BAB-23

1.5K 157 1
                                    

"Odellia, apa kau sudah tidak membencinya lagi?"

"Maksudmu?"

Aldrick tersenyum remeh pada Vector. Apakah sekarang laki-laki didepannya ini ingin bermain peran?.

"Tidak usah berpura-pura, siapa yang tidak tau bahwa kau sangat membenci Odellia, anak haram keluarga duke dan salah satu penyebab ibumu meninggal"

Vector yang mendengar hal itu tercengang, dia bahkan tak menyangka teman yang sangat dia percaya bisa berbicara seperti itu padanya.

"Lantas? Apa bedanya denganmu?"

"Laki-laki pengecut yang menjauhi tunangannya hanya karena ingin melindunginya? Kau tak ada bedanya denganku"

Aldrick mengenggam tangannya begitu keras, entah mengapa sekarang rasanya dia ingin mengajak duel vector ditempat ini.

----------------------

Sementara itu diistana, sekarang tengah sibuk untuk mempersiapkan perayaan kelahiran putra mahkota sekaligus perayaan kepulangan pasukan raven yang telah menang dalam peperangan kali ini.

"Hei Ersan, apa kau tahu rumor tentang satu-satunya putri keluarga Duke Graffton?"

"Izin menjawab yang mulia, bukankah wanita itu adalah seorang pembuat onar"

"Pembuat onar katamu?" Putra mahkota Jay yang sedari tadi berbicara sembari memeriksa dokumen kini berhenti, melepas kacamata yang dirinya pakai dan menatap ajudan kepercayannya itu dengan tatapan penasaran.

"Benar, apa anda tidak mendengar kabar bahwa sebulan yang lalu Putri Odellia hampir menceburkan nona dari keluarga De Dorah yang lemah?"

"Deborah?.... ah lalat itu" Jay melontarkan kata-kata itu dengan tersenyum penuh arti.

"Lalat? apakah anda tau? nona dari kelurga Deborah, Ella De Borah merupakan calon mawar putih di kalangan sosial kelas atas, dia juga terkenal dengan kegigihan dan kerja kerasnya untuk bisa sampai posisi sekarang, mengapa anda menyamakannya dengan seekor lalat?."

"Dia hanyalah salah satu dari empat lalat yang mengelilingi Lady De Graffton"

"Tunggu, apakah anda sekarang tertarik dengan Nona De Graffton dan bukan Nona De Borah?"

Kembari tersenyum, Putra Mahkota Jayden memegang selembar kertas yang sendari tadi terus menemaninya bekerja.

"Mungkin?" Jawab Putra Mahkota Jayden sembari terkekeh kecil.

Ajudan putra mahkota lelah dengan jawaban tuannya ini hanya bisa menghela nafas. Padahal dulu beliau sering memerintahkannya untuk mencari tahu tentang putri Baron De Borah itu, tapi mengapa sekarang reaksinya sangat berbeda.

Dan juga lima lalat? jika dihitung bukankah ada empat? Nona De Borah, Putra pertama Vector De Graffton, Kenith De Graffton dan Grand Duke Aldrick apakah ada yang lain lagi? jangan bilang Duke De Graffton juga termaksut dalam daftar lalatnya Putra Mahkota.

Apakah Nona De Graffton sangat menarik perhatiannya sampai-sampai beliau bisa berperilaku seperti ini. Memang jika dilihat dari penampilan fisiknya Nona De Graffton lebih unggul, tapi jika masalah bakat, attitude dan juga pola pikir bukankah Nona De Borah lebih unggul, bahkan untuk ukuran, wajah Nona De Borah tidak kalah dengan Nona dari kelurga lainnya. Walaupun memang masih tidak bisa dibandikan dengan Nona De Graffton.

"Ah..aku juga ingin tahu bagaimana hasilmu itu? apakah sesuai yang kuminta?"

"Iya yang mulia, semua seperti yang anda rencanakan"

"Bagus, aku sangat tak sabar untuk menantikannya di pesta nanti, pergilah aku ingin melanjutkan perkerjaanku."

Setelah memberi hormat, ajudannya pamit dan keluar dari ruangan kerjanya. Namun tak berselang lama ajudan itu kembali dengan ekspresi yang berbeda dari sebelumnya. Putra Mahkota yang melihat itu lantas bertanya.

"Ada apalagi?"

"Anu yang mulia, Ibunda anda, Permaisuri Diana sedang menunggu anda depan pintu ruangan ini."

Mendengar hal itu Putra Mahkota mengela nafas panjang sembari mengusap wajahnya kasar. Dia tahu tujuan ibundanya datang menemuinya. Hanya satu hal, satu hal yang akan dibicarakan ibundanya.

-------------------------------------------

Keesokan harinya Odellia sedang berada di perpustakaan yang berada di sebelah mansion milik ibunya. Dengan penampilan yang masih berantakan dia mengambil beberapa buku tentang sihir dan alkemis yang dulu sepertinya sering ibunya baca.

Ruangan yang sedikit pengap dengan ventilasi minim ini menjadi tempat pelarian Odellia setelah taman milik mendiang ibunya. Melihat buku yang begitu lengkap Odellia yakin, Violet ibunya itu sangat menggemari sihir, mana dan juga alkemis.

Bahkan hal itu tak tertulis dalam buku, kini Odellia mulai meragukan apakah benar ibu Odellia ini juga merupakan seorang penjahat seperti di novelnya. Secara, setelah dia masuk dalam novel ini banyak hal yang bertolak belakang dengan yang terjadi. Semakin dipikirkan semakin membuat Odellia merasa tertekan dan pusing.

"Ugh..aku harus melihat-lihat buku yang lain juga." Gumam Odellia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menyusuri gang rak buku dibelakangnya.

Saat dirinya sibuk memilih-milih buku pandangannya teralihkan pada sebuah lukisan yang ada dipojok ruangan.

Karena penasaran Odellia menghampirinya dan betapa mengejutkannya dia mendapati sebuah lukisan wajah ibunya. Sangat cantik itu yang dia pikirkan saat pertama kali melihatnya.

Tanpa Odellia sadari tangannya mulai menyentuh bingkai lukisan itu dan mulai menangis. Ini adalah perasaan pribadi milik Odellia yang asli, dia tau Odellia sangat merindukan ibunya dilubuk hati yang paling dalam.

Kritt......

Odellia terkejut, disela-sela tangisnya lukisan yang dirinya sentuh itu mulai terbuka dan menampilkan sebuah ruang kosong didalamnya. Bahkan masih tertata rapi, bahkan masih bersih dilengkapi dengan penerangan dari api yang sepertinya tak pernah padam.

Setelah memikirnyannya bukankah ini tempat rahasia milik ibunya? rumor bahwa ibunya itu penyihir ternyata benar adanya. Banyak sekali buku yang belum pernah dia lihat sebelumnya diperpustakaan, bahkan ada gambaran-gambaran seperti sebuah mantra di meja yang belum dibereskan.

"Ibu, ternyata benar bahwa anda adalah penyihir, bukankah itu fakta yang mengejutkan? mantra pembunuhan? Marquess Leonard? kutukan? Count Sergio? bahkan..." sebelum Odellia melanjutkan ucapannya dia tertarik pada satu gulungan yang tergeletak dikursi.

"Daerah utara? bukankah ini adalah tempat yang ingin kutuju? pelemahan mana dalam tanah?"

Odellia terkejut, tenyata ibunya juga memikirkan tentang pekerjaan suaminya. Buktinya dia ingin meneliti masalah ini padalah dia sangta dibenci dan tidak dihargai di keluarga ini.

"Wah, emang brengsek ya" Memikirkannya saja membuat Odellia naik pitam, bagaimana bisa seorang laki-laki begitu tidak perhatian pada istrinya, walaupun istri kedua tetap saja. Lagipun ibu saya di mansion ini juga bukannya hanya numpang makan tidur saja.

Dengan langkah cepat Odellia keluar dari tempat itu dan menemui duke dengan beberapa gulungan yang dia bawa dari ruang rahasia ibunya.

Jika bukan karena dia miskin mungkin sudah dari lama kepala ayah dan para kakaknya sudah dia patahkan.

"Ck...hukum menyebalkan!" Gerutu Odellia.




Halo semuanya saya kembali lagi, bagaimana kabar kalian? baik baik aja kan? terimakasih telah bersabar menunggu cerita ini, jangan lupa untuk tekan bintang ya terimakasih

#loyvyuuu segaban

The Villainess Boss (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang