Langsung aja yuk.
Dengan langkah tergesa-gesa Odellia memasuki kamar, membanting tubuhnya dalam ranjang dengan keras.
"Sialan, pagi-pagi udah buat mood jelek udah dimaki, dibentak, terus masih disalahin lagi mama..papa..Alia mau pulang, gak betah, mau dibentak mama papa aja hiks disini galak semua, hiks huaaa!."
Dalam tangis Odellia seseorang mengetuk pintu kamarnya, hal itu membuat Odellia berhenti menangis seketika.
Tok tok tok
"Nona..saya Vella, Tuan duke memerintahkan anda untuk menghadap beliau sekarang juga." Ucap Vella setelah membuka pintu.
Mata Odellia terbelalak, 'apa yang akan Tuan Duke lakukan padaku? jangan-jangan hari ini beneran dipenggal?'.
Sambil membenarkan posisi duduk, Odellia kini duduk dengan menyilangkan kakinya.
"Ehem...untuk apa Tuan Duke memanggilku?."
"Saya tidak tau nona, hanya saja jika nona tidak datang, maka Tuan Duke yang akan datang ke sini untuk menemui nona."
'Jangan-jangan beneran dipenggal? Kalau gitu apa sebaiknya mansion utamanya kubakar duluan ya? Kalau mansionnya kebakaran aku akan punya waktu melarikan diri.'
Vella melihat Odellia berpikir begitu keras. Entah ide apa yang tercetus dibenak Odellia, Vella berharap hal itu tak akan membuat Odellia dalam bahaya.
Matahari mulai menyingsing, disinilah Odellia sekarang, berdiri didepan pintu ruang kerja duke sekaligus seorang ayah yang kejam bagi anak perempuannya.
Dengan malas dirinya mendorong pintu dan masuk.
"Salam untuk Tuan Duke."
Melihat Odellia yang memberi salam tanpa menggunakan embel-embel ayah melainkan Tuan Duke, membuat Duke Delgen mengangkat satu alisnya.
"Hm...duduklah, tunggu aku selesai menyelesaikan ini."
"Hah? tunggu, jika anda sibuk kenapa anda memanggil saya? bukan alangkah lebih baik jika anda menyelesaikan pekerjaan anda terlebih dulu, setelah itu baru memanggil saya?."protes Odellia dengan kerutan dikening yang tampak dibuat buat.
"Hanya tinggal sebentar, kamu minumlah teh itu, ada hal serius yang ingin kudiskusikan denganmu."
Odellia yang kesal, mengeratkan kedua giginya dan duduk dengan kasar disofa ruang kerja duke.
'Persetan dengan tatakrama kalau dijatuhi hukuman tinggal bakar rumah ini.'pikirnya.
Beberapa jam sebelum datang ke ruang kerja duke.
"Nona apa yang anda lakukan?." Tanya Vella kebingungan.
"Sssttt.... Jangan berisik, lebih baik kau bantu aku memindahkan ini." Ucap Odellia yang tengah menggelindingkan tong besi.
"Nona kenapa ada tong berisi minyak tanah di sini? Nona saya mohon jangan membuat Tuan Duke marah lagi."
"Ck ini namanya pertahanan Vella, kau akan tau nanti."
"Maksudnya?."
"Vella, jika nanti Tuan Duke hendak melakukan sesuatu yang buruk terhadapku, kau bakar saja tong ini oke?."
"No..nona Tuan Duke tak akan melakukan itu pada nona." cagah Vella.
"Kau tak akan tau nasib dimasa mendatang Vella, bahkan jika aku harus kehilangan nyawa, setidaknya mereka juga harus kehilangan sesuatu." Ucap Odellia dengan menepuk pundak Vella.
"Nona!." teriak Vella sembari menitikkan air mata.
"Saya tak akan membiarkan hal itu terjadi bahkan jika hal itu terjadi, saya yang akan mati terlebih dulu menggantikan nona."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villainess Boss (Revisi)
Fantasy(SLOW UPDATE) Note: Cerita ini memiliki alur yang sedikit lambat dari cerita lainnya, mungkin akan membuat para pembaca merasa kesal dan tak sabar untuk mengetahui endingnya, hanya saja jika memang seperti itu penulis sarankan untuk menabung nya te...