BAB 4

3.7K 677 10
                                    

RE : #15 NEGADE (Sesshōseki

Langkah kakinya menggema di kegelapan malam. Sejauh mata memandang hanya ada bebatuan yang beraneka ragam bentuk dan rupa. Bahkan ada deretan bebatuan yang sepertinya sengaja dibentuk menjadi Buddha dengan memakai pakaian berwarna cerah.

Selepas melewati bebatuan itu, dirinya merasa kalau bebatuan itu meliriknya. Tetapi, ia tidak ingin memastikannya walau rasa penasaran menyerangnya. Ia hanya ingin terus berjalan menyusuri jalanan setapak yang seolah membelah gunung ini.

Sampai langkahnya berhenti tepat di depan batu yang cukup besar yang nampak sangat sakral dengan dililitkan tambang juga kertas jimat.

Ia terdiam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia terdiam. 

Tengah memikirkan bagaimana sebuah batu yang mitosnya adalah batu pembunuh di depannya saat ini. Ya, dirinya kemari karena setelah membaca artikel tentang batu pembunuh yang menarik perhatiannya ketimbang tugas sekolahnya yang telah menumpuk.

Toh, ia punya jongos yang nantinya akan membereskan semua tugas-tugas memuakan itu.

Seketika lehernya sangat dingin dan angin juga berhembus sangat kencang. Langkah kaki datang mengagetkannya. Dengan terburu-buru, ia mengambil sembarang batu di sana. Padahal ia kalau bisa ingin mengambil batu besar itu atau memecahkannya. Batu yang legam nan cantik langsung ia kantongi di saku jaketnya dan berlari setelah mengetahui langkah kaki itu milik seorang penjaga tempat ini.

Sinar lampu senter hampir saja menyoroti tubuhnya yang tengah berkamuflase dengan bebatuan berbentuk Buddha. Jantungnya berdegup kencang. Ini lebih menegangkan ketimbang film-film yang sudah puluhan ia tonton bersama kawanannya ketika membolos sekolah. Kakinya hampir saja terpeleset akibat batu yang ia injak licin oleh lumut.

"Siapa di sana?"

Petugas itu mulai waspada. Setiap sudut tak luput dari pandangannya. Mata tajamnya menyusuri tempat yang sebagian warga menganggapnya suci. Ketika ia menyoroti tempat dimana suara tadi berasal, ia hanya melihat deretan patung Buddha. Beberapa detik ia menyoroti tempat itu sampai ia kembali pergi ke tempat lainnya.

Dia keluar dari persembunyiannya. Sembari tersenyum remeh, ia pergi dari sana dengan membawa batu di kantongnya. Ia sama sekali tidak menyadari batu itu memancarkan cahaya merah ruby dan sekilas terlihat mata dengan pupil mirip biji semangka berwarna kuning cerah.

Keesokan paginya dia berangkat ke sekolah. 

Wajahnya menampilkan senyuman yang membuat siapapun yang mengenalnya ikut tersenyum. Raut ramahnya membuat mereka betah. Bahkan ia tanpa sungkan membalas salaman dari beberapa lelaki yang terus terang menyatakan cinta padanya.

'DASAR BABI SIALAN! JAUHKAN TANGAN KOTORMU DARIKU.'

"Maafkan aku. Aku tidak bisa menerimamu," katanya lembut yang membuat lelaki itu bukannya merasa patah hati malah tersenyum senang.

"Aku harus ke kamar mandi sejenak." Ia dengan sopan meninggalkan semua orang yang suka sekali mengerubunginya seperti semut. Tetapi, semuanya langsung berseru heboh ketika seseorang datang. Yang membuatnya mendengus tak suka dan menggertakan giginya.

Rambut hitam arangnya yang nampak sangat halus itu tersibak ketika angin berhembus, memperlihatkan lehernya yang putih mulus. Iris mata secerah batu delima itu terlihat tajam dan dingin. Hidung mancung-mungil, pipi chubby dan masih menyimpan lemak bayi serta bibir merah merekah layaknya kelopak sakura di musim semi membuat penampilannya membuat siapapun akan masuk dalam jurang pesonanya.

Para lelaki di sekolah ini berlomba-lomba untuk mendekatinya hanya sekedar menyapanya atau memberikan berbagai macam bingkisan. Para gadis ikut memuja bagaimana sosok rupawannya. Ketika sosok itu lewat, aroma tubuhnya tercium sangat harum dan memikat.

Lelaki yang tadi menyalaminya melesat ke sosok itu. Sekarang, sosok itu yang dikerubungi layaknya semut. Atau mungkin layaknya ratu lebah.

Sosok itu meliriknya membuat rasa jengkel miliknya melonjak. Sinar matanya seakan mengejeknya ditambah bibirnya yang menyunggingkan senyuman seolah mengolok-ngoloknya.

"Awas kau...

.... (Fullname)."

------------------------------

To Be Continued

See You Next RE

RE : Jujutsu Kaisen x Reader [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang