Sembilan belas

2K 198 10
                                    

Jennie senyum-senyum daritadi dibalik pintu depan. Ia merasa senang dengan perlakuan Lisa barusan. Saat ia kesal dan geram terhadapnya, Lisa malah memeluknya. Erat pula.

Perlakuan seperti itu biasa terjadi ke dirinya. Jennie memeluk Lisa begitupun sebaliknya, menjaili satu sama lain, saling nginep di rumah masing-masing secara gantian, nemenin beli ini itu, dan sebagainya. Tak jarang mereka sering cuddle, bahkan manja ke satu sama lain. Padahal pacaran aja kagak. Aneh emang pertemanan ini.

Selama hampir 4 bulan memiliki seorang teman, mungkin udah menjadi sahabat itu, dua orang ini memang udah banyak melakukan hal bersama-sama. Bahkan hampir jarang sekali kumpul dengan gengnya, kemana-mana hanya berdua. Entah hal apa yang membuat mereka paling dekat dibanding yang lainnya, namun chemistry mereka juga lumayan kuat.

Bahkan, ada perlakuan dari Jennie maupun Lisa yang tidak pernah ditunjukkan ke teman-teman yang lain. Terutama perlakuan atau pribadi Lisa. Jennie yang memang sangat dekat baru menyadari dan menjadi tau Lisa secara personal.

Mereka berdua juga sering cerita satu sama lain, curhat, nangis di depan satu sama lain, bahkan mendengarkan keresahan satu sama lain juga pernah. Mereka tidak segan-segan akan ngomong langsung jika ada hal yang membuatnya kesal, namun itu jarang terjadi karena mereka lebih ingin menjaili satu sama lain.

Lisa, yang notabene jarang sekali curhat atau cerita, jika ke Jennie bisa sesekali kelepasan curhat. Jennie yang awalnya mendengar Lisa curhat ke dirinya sempat kaget, gak percaya juga. Bahkan Jennie pernah liat secara langsung Lisa nangis didepannya. Walaupun hanya meneteskan air mata, namun itu pertama kalinya ia melihat Lisa nangis.

"Kenapa itu senyum-senyum sendiri" sahut mommy tiba-tiba. Jennie tersentak. Lalu ia menghampiri mommy yang sedang duduk di sofa ruang keluarga sambil menonton tv.

"Gapapa mom hehe" respon Jennie.

Mommy terkekeh. Ia jadi teringat dengan segala pertanyaan-pertanyaan yang ia pendam selama ini. Ia berniat bertanya sekarang sebelum lupa dan semakin larut.

"Jen, mommy mau tanya deh"

Jennie mendengar itu langsung menoleh kearah mommy.

"Gapapa kan?" Tanyanya lagi.

"Gapapa kali mom" jawab Jennie sambil terkekeh.

Mommy ikut terkekeh melihat anaknya terkekeh.

"Tapi jennie jawab jujur ya"

Jennie mendengar itu langsung mengkerutkan keningnya dan menatap serius mommynya. Mommy malah ketawa.

"Ini serius banget ya mom?" Tanya Jennie dengan bingung.

"Gak pake banget, tapi termasuk serius" jawabnya. Jennie masih mengkerutkan keningnya karena bingung.

Tanpa berlama-lama, mommy langsung saja nanya.

"Diantara semua temen-temen satu geng kamu, kamu kan lebih deketnya sama lisa.."

Jantung Jennie seketika berdegub lebih kencang. Ia menjadi sedikit gugup saat mommy menyebut nama Lisa.

"Bukan lebih lagi deh kayaknya ya, paling deket sama lisa kan?"

Jennie mengangguk ragu. Mommy hanya ketawa pelan.

"Kok ragu gitu, benerkan kamu sama lisa deket banget, kemana-mana berdua aja gitu" sambung mommy lembut. Jennie langsung mengangguk cepat.

"Mommy mau nanya, apa yang membuat kamu lebih deket ke lisa dibanding temen-temen kamu yang lain?"

Jennie bungkam. Benar-benar diam. Ada rasa gugup bahkan takut dalam hatinya. Dirinya tidak tau juga kenapa, tapi ada rasa takut dalam menjawab pertanyaan langsung itu.

REMAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang