Delapan Belas

2K 196 5
                                    

Suara ngos-ngosan terdengar sangat jelas. Kamar yang sedaritadi hening hanya diisi dengan suara nafas yang berhembus dengan cepat.

Jennie sesekali melirik Lisa. Namun setelahnya ia acuh dan kembali fokus dengan hpnya.

Lisa terduduk di lantai. Nafasnya yang tersenggal-senggal, tidak berhenti ngos-ngosan. Ia benar-benar sangat kelelahan karena menahan geli. Capek ketawa dan teriak, pipinya dan rahangnya memanas, dan perutnya yang keram seketika membuat dirinya terjatuh dari atas kasur Jennie.

Sehabis dikelitikin sampe mampus, Lisa tidak berani naik keatas kasur Jennie. Ia terduduk di lantai sambil memegangi perutnya yang keram itu dengan satu tangannya. Ia melihat Jennie dengan muka polosnya dan nafasnya yang masih tersenggal-senggal itu.

Jennie melirik Lisa lagi.

"Apa!"

Lisa menelan ludahnya mendengar itu. Ia sedikit ketakutan, takut juga Jennie mengelitikinya lagi jika ia naik ke kasur.

Jennie, seperti biasa sedang menahan mimik mukanya agar terlihat acuh dan garang. Sebenarnya ia ingin sekali ketawa melihat Lisa seperti ini sekarang. Ia selalu gemas jika Lisa udah mulai menampakkan mukanya yang ketakutan dengan mukanya sedikit merah dan nafasnya yang tersenggal-senggal. Namun ia berusaha untuk bisa bersikap acuh, tidak ingin goyah.

"Ngapain disitu!"

Lisa mengerjapkan matanya. Ia daritadi berusaha menetralkan nafasnya namun sedikit susah. Total waktu Jennie mengelitiki Lisa sekitar 7 menitan. Tiada henti pula. Untung saja Lisa berhasil menahan tangan Jennie, kalau tidak mungkin saja ia bisa lewat kehabisan nafas.

"Lu serem" gumam Lisa pelan sampai gak kedengeran.

"Lo bilang apa!" Tanya Jennie karena emang sekecil itu.

"Eumm"

Jennie melirik Lisa tajam. Lisa makin takut.

"Ngomong yang jelas"

"Eum-"

"Am eum am eum!"

Saat ngomong gitu, sbenernya Jennie ingin sekali ketawa, namun ia tahan mengingat masih berperan sebagai seseorang yang garang dan acuh terhadap Lisa saat ini.

"Aaaa iya, nini serem"

"APA!?" Kagetnya. Ia menatap Lisa tak percaya. Padahal mah sebenarnya dirinya udah tau kalo Lisa bakal bilang itu.

"Iya, lu serem, gue takut, makanya gak naik-"

"Oh" jawabnya acuh dan kembali fokus ke hpnya. Lisa cemberut.

Dengan memberanikan diri, Lisa bangkit dari duduknya. Ia mulai naik ke atas kasur. Jennie, melihat semua gerak gerik Lisa hanya dari sudut matanya. Ia benar-benar sedang menahan untuk tidak menoleh.

Pelan-pelan Lisa mendekat kearah Jennie.

"Maapin gue, maap" sahutnya lembut. Ia menunduk sambil memainkan jarinya itu.

Lisa pelan-pelan menusuk-nusuk paha Jennie dengan jari telunjuknya itu.

"Hmm"

Lisa yang mendengar itu semakin cemberut. Jennie udah gak tahan. Tolong.

"Iya iya maapin, gak gue ulangin lagi" sahutnya lagi dengan lembut dan tenang.

"Hmm" lagi-lagi respon Jennie hanya ini.

Lisa menghembus nafasnya. Ia pelan-pelan mendekat ke Jennie. Jennie menahan bola matanya agar tidak melirik.

"Nini maap" katanya lagi sambil ngedusel-dusel ke Jennie.

REMAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang