Aku mulai merapal doa, sambil menggenggam tangan Manda. Berusaha mengeluarkan Kuntilanak itu. Manda berteriak kencang, seperti kesakitan.
"Udah ... udah ... panas!" ucap Manda. Tak lama, ia pun tersadar.
"Yah ... bukannya ditanya dulu," ucap Fadil.
"Itu kesurupan bukan mediasi," balasku kesal.
"Emang apa bedanya?" tanyanya.
"Kalau kesurupan itu si Jin masuk secara paksa. Bisa bahaya, soalnya Manda gak bisa ngontrol. Kalau mediasi, Manda yang sengaja masukin Jin ke badannya. Jadi lebih bisa ngontrol," jelasku sedikit ngegas.
"Di sini kan gelap, bahaya kalau Manda tiba-tiba ngamuk atau lari. Ntar malah celaka," tambahku.
"Oh begitu, maaf."
"Kasih minum, Ca!" perintahku.
Caca memberikan air mineral pada Manda.
"Mir," panggil Manda.
"Ya?"
"Tadi gw liat ada cewek terbang cepet banget ke arah gw. Terus tiba-tiba gelap semua," ucap Manda.
"Iya itu Kuntilanak," balasku.
"Iya, gw liat kepalanya berdarah-darah gitu. Bener gak?"
"Iya, bener."
_______
Baru bisa bernafas lega, tiba-tiba ....
Hihihihihi!
Kini suara tawa terdengar jelas di belakangku. Sontak aku menoleh ke belakang. Terlihat Wildan sedang memegang tubuh Hendra.
"Mir!" panggil Wildan, panik.
"Astaga, sekarang Hendra malah ikut-ikutan!"ucapku kesal.
Kucluk!
Kucluk!Hendra melompat-lompat pendek. Wildan masih menahannya agar tidak pergi kemana-mana.
"Mir, bantuin woy! Berat nih," teriak Wildan.
"Kesurupan pocong kayanya itu," ucap Taka.
"Hooh," sahut Fadil.
"Bukannya pocong itu terbang, Ya?" tanya Erwin.
"Itu kok lompat? Berarti yang di film-film bener dong," sambungnya.
"Terbang kok, gw pernah liat," timpal Galih.
"Jadi mana yang bener?" tanya Erwin.
Astaga, di situasi seperti ini, mereka masih berdebat masalah pocong lombat atau terbang.
"Bener dua-duanya," balasku seraya memegang tangan Hendra, lalu merapal doa.
"Ih, panas!" ucap Hendra sambil menggeliat seperti cacing kepanasan.
"Buruan, Mir. Gw dah gak tahan," ucap Wildan.
Aku terus merapal doa. Tak lama, pocong itu sudah ke luar dari tubuh Hendra. Wildan dan Hendra langsung terduduk di lantai, kelelahan.
"Gak lagi-lagi ya, Hen. Gw bantuin lu kalau kesurupan," keluh Wildan.
"Gw juga gak sadar, tiba-tiba dah masuk aja tuh pocong," balas Hendra.
"Pocongnya cewek ya, Mir?" sambungnya.
"Iye," balasku singkat.
"Eh, emang ada pocong cewek?" tanya Erwin.
Aku menarik nafas panjang, saat mendengar pertanyaannya.
"Iya, bukannya kalau yang cowo jadi Pocong, terus yang cewe jadi Kuntilanak," balas Fadil.
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA AMIR (Sudah Terbit)
HororKumpulan cerpen dan mini cerbung, bedasarkan kisah nyata yang dimodifikasi ulang. Dikemas menggunakan bahasa yang ringan dan mudah dipahami. Dengan sentuhan unsur komedi. Berkisah tentang perjalan hidup seorang remaja bernama Amir. Kehidupannya beru...