Jambak Rambut Kuntilanak

4.5K 569 16
                                    

Suara langkah kaki terdengar di depan kamar. Tiba-tiba pintu terbuka. "Mir, Amir, temenin gw yuk!" ajak Hendra sembari masuk ke dalam kamar.

"Ke mana?"

"Jalan-jalan ajalah, Yuk!"

"Malem-malem? Jalan-jalan ke mana nih?" tanyaku.

"Temenin gw penelusuran."

"Bilang kek dari tadi, duh gw lagi mager banget, Hen."

"Ayolah, lu temenin aja, gak usah ngapa-ngapain."

"Tetep aja, ujung-ujungnya ntar gw lagi yang kena?"

Hendra pun cengengesan. "Ayo, Mir! Bantuin temen lah."

"Jawab dulu, mau penelusuran ke mana?"

"Ke Rumah Kosong di Jalan Gading, tau kan lu?"

"Ya."

"Katanya banyak Kuntilanak di sana. Gw pengen tau bener atau gak."

"Hadeh, gak ada kerjaan amat dah."

"Yuk, yuk, ntar gw kasih sesajen."

"OK!" Aku pun langsung setuju. "Nasi Bebek Penyet Komplit ya. Deal?"

"Sip," balas Hendra sambil mengangkat jempolnya.

"Gw siap-siap dulu bentar. Hus!"

"Oke gw tunggu di luar." Hendra ke luar kamar.

***

Setelah ganti baju, aku berjalan ke luar kamar. Terlihat Hendra sudah berdiri di parkiran. "Udah, Mir?" tanyanya.

"Udah."

"Lu bawa siapa, Mir?"

"Gak bawa siapa-siapa. Katanya gw gak usah ngapa-ngapain."

"Kalau ada apa-apa gimana?"

"Ya ... ntar juga pada datang sendiri."

Dilema memang, kalau mengajak si Tebo nanti Kuntilanaknya malah dipinang. Terus ... dibawa ke pohon nangka di samping kosan. Ujung-ujungnya tiap malem pada berisik. Tidak jarang malah mengintip penghuni kosan yang sedang mandi.

Kalau bawa Si Hitam atau Si Kingkong, bisa-bisa belum mulai sudah pada bubar duluan. Malahan bisa bikin rusuh, kaya kejadian di penelusuran sebelumnya. Jadi, kali ini biar aku sendiri saja, toh cuman Kuntilanak.

Hendra mengajakku berjalan ke jalan utama. Di sana sudah ada sebuah mobil minibus, terparkir di pinggir jalan. Terlihat beberapa orang sudah menunggu kehadiran kami.

"Banyak juga ya?" tanyaku.

"Berdelapan, sama lu."

Setelah memperkenalkan diri, aku pun langsung masuk ke dalam mobil, duduk di kursi paling belakang, di samping Hendra.

*

"Mas, kata Hendra penelusuran terakhir rusuh ya?" tanya salah satu teman Hendra, sebut saja Saiful.

"Iya," balasku.

"Itu gara-gara apa, Mas?"

Tidak mungkin aku bilang, itu semua karena ulah Si Kingkong melepaskan beberapa Jin anak kecil yang disekap oleh Jin Pesugihan.

"Ada yang sompral dan songong, jadi pada marah," balasku.

"Saran gw sih, nanti jangan ada yang sompral. Jaga sopan santun. Takutnya nanti ada yang ikut pulang kan berabe," sambungku.

"Iya, Mas."

*

Kami pun sudah tiba di lokasi penelusuran. Sebuah rumah megah yang sudah lama terbengkalai. Rumahnya memilki dua lantai. Cat temboknya sudah kotor menghitam dan hampir semua jendelanya sudah pecah.

CERITA AMIR (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang