"Hey," sapanya dengan senyum kecil yang selalu tampan.
"Christian, dimana?"
"Di jalan, Jes. Abis nganterin Mami ke bandara." Ian menyahut sambil dadah dadah kecil ke arah ponselnya yang tengah tersambung di siaran langsung Instagram bersama Jessica. Dia kemudian meletakkan ponselnya dalam posisi berdiri di dekat tuas transmisi. Membiarkan badan dan tangannya yang memegang setir memenuhi kamera.
"Mami kamu balik hari ini ya? Kenapa nggak bilang? Kan aku bisa temenin."
"Nggak papa. Udah kok." Ian menoleh ke Hani sebentar. Ia tahu kalau Hani sedang kesal saat ini karena merasa terabaikan, tapi apa boleh buat. Ini hanya sebentar.
"Emh, Han," panggil Ian dengan suara lirih. Mungkin agar ucapannya tidak terlalu jelas di siaran live itu. "Do you mind checking Jessica's Instagram for me? Gue harus liat followers-nya."
"Christ, are you with someone?" Suara Jessica bertanya terdengar setelah Ian selesai bicara pada Hani.
Hani melotot panik. Oh, baru saja dia memikirkannya. Dan harus sudah ketahuan secepat ini. Bagaimana ini?
Ian membiarkan Jessica menunggu di seberang sana. Jumlah followers akun Instagram Jessica yang di tunjukkan Hani lebih penting. Barulah saat Ian sudah melihat angka angka itu dia menjawab, "Umh, since you asked, yeah im with someone. Someone you know who for sure."
Hani menatap nanar Ian. Laki laki ini, kenapa bersikap sangat santai dalam situasi seperti ini? Jessica bisa sangat marah padanya dan mungkin memutuskannya. Kenapa Ian justru terlihat sengaja melakukannya?
"Nggak heran, lagian ini udah yang terakhir. Makasih banyak. You know i'll always love you. If something happens in the future, you can come to me."
"Sure." Ian tertawa garing, membayangkan bagaimana komentar yang masuk setelah kalimat Jessica barusan. "Jelasin baik baik ya. Gue nggak masalah kaya apa. Yang penting nggak ada komentar kebencian yang bakal di terima siapapun."
"Hmm, aku tau. Kamu hati hati di jalan. Matiin aja live-nya. Aku masih harus jelasin banyak hal."
Lampu lalulintas lagi lagi merah di depan sana. Saat itulah Christian mengambil ponselnya, memegangnya dengan benar agar wajahnya yang tersenyum lembut terlihat sepenuhnya. "Jangan nangis!" Kata Christian sambil menatap langsung ke mata Jessica. Kemudian tangannya melambai dan siaran langsung dia akhiri.
Hani mendecih super pelan. Dia tidak suka, sangat tidak suka situasi seperti ini. Dimana dia tidak bisa berbuat banyak untuk mengontrol perasannya sendiri. Hani sangat cemburu sekarang. Menyaksikan secara langsung bagaimana manisnya Ian berkata pada Jessica barusan membuat perasaannya berkecamuk.
Dia marah pada diri sendiri karena tidak bisa mempertahankan Ian. Dia sedih karena sepertinya Ian sangat menyayangi Jessica melebihi sayangnya dulu pada Hani. Dia kecewa karena.. karena.. entahlah! Hani ingin menyalahkan Christian Yu atas segalanya! Semuanya jadi sulit karena Ian! Hani bahkan tidak mengerti apa yang dia inginkan disini.
Dia tidak bisa memandang Ian tanpa melihat bayang bayang wajah kecewa Jessica. Hani tidak bisa menerima pelukan Ian tanpa mempertimbangkan reaksi Jessica. Tidak bisa juga sembarangan menerima tumpangan Ian untuknya pulang dengan selamat tanpa memikirkan apakah Jessica akan cemburu atau tidak.
Semuanya sulit! Dan rasanya Ian sama sekali tidak menganggap itu sebagai masalah. Membuat Hani kesal setengah mati.
"Jangan cemburu."
Hani menghujam Ian dengan lirikan tajam. Masa bodoh untuk bersikap senormal mungkin. Hani tidak bisa menahannya. "Cukup anter aja gue pulang cepetan. Nggak usah banyak bacot!"