RE : #23 NEGADE (Rain at Dawn)
Pria dengan banyak jahitan menatap lekat pada sosok yang sering dipanggil Dewi itu. Ini pertama kalinya ia melihat sosok manusia sesungguhnya. Dimana kejahatan dan kebaikan pada dirinya begitu seimbang seperti ying dan yang yang pernah ia baca di sebuah buku milik manusia yang sudah berubah menjadi mainannya.
"Nee... Tamamo no Mae-sama, apakah menjadi jahat itu dicap buruk sedangkan berbuat baik itu bisa menjadi panutan?"
Iris mata emas meliriknya. Kekehan kecil keluar dari bibir yang seperti menggoda untuk dicicipi seperti permen.
"Tergantung kau melihatnya dari sisi mana, Mahito-chan."
Mahito tidak munafik ketika tangan halus dari Dewi mengelus surai rambut abu-abunya. Ia bahkan memejamkan matanya ketika tangan itu turun untuk mengelus pipinya.
"Tapi kenapa mereka seperti bernafsu untuk membasmi kami yang padahal kami adalah perbuatan mereka sendiri?"
Mahito semakin merapatkan tubuhnya ke tubuh harum Tamamo no Mae. Ia membiarkan kepalanya jatuh di pundaknya dan tangannya melingkar erat pinggang rampingnya. Sesekali ia menggesek hidungnya ke arah aroma harum itu berasal. Leher jenjang nan mulus tersaji dihadapannya yang ingin sekali ia beri mahakaryanya.
"Itu mudah. Karena mereka ketakutan."
"Hm.. ketakutan ya.." Mahito diam-diam menyetujui ucapan Tamamo no Mae. Semua manusia itu sama saja bahkan menurut Jougo, manusia itu harus disingkirkan karena sifat menjijikan mereka. Padahal jika dipikir-pikir mereka semua tidak ada jika tidak ada manusia. Mereka lahir dari perasaan negatif manusia yang semakin lama semakin membesar hingga terciptalah mereka yang mereka sebut sebagai kutukan.
Karena hadirnya para kutukan yang levelnya rendah hingga tingkat tinggi membuat para manusia itu langsung ketakutan. Mereka berbondong-bondong untuk menumpaskan mereka semua. Akan tetapi, para kutukan akan terus hidup karena manusia terus-terusan mengeluarkan sifat negatif.
Ah, sebuah paradoks yang rumit.
"Semua manusia akan melakukan apapun untuk menyingkirkan perasaan takut mereka."
Pria dengan berpakaian macam biksu datang. Ia menatap Mahito yang kian mendekat pada sang Dewi, Tamamo no Mae yang seperti tidak terganggu malah mengelus kepala Mahito yang membuat jarak antara mereka berdua semakin berkurang. Ada secuil rasa yang merasa terganggu dengan tingkah Mahito yang terlalu dekat dengan Tamamo no Mae. Tetapi, perasaan itu segera ia tepis.
"Mahito, kini giliranmu."
"Ah, padahal aku masih ingin bersama Dewi," rengut Mahito. Meski enggan, ia melepaskan pelukannya dan hendak pergi menjalankan misinya. Tetapi sebelum itu, kecupan ringan mampir di pipi mulus Tamamo no Mae.
"Tunggu aku ya. Aku mau dielus lagi!" serunya riang dan akhirnya pergi menyisakan pria biksu dan Tamamo no Mae.
Tamamo no Mae terkekeh kecil melihat tingkah kekanakan Mahito. Ya, sebenarnya Mahito memanglah masih kanak-kanak terhitung dari dirinya yang diubah menjadi kutukan. Tidak seperti Jougo yang sudah bertahun-tahun dan sifatnya yang bertolak belakang dengan Mahito. Netra emasnya kemudian menatap pria biksu yang sudah terus menerus mengawasinya.
"Kau gusar sekali, Suguru-chan."
Pria biksu –Getou Suguru menghela napas. "Entahlah. Perasaanku mengambang akhir-akhir ini."
Tamamo no Mae menepuk tempat di sisinya. "Berkenan untuk berbagi cerita padaku?"
Suguru mengulas senyuman tipis. Tanpa perlu diperintah lagi, ia sudah berada di sisi Tamamo no Mae. Ia tidak berpikir lebih malah seperti kosong terlebih ketika Tamamo no Mae menariknya untuk tidur dipangkuannya. Ia mengedipkan matanya beberapa kali ketika Tamamo no Mae mengelus surai rambutnya dengan begitu lembut. Ia membatin pantas saja kalau Mahito enggan pergi. Aura seorang Dewi memang beda!
KAMU SEDANG MEMBACA
RE : Jujutsu Kaisen x Reader [Completed]
Mystery / ThrillerSemua orang disekelilingnya meninggal dengan cara mengenaskan. Hingga dirinya dipanggil gadis pembawa kutukan. Namun dia tidak mempedulikannya justru ingin ikut merasakan kematian. Namun saat dihadapkan dengan kematian, dia malah menginginkan kehid...