Hani baru saja keluar di bagian kedatangan pagi itu sekitar pukul 9 waktu LA. Sudah selesai juga mengirimkan kabar kalau dia telah sampai dengan selamat kepada Ian dan kedua orangtuanya. Tidak menyangka akan menemukan seorang perempuan memegang kertas bertuliskan namanya menunggu kedatangannya. Hanipun menghampiri orang itu.
"Are you Hani? The girl who will start working at X studio?" Tanya wanita itu langsung saat Hani bisa dipastikan mendengarnya.
"Ya, thats me." Hani tersenyum dan mengulurkan tangannya. "I didn't know they'd send someone to pick me up."
Wanita itu tertawa kecil menyambut tangan Hani. "Actually, Scott send me. He says maybe you don't have a place to stay yet. So he asked if I could let you live in my apartment until your work completed. And i said yes. Besides, I live alone and have enough space."
Hani tampak terkejut dengan informasi yang baru saja dia dapat. Dia tidak tahu soal ini dan mulai merasa tidak enak hati.
"Oh, c'mon! Don't hesitate to me. Scott's friends are mine as well. We're friends now. And by the way, my name is Samantha or Sam is ok."
Mau tak mau Hani mengikuti Samantha. Merasa tidak sopan pula jika menolak tawaran baik wanita yang sudah repot repot datang menjemputnya ini. Hani memang belum memiliki tempat tinggal. Rencananya dia akan tinggal di hotel sementara waktu saat dia mencari tepat tinggal yang sesuai kantongnya. Bersyukur Hani punya teman seperti Scott yang lebih banyak bertindak dari pada bicara. Hani harus meneleponnya untuk berterima kasih nanti.
Dan kebetulan sekali, apartemen Samantha hanya 3 blok jauhnya dari gedung X Studio berada. Hani masih bisa menjalankan kebiasaan lamanya, berjalan kaki tiap pagi seperti yang di perintahkan dokternya dulu. Ada coffe shop juga minimarket yang akan dia lewati kelak. Hani bisa sekalian membeli sarapan di jalannya menuju tempat kerja.
Lalu apartemen Samantha, ada di lantai 5 di sebuah gedung berlantai 8. Gedungnya terlihat tua jika di lihat dari penampakan luarnya. Tapi berbanding terbalik dengan kesan pertamanya, bagian dalam gedung ini ternyata lebih modern dari pada kelihatannya. Ada lift naik dan turun, meskipun tangga naiknya terlihat mewah sekaligus klasik dengan railing besi hitam yang di bentuk sedemikian rupa.
Begitu masuk ke unit Samantha pun hal pertama yang terlintas di benak Hani adalah mewah. Perabotan dan furniture semuanya terlihat mahal dan berkelas. Hani mulai bertanya-tanya, seberapa kaya Samantha ini sebenarnya.
"This is yours." Katanya setelah membawa Hani pada sebuah pintu kayu berwarna putih gading dengan pegangan berwarna emas. Sam menunjuk pintu di sebelahnya dan berkata bahwa ini kamarnya.
(Mulai dari sini anggep aja mereka ngomong pake bahasa Inggris. capek bree ngegoogle translate)
"Serius, jangan sungkan terhadapku selama di sini," lanjut Sam sesaat setelah Hani mengucapkan terimakasih dengan sikap sangat sopan.
Hani terkekeh kecil. "Kalau gitu aku istirahat dulu, boleh?"
Sam mengangguk lalu membiarkan Hani masuk ke kamarnya yang lagi lagi membuat Hani mengangkat alisnya tinggi tinggi. Ranjang king size, walk in closet, kamar mandi dengan bathtub, jendela besar dengan pandangan matahari terbit saat pagi menjelang. Apakah teman Scott semua seperti ini?
Oh, sudahlah. Hani perlu istirahat. Terlalu terkejut dengan semua kemewahan yang ada di sini membuatnya lupa kalau jetlag sedang melandanya sejak tadi. Maka setelah meletakkan kopernya di dekat ranjang Hani membersihkan diri lalu bersiap merebahkan diri. Bersyukur Samantha pamit pergi keluar sebelum Hani memejamkan mata.
Hani memerlukan istirahat ini karena besok, hari pertamanya bekerja dan dia tidak boleh membuat kesalahan. Setidaknya Hani harus memberikan kesan pertama yang baik kepada rekan kerjanya besok. Dia tidak ingin di anggap tidak profesional dari segi apapun. Bukan bermaksud sombong, tapi Hani cukup bisa mengukur sejauh mana kemampuannya jika ingin dibandingkan.