RE : END

2.7K 250 4
                                    

Tokyo, 25 Desember

Asap putih mengepul keluar dari mulutnya. Iris mata secerah musim panas itu nampak memandang jauh pada kepingan salju yang berjatuhan dari balik kacamata hitamnya. Di tangan kirinya sudah ada paperbag berisi kado yang akan dia berikan kepada dua anak yang dititipkan padanya.

Kedua anak itu pasti sudah menunggunya dan menunggunya dengan harap-harap cemas dibawah pohon natal yang tadi siang mereka buat.

Tetapi faktanya, kedua anak yang dimaksud itu malah tengah bergelung nyaman dibawah selimut tebal dekat perapian dengan segelas cokelat panas dan tampaknya sama sekali tidak mempedulikan dirinya yang pergi.

Pergerakan bola matanya mengikuti gerakan turunnya kepingan salju.

Perasaan aneh mulai menganggunya. Ada sesuatu yang tengah ia pikirkan tapi ia sendiri tidak tau apa itu. Sudah hampir satu purnama ia selalu seperti ini.

Ia menggeleng kepalanya. Bergelut dengan pemikiran aneh serta perasaan asing ini yang ada hanyalah akan membekukannya. Kaki jenjangnya segera melangkah lebar, sedikit berhati-hati pada salju yang bertumpuk, meski dalam hati ia bisa saja berteleportasi ke rumah namun diurungkan karena lebih memilih menghemat tenaganya.

Ia sempat melirik pada kardus yang diletakkan dekat dengan tong sampah. Ia tidak mau ambil pusing dengan keberadaan kardus itu dan lebih mengacuhkannya.

Jalanan yang ia lewati perlahan sepi.

Akan tetapi, terjadi pergerakan di kardus yang tadi dilihatnya.

Kardus itu mulai bergerak-gerak seperti ada sesuatu di dalamnya.

Kebetulan sepasang suami-istri lewat jalan itu dengan payung hitam yang melindungi mereka dari cuaca yang akan berubah ekstrem. Mereka juga awalnya tidak mempedulikan kardus itu.

Namun karena suara tangisan lemah itu mampu membuat mereka berdua berhenti dan memberi perhatian pada kardus yang di dekati nampaklah sosok bayi mungil dengan wajah merah akibat kedinginan.

Sang suami mempunyai firasat aneh ketika melihat bayi yang begitu menyedihkan tengah menangis sesegukan. Ia segera menarik lengan baju istrinya.

"Hentikan, jangan," serunya pada istrinya yang hendak meraih bayi itu

"He.. tidak apa-apa. Lihatlah, bayi itu sangat mengenaskan."

Sang istri memegang tangan sang suami. Ia tersenyum, menyakinkan lewat tatapan matanya kalau semuanya akan baik-baik saja.

Luluh dengan tatapan sang istri, si suami pun melepaskan cengkeraman tangannya dan membiarkan istrinya mengambil bayi malang itu.

Raut wajah sang istri begitu bahagia melihat bayi yang seperti tengah mencari kehangatan pada dekapannya. Ia memegang lembut pipi berisi bayi dan menghapus jejak tangisan juga salju yang pastinya membuat sang bayi kedinginan.

"Shh... tak apa-apa. Jangan menangis."

Ajaib, seolah mengerti si bayi berhenti menangis dan perlahan membuka kedua matanya. Sepasang suami-istri itu terpana dengan keindahan manik mata milik bayi yang nampak berkilauan dibawah cahaya rembulan.

"Anata (Sayang)... lihatlah. Bayi ini seperti anugerah untuk kita. Dewa pasti mengabulkan do'a kita dengan mengirimkan bayi ini." sang istri berseru riang kepada suaminya yang hanya diam namun tatapannya menunjukan kebahagiaan juga.

"Halo sayang," sang istri kembali pada sang bayi. "Tenanglah kami akan menjagamu dan merawatmu dengan baik." Jari telunjuknya ia ulurkan pada sang bayi yang kembali seolah mengerti memegang jarinya dengan kedua jemari mungilnya yang memerah.

Sang istri tergelak lalu tersenyum lebar dan mendekati wajahnya pada sang bayi. Ia menciumi lembut penuh kasih sayang ke dahi sang bayi.

Melihat begitu bahagianya sang istri membuat sang suami turut menyunggingkan senyumannya. Istrinya mungkin benar. Dewa telah mengirimkan bayi ini untuk berada diantara mereka berdua setelah sekian lama menginginkan kehadiran bayi. Ia memeluk sang istri dan keluarga barunya lalu membawa mereka untuk segera pulang sebelum mereka bertiga berakhir membeku karena kedinginan.

Di sepanjang perjalanan menuju rumahnya mereka berdua memutuskan untuk memilih nama untuk sang bayi.

"Bagaimana Mikuzume? Aku yakin anak kita akan menjadi gadis yang sangat cerdas dan berbakat. Dan jangan lupa kecantikannya yang seperti Dewi," ucap sang suami

"Mikuzume ka..." sang istri melihat kembali bayi yang tertidur dalam gendongannya. Suaminya benar. Bayi ini terlihat sangat cantik apalagi iris matanya yang seolah-olah orang yang melihatnya akan terpikat dan akan menaruh semua perhatian padanya. Seperti seorang Dewi!

Sang istri tersenyum, ia mendekat pada sang bayi. "Selamat datang....

....Mikuzume," bisiknya lembut

--------------------------------------------------------

Thanks to God

Big thanks to our lovely sensei Gege Akutami!

Also big thanks and love for readers 

Terimakasih yang sudah menunggu, membaca, memvote, list di perpustakaan kalian, berkomentar bahkan berteori. JUGA MENSUPPORT SAYA! I REALLY-REALLY LOVE YOU ALL!

Tenang, saya baca baik-baik komentar dan teori kalian. Maaf saya juga gak bisa membalas komentar kalian :)

Kritik dan saran bisa kalian salurkan kok

Untuk tanya apakah ini berakhir?

YES THIS IS THE END, TAMAT!

Chapter terakhir ini adalah extra untuk kalian~

(Saya bingung mau ketik apa lagi hehehe...)

Oh, iya saya ada persembahan fanart untuk kalian.
Sekali lagi, terimakasih semuanya

See You

Sayonara!








Mbak (Fullname)

Mbak (Fullname)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2021/06/25

RE : Jujutsu Kaisen x Reader [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang