Larinya cepat sekali, hanya hitungan detik dia sudah sangat dekat denganku.
Duag!
Terdengar suara benturan keras. Ternyata Si Kingkong sedang menahan Raksasa itu untuk tidak mendekat. Dia memegang tubuh Raksasa dengan kedua tangannya.
"Hahahaha ... itu saja kemampuanmu, monyet kecil," ejek Si Raksasa.
"Amir! Berdoa!" ucap Si Kingkong.
"Doa apa?" tanyaku.
"Apa saja, cepat! Saya tidak bisa menahannya lebih lama."
Aku mencoba konsentrasi, lalu mulai membaca ayat kursi. Aneh, setiap kali mendengar Raksasa itu tertawa. Tiba-tiba hafalan suratku buyar.
"Tutup mata dan telingamu, Amir! Dia hanya menggertak."
"Tapi ...."
"Tapi apa?"
"Setiap aku tutup mata, wajahnya malah semakin jelas."
"Lebih baik kamu liat wajah anak itu!"
Aku memandangi wajah Ilham yang terbaring di atas kasur. Sejak tadi hanya diam, tak bergerak. Tatapannya kosong, dengan mata melotot menatap langit-langit.
"Apa kamu tidak kasian dengan anak itu?" tanya Si Kingkong.
"Kasian," balasku
"Jadi cepat, baca doa! Jangan takut."
Kuambil nafas panjang, lalu mulai melafalkan ayat kursi. Usahaku berhasil, Raksasa itu mulai sedikit melemah. Dan dia berhasil dipukul mundur.
Tiba-tiba ... Raksasa itu berteriak. Suara sampai memekakan telingaku. Kepalaku pun tiba-tiba pusing sekali.
"Ah sial," keluh Si Kingkong.
"Ada apa, Kong?"
"Dia memanggil anak buahnya."
Jika diibaratkan dengan bisnis, pesugihan ini mirip dengan MLM (Multi Level Marketing). Raksasa itu posisinya berada di paling atas. Dia memiliki tangan kanan, salah satunya Genderuwo yang masuk ke dalam tubuh Ilham. Selain itu masih banyak lagi.
Setiap tangan kanannya, memiliki anak buah lagi, begitu seterusnya. Sampai di deretan bawah ada kumpulan Jin Qorin dari orang yang melakukan perjanjian. Sedangkan tumbal menjadi asupan energi buat 'mereka' semua.
Anak buah Raksasa itu mulai berdatang dari segala penjuru, mengepung kamar. Jumlahnya benar-benar tak terhitung. Makhluknya mulai dari yang sering terlihat, sampai yang baru pertama kali aku lihat. Salah satunya adalah sesosok makhluk besar, berbentuk seperti anjing.
"Makhluk apa itu, Kong?" tanyaku penasaran.
"Jin pelahap," balasnya.
"Pelahap bagaimana?"
"Dia itu pemakan para Jin."
"Aku baru pertama kali lihat."
"Dia yang mengawasi Jin lain dalam rantai pesugihan. Jika ada yang membangkang, maka diancam akan dimakan olehnya."
"Sekarang harus bagaimana? Apa kamu sanggup melawan mereka semua?" tanyaku.
"Tentu tidak, tapi aku tidak mau mati konyol di sini," ucapnya lalu mulai memanggil anak buahnya.
"Kong ... aku khawatir."
"Apa yang kamu khawatirkan? Tugasmu hanya berdoa, itu saja. Setidaknya dengan berdoa ada energi positif untuk makananku."
"Bukan itu."
"Aku khawatir, daritadi Si Hitam tidak kembali juga. Aku takut dia kenapa-napa."
"Hahahahaha, kamu terlalu meremehkannya. Melawan puluhan Genderuwo tadi saja dia sanggup. Jadi tidak perlu mengkhawatirkannya. Tugasmu hanya satu, berdoa agar sukma Ilham bisa kembali ketubuhnya. Kasian anak itu, sekarang pasti sangat menderita."
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA AMIR (Sudah Terbit)
HororKumpulan cerpen dan mini cerbung, bedasarkan kisah nyata yang dimodifikasi ulang. Dikemas menggunakan bahasa yang ringan dan mudah dipahami. Dengan sentuhan unsur komedi. Berkisah tentang perjalan hidup seorang remaja bernama Amir. Kehidupannya beru...