkin itu cara kakak kakak untuk bersikap akrab pada adiknya." ucap Odellia sembari tersenyum polos pada duke dan sesekali melirik vector dan kennith.

Kini Vector dan Kennith tampak tercengang dengan kata-kata Odellia, bagaimana bisa dia berbicara tentang pembullyan dirinya dengan begitu riang?.

"Jadi intinya saya hanya meniru mereka." Sambung Odellia dengan riang.

Melihat reaksi vector dan kennith yang tersentak, dalam hati Odellia kini tersenyum puas.

"Yah saya juga tidak tau kalau itu melanggar peraturan, bahkan saya tidak mendapat pelatihan bangsawan sejak kecil, wajar saja saya tidak tahu." lanjut Odellia sembari memopang dagunya dengan tangan kanannya.

Odellia bahkan tak mendapat pelatihan bangsawan, bukan karena ayahnya tak mau, namun tak ada satupun bangsawan yang mau memberikan bimbingan pada Odellia yang notabenya adalah putri dari seorang penjahat.

pernah ada seorang bangsawan yang mau namun berhenti ditengah jalan karena setiap hari Odellia diberi hukuman yang tak wajar hingga dirinya mengalami trauma psikologis dan menjadi pribadi yang pemurung. Tak hanya itu saja guru tersebut memfitnah bahwa odellia adalah anak nakal, pemalas dan tidak bisa diatur.

Bahkan tak ada satupun para pelayan yang buka mulut atas tindak kekerasan yang dialami Odellia selama pembelajaran berlangsung.

Hingga suatu hari guru itu berhenti mengajar Odellia, dirinya kira guru itu diberi hukuman oleh ayahnya karena telah menganiaya dirinya. Namun kenyataannya guru itu beralasan bahwa Odellia sangat kurang sebagai putri bangsawan sehingga guru itupun menyerah.

Kemudian hingga sekarang Odellia tidak diberi pelatihan apapun, bahkan tatakrama sekalipun. Meski begitu Odellia tetap berpikir bahwa ayahnya menyayanginya, menghawatirkan keadaan psikisnya dan ini adalah bentuk perhatian pada dirinya. Tapi kenyataannya ini adalah suatu hukuman yang harus diterima Odellia karena sikapnya pada guru tersebut.

Dan setiap kali bertemu dengan ayah dan kakak kakaknya dirinya menutupi trauma itu, karena tak mau dianggap aneh. Dengan pemikiran naifnya dia berharap akan mendapat sedikit kasih sayang dan kehangatan saat dirinya menahan semuanya juga berharap agar traumanya berkurang namun nihil.

The Villainess Boss (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang