Lima Puluh Tujuh

1.3K 207 15
                                    

•••

Beberapa minggu kemudian.

Hubungan Seulgi dan Irene semakin renggang. Irene yang jadi cuek dan menjaga jarak. Seulgi jadi segan buat ngobrol sama Irene. Ditambah, tiap Seulgi ajak ngomong pasti dijawab singkat padat jelas. Apalagi di chat. Dibaca aja udah syukur.

Di rumah Irene

Irene lagi sarapan. Kebetulan sekarang hari sabtu, jadi orang tuanya lengkap. Mumpung tidak ada kesibukan mendadak.

"Irene"

"Iya pa?" Sahut Irene.

"Seulgi kok udah jarang ke rumah ya?" Tanya papanya dengan bingung.

"Biasanya selalu ke rumah, ortunya masih suka titipin seulgi juga, kemana dia?" Sambung papanya.

Irene cuma bisa diem. Selama ini dia gak pernah cerita ke siapa-siapa tentang hubungan dia sama Seulgi yang mulai jauh. Termasuk ke ortunya.

"Kurang tau pah irene" balasnya.

"Ah masa sih, seulgi kan suka banget kesini, apalagi hari sabtu gini" ucap papanya.

"Seulginya lagi sibuk kali pa" celetuk mamanya.

"Sibuk? Iya kah?"

"I-iya pah, dia akhir-akhir ini suka kerja kelompok" ini bohong.

•••

"Galau lo jelek banget sumpah" ucap Lisa sambil menepuk bahu Seulgi.

"Eh tapi, harusnya yang galau irene gak sih? Kan dia yang nyatain perasaannya, kok ini jadi lu yang galau kang?" Ucap Momo bingung.

Seulgi gak membalas perkataan Momo dan Lisa yang dari tadi topiknya gak jauh-jauh dari hubungannya dengan Irene.

Sana yang duduk di sebelah Seulgi, gak mau nambahin beban. Dia liat muka Seulgi yang kayak gak ada kehidupan udah kasian duluan. Jadi dia cuma diem aja.

"Gi"

Seulgi menolehkan kepalanya ke Sana.

"Gak usah dipikirin, lo coba pelan-pelan aja deketin diri lo ke Irene"

"Gue yakin, diem-diem dia kangen sama lo" sambung Sana lalu mengusap bahu Seulgi.

Seulgi hanya mengangguk pelan sambil tersenyum.

Setelah kumpul di suatu tempat, mereka semua langsung membubarkan diri. Pergi ke tempat masing-masing. Sana dan Momo pulang. Seulgi sepertinya pulang. Dan Lisa juga pulang, ke Jennie. Soalnya dari tadi udah dicariin. Padahal masih pagi.

"Kamu dimana sih? Pagi-pagi masa udah keluar rumah??"

Jennie dari tadi gak berhenti ngomel. Mana Lisa lagi nyetir, rada ganggu. Tiap minta dimatiin telfonnya, gak dibolehin. Lisa bisa apa, cuma bisa pasrah dan nurut.

"Habis kumpul aku"

"Pagi-pagi gini??"

"Iya"

"Perkumpulan apa pula pagi begini, ibu-ibu senam??"

"Ahahahahaha"

"Bukan waktunya ketawa!"

"Tapi nini lucu"

"Iya tau, emang aku udah lucu dari lahir"

"Untung yang ngomong gini kesayangan lili"

"Udah diem, kamu fokus nyetir, DAN PLIS BURUAN!"

"Ahahaha okey, callnya matiin aja ya"

"Iya, dadah hati-hati"

REMAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang