☁️|40•diculik

638 57 1
                                    

Arsel membawa Vania ke taman belakang sekolah, mungkin tempat ini yang strategis untuk mengobrol empat mata

"Duduk "pintah Arsel

"eh,eh kamu mau kemana? "tanya Vania saat Arsel akan pergi dari hadapan Vania, tapi Arsel tidak mengubrisnya ia langsung menyelonong pergi begitu saja

"lah ngapain coba gue di bawa kesini, kalo ujung-ujungnya di tinggal pergi "

"Ngeselin banget sih si Tamara, mana ada Arsel pacaran sama gue terpaksa, gak lucu banget kalo terpaksa lag__dingin anjrot" Vania memegang pipinya yang terasa dingin lalu ia mendongkan kepalanya keatas, Vania terpana dengan muka cool Arsel yang penuh keringat, entahlah mugkin Arsel sudah lari maraton

"udah ngedumelnya? "tanya Arsel membuat Vania memanyunkan bibirnya, Arsel berjalan kedepan lalu duduk di samping Vania

"Nih minum, pasti cape kan abis berantem? "Arsel menyodorkan satu botol minuman dingin, dengan senang hati Vania menerimanya lalu meneguknya sampai tandas

"kenapa tadi gak lawan aja? kan seru, pasti menang kamu "Vania memutarkan pahanya 60° kearah Arsel

" menang gak harus maju, kalah gak harus mundur. Tarik tambang, semakin mundur semakin menang, contohnya aku, aku menangkan?! "

"itu juga berkat bantuan aku kan? "Ucap Arsel sembari menaik naikkan alisnya, Vania mengaruk tengkuknya

"hehe iya juga "

" makanya jangan sok bijak dulu "Arsel menarik Vania kepelukanya Vania mengeser duduknya agar lebih dekat lagi lalu menyenderkan kepalanya di dada bidang Arsel, wangi parfum Arsel membuat Vania nyaman dengan posisi itu

"Sel "

"Hmm "Arsel membalasnya dengan deheman, ia sedang mengelus rambut Vania tidak lupa mengecup nya juga.

"Alasan kamu tetep milih aku itu apa sih? "Vania mendongakan kepalanya lalu menengelamkan wajah kembali kedada bidang Arsel

"kamu unik, kamu beda, kamu sederhana, dan aku sayang "

Diam diam sudut bibir Vania terangkat, membentuk senyum bahagia. Pipinya juga bersemu merah layaknya kepiting rebus, untung saja ia bisa menyembunyikanya di balik dada bidang Arsel, kalo tidak pasti Vania akan malu, karena ketahuan kalo Vania tengah salah tingkah karena ucapan Arsel barusan.

Blushing!

"WOILAH CEKEK GUE "heboh Reyhan saat melihat Arsel mengecup puncuk kepala Vania

Refleksi Vania dan Arsel melepaskan pelukanya

" jiwaku mulai terserang uwuwphobia karena asupan-asupan uwu yang jelas bukan miliku "keluhan Aldo mendapatkan tepukan tabah dari Tiara

"Mojok mulu lu pada "sahut Al yang sedang menggandeng pacarnya siapa lagi kalo bukan Rubby

Vania dan Arsel hanya mengaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Tiara ikut menyahut " di cariin kemana- mana ternyata di sini lo pada "

•••

Jovan Sedang bermain dengan robotan dan mobil mobilannya, Jovan tidak sengaja melihat Arsel memasuki perkarangan ruman

Arsel memberhentikan motornya tepat di depan mobilan Jovan yang terparkir rapih.

"Bang standar! "ucap Jovan membuat Arsel melirik standar motornya yang sudah di turunkan, Arsel mengerutkan keningnya, udah di turunin, batinya

Jovan mengerti dengan kerutan kening Arsel " Maksud Jovan muka abang yang standar "

Jovan tertawa ngakak bahkan sampai terjungkal ke belakang, membuat Arsel berdecak kesal, kalo saja Jovan bukan adiknya sudah di pastikan Jovan akan di usir dari rumah. Walaupun Jovan bukan adik kandung tapi Arsel menerimanya dengan senang hati. Lagian ia juga kasihan pada maminya yang selalu kesepian dirumah Arsel sangat jarang di rumah sementara Papanya sedang bekerja sebagai TNI, paling-paling papahnya pulang 5 bulan sekali atau bahkan 1 tahun sekali jika sedang sibuk-sibuknya.

PENYAMARAN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang